Penolakan yang amat luar biasa. Gika sadari itu. Ia memukul kepalanya sendiri juga memaki dirinya sendiri ketika sempat-sempatnya ia merasa bersalah dan khawatir kalimatnya keterlaluan.
Tidak. Pria itu yang keterlaluan. Yang dengan ekspresi memohon datang padanya meminta kesempatan. Tidak lagi, Gika sudah pernah mengusahakan hubungan ini, dia sudah meminta Aric untuk berfikir ulang bahkan nyaris berlutut untuk satu kesempatan itu. Tapi tidak, Aric tidak memberi dan Gika pun sama.
Ini sudah satu bulan sejak pembicaraan mereka terakhir kali. Aric tidak pernah muncul dimana pun. Di Elegiac, di showroom, di hadapan Bara, atau pun di hadapan Gauri. Dan Gika sangat bersyukur untuk itu. Akan semakin mudah baginya untuk lupa jika pria itu juga tidak ia lihat wujudnya.
Namun masalah belum selesai. Seolah takdir memang enggan melihatnya tenang juga rehat barang sebentar, Gika bertemu dengan tante Fenny. Dia adalah dokter spesialis gigi yang kebetulan teman mamanya, Gauri mengadakan acara arisan dirumah. Dan Gika melupakan itu, alhasil ia pulang dan menemukan keramaian.
"Aku liat Gika tadi ya?" Gika sudah lama tidak suka. Entah kenapa orang-orang julid ada banyak di sekitarnya. Pokoknya Gika memang tidak suka tante Fenny ini. Mamanya juga sepakat, dia tidak di keluarkan dari kelompok arisan karena Gauri dan yang lain merasa tidak enak. Tapi kenapa mempertahankan teman yang akhlaknya jelek sih?
"Iya, makin cantik ya?" Jawaban itu berasal dari ibu RT tempat Gika tinggal. Namanya Mitha.
"Kok dia tinggal disini? Bukannya udah nikah?" Gika sakit kepala rasanya. Sayang sekali karena ia harus menunggu air mendidih ini yang seakan lama sekali. Pulang bekerja, Gika memang biasanya menyeduh teh hangat untuk dirinya. Tidak ada yang bisa ia mintai tolong karena ART dan mamanya sedang sibuk di ruang tengah.
"Kenapa emangnya? Ini kan memang rumah orang tuanya" Mitha yang sedang menata kue diatas piring terdengar menimpali. Mereka berbisik. Tidak lihat keberadaan Gika di dapur karena terhalang tembok.
"Emang suaminya gak nyariin gitu?" Menahan diri untuk tidak menyiram wajahnya dengan air panas agak susah.
"Dia udah cerai, kata Gauri begitu. Udahlah, cepet itu nyusun kuenya." Mitha menjawab tidak sabar. Dan Gika sebenarnya kesal karena mamanya menyebar luaskan statusnya. Tapi memang benar kan? Tidak salah
"Suaminya yang duduk di kursi roda itu kan? Kok bisa? Gak tau diri banget, di kasi istri cantik malah di ceraikan. Apa Gika yang gak tahan?" Mungkin Fenny pernah melihat Aric di ulang tahun Gauri waktu itu. Atau Gika tidak peduli tepatnya dimana, maksud Gika, kenapa sih hidup orang dijadikan bahan omongan?
"Dia udah umur berapa? Terus dia pisah karena apa? Udah ada anak belum?" Pertanyaan beruntun itu tidak di jawab Mitha karena Gika lebih dulu keluar dari dapur.
"Kenapa sih kepo banget sama hidup saya? Tante ngefans sama saya?" Fenny terkejut, sampai langkahnya termundur.
"Enggak kok, tante cuma penasara__
"Kenapa harus penasaran? Emang itu urusan tante?" Dan sekali lagi Gika mau bertanya. Sejak kapan ia diam saja jika ada orang yang berani-beraninya menganggu ketenangan nya?
"Ada apa sih?" Gauri datang mendekat karena suara Gika memang samar-samar terdengar sampai ruang tengah.
"Anak mu nih, gak sopan banget!" Gika melotot, dasar tante-tante satu ini.
"Emang tante pikir, tante sopan?" Gika membalas tentu saja
"Gika, udah sana ke kamar." Gauri melerai, dia tidak akan lupa kalau Gika memang tidak bisa pura-pura baik kalau memang dia sedang marah.
"Gak sopan, pantes aja di tinggal__
"Kamu juga Fenny! Mulutmu di jaga!" Mitha sebagai ibu RT disana meninggikan suaranya pada Fenny yang tidak terima di bentak.
KAMU SEDANG MEMBACA
BORN TO BE OVERLOVE
ChickLitI can smile because we're together, i can cry because it's you. So what can't i do? - smile flower