"Yon! Ayo." Menyeret kedua tangan Arion, Gin dan Harris sudah berdiri di depan tubuh tegap itu. Dibanding menjadi atasan, mereka berdua lebih cocok disebut sebagai babysitter.
Arion dan masalah makannya benar-benar membuat semua orang frustasi.
"Aduh, Mika malas turun." Menyandarkan tubuhnya pada kursi kebesarannya, Arion ingin pulang saja rasanya. Sepertinya memeluk Rumi terdengar lebih menggiurkan.
"Ngga ada cerita ya, ayo ah buruan. Kamu ngga usah nyetir, biar aku yang nyetir." Mengambil semua barang-barang yang sekiranya Arion perlukan. Harris kembali menarik tangan Arion.
"Buat Mika bungkusin aja." Makin menempel pada kursi kebesarannya, Arion sudah bersiap-siap untuk merengek.
Menghela nafas sebentar, Harris menyerahkan semua barang-barang yang tengah ia pegang kepada Gin, "tolong pegangin dulu. Biar aku seret ke parkiran."
"Woah, gas! Suka nih aku." Menerima dengan lapang dada, Gin langsung membukakan pintu dengan senyum yang terukir cerah.
"Aduh, Ris! Iya, iya. Jangan ditarik gitu dong, Mika kek anak kucing ini jadinya."
"Bodo amat!"
**
Gin, Harris, dan Arion satu meja bersama staff HR dan juga satu wanita lagi yang Gin ketahui adalah staff finance mereka yang baru kemarin.
"Berarti hari ini kita kerja setengah hari ya, Pak?"
Menatap tidak senang, satu sudut bibir Arion langsung naik membentuk senyum sinis. "Ngawur kamu, kek biasa. Emang kalian makan mau berapa jam?"
"Macet atuh pak balik ke kantor jam segini."
"Ngga ada, jam dua maksimal udah harus nyampe kantor. Kalau ada yang telat, bolos, atau apalah itu potong gaji nanti. Liatin." Arion sudah bersiap untuk menjadi petugas keamanan di depan pintu khusus untuk hari ini. Ingin melihat berandalan mana yang berani melawan peraturannya?
"Buset." Gin tertawa renyah. Walau ia tahu Arion bercanda, tapi tidak menutup kemungkinan jika itu benar-benar akan terjadi.
Membolakan matanya, Gin menepeuk pelan bahu Arion, "bulan besok kita makan di mana?" Tanya Gin.
"Bulan ini aja belum habis, udah nanya buat bulan besok." Harris menggeleng tidak paham, kembali mencapit beberap daging panggang untuk ia letakan di atas piringnya sendiri.
"Persiapan ini namanya." Membela diri, jika belum ada agenda, maka Gin dengan senang hati akan mencarikan tempat yang enak untuk mereka makan.
"Bagusnya ke mana ya?" Dengan dahi yang berkerut tipis, Arion menatap semua orang yang satu meja dengannya.
"Rumah makan pagi sore ngga sih?" Gin penasaran, dari semua ulasan yang ia dengar rata-rata mengatakan jika memang seenak itu. Gin juga ingin mencobanya.
Mengangguk, Arion setuju. "Boleh, ntar kita vote dulu."
"Tiba-tiba banget all you can eat, mana satu batalion lagi." Harris masih tidak paham, dapat ide dari mana temannya ini?
"Loh? Kan ini kalian yang request, saya mah nurut aja."
"The best memang. Sering-sering ya, Pak."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Love Grows
FanfictionTidak pernah terpikir oleh Arion bahwa ia harus menikah diumur yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun ini. Hidupnya selama ini baik-baik saja seorang diri. Bekerja dan membahas berbagai hal bersama dengan teman-teman solasinya. Bermain game, pus...