Chapter 44: Berpisah?

7.1K 248 157
                                        


Sudah terhitung dua hari ini, Reygan masih setia memejamkan matanya setelah kejadian dua hari yang lalu dimana Reygan kehilangan kesadarannya dipinggir jalan.

Beruntung Karina dengan cepat membawa Reygan kerumah sakit untuk segera ditangani dokter jika terlambat sedikit saja besar kemungkinan Reygan sudah tidak berada disana.

Dokter menerangkan bahwa kondisi Reygan benar-benar memprihatinkan karena penyakit Gerd yang sudah cukup parah diderita oleh anak laki-laki itu.

Pola makan yang tidak teratur, stress serta banyak tekanan membuat penyakit Reygan semakin tak terkontrol apalagi Gerd yang dia derita sudah dalam fase yang mengkhawatirkan dalam kata lain sudah cukup parah.

Karina yang baru mengetahui itu pun benar-benar terkejut karena selama ini ia benar-benar tidak pernah memperhatikan anak sulungnya itu bahkan terkesan tidak begitu peduli dengan anak itu. Ia terlalu acuh dengan Reygan sampai penyakit yang sudah cukup serius ini tidak ia ketahui.

Karina begitu menyesal karena tidak pernah memperhatikan perkembangan anaknya sejak Reygan masih kecil. Dia terlalu memfokuskan Kaivan dan melupakan Reygan yang sama-sama menyandang status sebagai anaknya.

Sejak kecil Reygan tidaklah pernah mendapat keadilan sebagai seorang anak, kasih sayang kedua orang tuanya sudah diambil alih saudaranya sejak masih kecil. Reygan tidaklah mendapat secuil dari kasih sayang kedua orang tuanya. Anak itu hanya ditemani rasa sepi, rindu dan harapan, harapan bahwa akan ada suatu masa dimana ia bisa dikasih dan sayangi kedua orang tuanya seperti saudaranya.

Dan sekarang Reygan bisa merasakannya meski hanya kasih sayang dari seorang ibu tidak dengan kasih sayang seorang ayah, tapi Reygan sudah sangat amat bersyukur setidaknya selama dia hidup bisa merasakan apa itu pelukan seorang ibu, apa itu kasih sayang seorang ibu meski sedikit terlambat. Reygan senang namun dia akan lebih senang jika ayahnya juga bisa memperlakukan dirinya dengan baik dan bisa menganggap dirinya sebagai seorang anak bukan robot yang setiap waktu bisa digerakkan untuk mencapai keinginannya.

"Maaf Nak, mama bener-bener ibu yang buruk." Karina kembali menangis memandangi wajah pucat putranya.

"Ayo buka mata kamu, sayang, jangan tinggalkan mama."

"Mama sayang kamu, Nak. Cukup mama kehilangan Kaivan, kamu jangan sayang, mama nggak akan sanggup."

Tangan Karina mengelus lembut rambut hitam milik Reygan. "Cepat sembuh, sayang, mama sayang Reygan."

Karina mengecup kening Reygan cukup lama sebelum dia kembali menangis terisak disamping brankar anaknya. Menundukkan kepalanya untuk mencium tangan anaknya yang sejak tadi ia genggam.

"Meski kamu tidak terakhir dari rahim mama, kamu akan tetap menjadi anak mama, sayang."

***

Geisha turun dari mobil yang ditumpanginya bersama Elgara setelah cowok itu membukakan pintu untuknya. Hari ini Geisha sangat bahagia karena sudah diperbolehkan pulang oleh pihak rumah sakit setelah beberapa hari kemarin menginap disana.

"Makasih, El," ucap Geisha setelah turun dibantu oleh Elgara.

"Sama-sama, tuan putri."

Geisha tersenyum pedih mendengar Elgara menyebutnya tuan putri seperti yang sering dilakukan oleh Kaivan saat masih bersamanya.

"Pagi Tuan putri," ucap Kaivan tersenyum menyambut Geisha di depan rumah gadis itu.

Tak lupa juga dengan satu batang coklat yang dia berikan pada Geisha sebagai ucapan selamat pagi seperti yang beberapa hari ini ia lakukan.

REYGANSHA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang