"Kenalin, kami semua anak-anaknya Tok Arion." Key sebagai manusia paling waras kembali membuka suara. Lebih baik ia yang berkoar-koar seorang diri namun jelas. Jika mereka semua diberi kesempatan untuk berbicara, jangan harap ada ketenangan di sini.
"Anak?" Ulang Rumi tidak paham. Teman kerja kah? Atau teman satu sekolah? Komunitas? Rumi tidak paham, sungguh.
"Iya, anak-anak satu tongkrongan. Kebetulan Arion itu kepala sukunya di sini." Riji ikut menjelaskan. Sebagai anak bunda Key yang baik hati, ia akan membantu perempuan bersurai biru itu.
"Kamu mau tau ngga apa nama tongkrongan kita?" Selia tersenyum lebar. Benar-benar lebar hingga membuat siapa saja curiga.
"Boleh? Apa memang?" Tanya Rumi.
"ABK."
"Anak Buah Kapal?" Alis Rumi nyaris menyatu membentuk satu garis lurus.
"Anomali Berani Kenyang."
"Hahahanyiiing." Krow dan Echi langsung bertebuk tangan. Bangga sekali mereka memperkenalkan nama grup penuh duka itu.
"Kalau bapak banyak tingkah, bilang ke kita-kita aja ya. Biar kita yang menghakimi." Key menepuk pelan pundak Rumi, Key hanya takut jika nantinya Rumi tertindas. Melihat tampilan Rumi yang terlihat mirip dengan gadis-gadis penurut ini.
"Tenang aja, kebetulan kita emang punya dendam personal kok."
**
"Gimana sama Rumi? Ngga ngerepotin kalian kan?" Suara Indri memecah keheningan di tengah restoran ini. Tersenyum tipis saat menyadari Edlyn yang tengah menatap penuh arti padanya.
"Kenapa kami harus ngerasa direpotin? Sejauh ini Rumi baik-baik aja kok." Menyusun rapi sendoknya di atas piring, Edlyn bertanya balik. Jika tidak ingat bahwa ia sedang berada di tempat umum, sudah Edlyn pastikan bahwa garpu ini akan menancap tepat di mata menjengkelkan itu.
"Ya, dia di rumah biasanya cuma di kamar. Ngga mau gabung sama yang lain." Penjelasan singkat ini benar-benar sama persis dengan apa yang anak bungsunya katakan kemarin lalu. Edlyn masih ingat betul apa yang Exu ceritakan waktu itu.
"Engga, selama di rumah utama, Rumi ngga gitu. Arion juga ngga pernah mempermasalahkan Rumi." Semua hal yang ada di dalam diri Rumi terasa begitu menyenangkan bagi Edlyn, satu-satunya titik kotor yang ada pada gadis itu hanya kehadiran wanita murahan ini saja.
"Syukur deh kalau gitu, aku ngerasa khawatir sejak Rumi dan Arion menikah. Ngomong-ngomong kamu ke sini sendiri?" Membersihkan sudut bibirnya dengan tisu, Indri melipat satu tangannya di atas meja. Ia harus berlaku baik sebagai besan, ingat.
"Ya, Mas Alden lagi ada dinas. Arion juga kerja, Exu kebetulan lagi pergi makan siang bareng sama Rumi kami." Menekankan kata 'kami', Edlyn hanya ingin menegaskan bahwa mereka semua sudah menerima Rumi menjadi bagian dari keluarga mereka. Dan tentu saja Rumi disambut hangat.
"Dan lagi, tujuan saya ke sini cuma untuk ngambil barang yang udah kami pesen dari beberapa bulan lalu." Tambah Edlyn. Ia yakin, wanita ini pasti sedang mengorek informasi apa saja yang bisa ia dapat tentang Rumi. Dan dia pasti akan lebih mengharapkan berita jelek yang ia dengar.
"Barang? Pasti spesial banget ya itu." Indri tertawa singkat, menatap penuh minat pada Edlyn yang langsung mengangguk tak kalah semangat.
"Waktunya untuk pamer ini!" Bathin Edlyn.
"Tentu, karna saya dan Mas Alden ngga ngelihat Rumi make perhiasan apapun, jadi kami sepakat buat ngecustom kalung untuk anak perempuan satu-satunya kami." Memperlihatkan gambaran model yang sudah mereka sepakati ke hadapan Indri. Lain kali Edlyn akan membuat barang couple dengan Rumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Love Grows
FanfictionTidak pernah terpikir oleh Arion bahwa ia harus menikah diumur yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun ini. Hidupnya selama ini baik-baik saja seorang diri. Bekerja dan membahas berbagai hal bersama dengan teman-teman solasinya. Bermain game, pus...