"Feelin' low on the low, drivin' through NoHo. If i'm honest, i'd call, but i'm trying to let go. And i hope you're happy, livin' life in taxis. But you'll always have me, you'll have me."
"All my demons run wild, all my demons have your smile. In the city of angels, in the city of angels. Hope New York holds you. Hope it holds you like i do. While my demons stay faithful. In the city of angels."
"Kenapa auranya kek menghayati banget gitu? Siapa yang menyakitimu wahai adik?" Kevin yang baru saja selesai memetik senar gitar langsung bertanya penasaran kepada Exu.
"Gilak zekaliii." Arion bertepuk dengan, tertawa renyah saat Exu langsung mencibir kesal padanya.
"Bukan Exu loh, Kak Rion itu." Tunjuk Exu, bersandar pada kursinya dengan tangan yang meraih gelas kopi di atas meja.
"Rion? Biasanya dia yang nyakitin orang kok." Tawa Gin pecah saat Arion melempar satu kulit kacang mengenai dahinya.
"Kurang ajar, ngga pernah ya." Sinis Arion.
"Jadi kenapa, kenapa auranya agak-agak mendung gitu?" Harris ikut bersandar pada kursinya. Satu kaki naik ke atas kursi untuk ia tekuk dan satu tangan yang mengupas kacang.
"Jadi gini teman-teman." Arion mulai memperbaiki duduknya, dengan punggung tegap dan satu tangan yang mengelus dagunya.
"Sial, kek bapak-bapak." Umpat Souta.
"Mika mau nikah dua minggu lagi."
Hening.
Hening.
Hening.
Tiga puluh detik penuh diam dengan mata mereka yang saling melirik satu sama lain. Masih mencari kelucuan yang Arion sembunyikan.
"Agak kriuk ya, Bund." Gin berdehem serak. Masih menunggu reaksi yang lain untuk merespon kata-kata keramat Arion ini.
"Yeu, serius ini, Anjeng!" Mengeluarkan empat undangan yang sedari tadi ia bawa bersama dengan tas kecilnya. Meletakan kertas berwarna Amethyst beserta dengan Acrylic yang sudah tertera dengan jelas namanya di dalam sana.
"Arion dan Harumi?" Dikte Harris. Dahinya berkerut dalam dengan mata yang bergerak kiri-kanan. Mengingat setiap wanita yang ia kenal dan tidak ada nama Harumi di dalam kepalanya.
"Niat banget lu? Ngerjain ampe segininya." Kevin membolak-balik undangan di tangannya. Tanggal dan tempat acara yang tertera jelas di dalam undangan itu membuat Kevin berdecak kagum.
"Hadeh." Menatap Exu, Arion meminta pertolongan, memang sudah benar niatnya untuk membawa Exu ini tadi kan.
"Seriusan, Kak. Baru minggu lalu selesai deal sama owner butik buat stelan resepsi sama vendor acara." Exu mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya. Mengeluarkan ponselnya dan menunjukan beberapa foto yang sempat ia ambil saat menemani Arion kemarin.
Gin, Souta, Harris, dan Kevin langsung mendekat untuk mengerubungi ponsel Exu. Dan benar! Ada Mikazuki Arion di sana!
"Kok tiba-tiba?!" Pekik Souta tak percaya. Sungguh, tidak ada satu pun gerak-gerik Arion yang mencurigakan selama beberapa bulan ini.
"Ceritanya panjang, pokoknya mami udah ngejodohin aku tiba-tiba sama satu perempuan. Aku udah nyoba nolak, tapi ngga mempan. Jadi ya udah, iyain aja biar cepet." Arion meringkas semua kejadian selama enam bulan ini. Malas sekali ia jika harus bercerita ulang dari awal sampai akhir.
"Pecah telur di circle kita, Guys. Damn it."
**
Rumi duduk resah di dalam ruang tunggu, ia baru saja mengganti baju untuk acara resepsi nantinya. Akad nikah mereka sudah selesai, foto keluarga juga sudah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Love Grows
FanfictionTidak pernah terpikir oleh Arion bahwa ia harus menikah diumur yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun ini. Hidupnya selama ini baik-baik saja seorang diri. Bekerja dan membahas berbagai hal bersama dengan teman-teman solasinya. Bermain game, pus...