Arion mengeryit heran saat sedari tadi acara dimulai tidak ada satu pun teman Rumi yang menampakan wajahnya. Arion tahu? Tentu saja, jika bukan dari pihaknya, maka yang datang dari pihak Rumi pasti kenalan dari orang tua gadis itu.
Menghela nafas lelah, Arion menggeleng dramatis saat teman-temannya mulai menaiki panggung.
Ini benar-benar temannya yang sangat berisik itu.
"Ahahaha, ngga bisa nongkrong sampai subuh lagi." Olok Krow, menepuk bahu Arion dengan kencang sebelum akhirnya menyalami pria ungu janda itu.
"Fuck kata gue teh."
"Selamat Mr. Arion, jangan lupa pengalaman pertamanya dibagi sebagai bahan pelajaran ya, Mr. Arion." Garin tertawa pelan, sudah sekuat tenaga menahan suara, tapi tetap saja tidak bisa.
"Oh Mr. Garin, jangan ampe aku tembak kepala kau ya." Membalas jabatan tangan Garin yang sudah sangat kebal dengan candaannya itu.
"Ayo, Kak. Foto dulu, atur posisi. Agak ke kanan dikit ya, Kak. Iya, cakep. Satu, dua, ti-"
**
"Mika, kamu pulang ke rumah mami atau ke rumah kamu?" Edlyn membawa dua botol air kemasan untuk anaknya ini. Mengusap beberapa bintik keringat yang menghiasi dahinya dengan sapu tangan yang selalu ia bawa.
"Ke rumah Mika aja, Mi. Udah dirapihin juga kok kemarin." Memejamkan matanya lelah saat usapan lembut itu membuatnya mengantuk.
"Rumi, bawa baju ganti kan? Biar mami bantuin buka bajunya, kasian nanti kalau di rumah ngga ada yang bantuin."
"Bawa, Tante."
"Kok tante? Mami, jangan tante." Edlyn mengusap lengan Rumi yang hanya bisa tertawa canggung di sebelahnya.
"Bawa, Mi." Ulang Rumi. Wajahnya memerah malu entah kenapa.
"Nah, bener. Ayo sini mami bantu ganti baju."
Arion duduk bersandar pada sofa di sudut ruangan, ia lelah sekali. Belum lagi dengan teman-teman anomalinya yang mengacau tak henti-henti.
"Arion." Alden berjalan mendekati anak sulungnya yang sudah layu itu.
Tak bergerak sedikit pun, Rion hanya mengangkat alisnya sebagai jawaban, "masih hidup." Ujarnya.
"Inget, itu anak orang. Bukan anak kucing, kalau kamu ngga suka jangan sampai main tangan. Papi tau ini bukan kemauan kamu, tapi sekarang kamu udah bertanggung jawab buat dia. Papi juga tau kamu udah dewasa, udah tau mana yang baik dan yang buruk, pantas dan ngga pantas. Jangan jadi bajingan pengecut, paham?" Alden menepuk bahu lebar Rion, bagaimanapun juga Rion tetaplah anak kecil di mata Alden dan istrinya.
"Iya, Mika usahain ya."
"Terima kasih."
**
"Nah, hati-hati ya, Sayang. Nanti jangan lupa beli makan dulu ya, Mika. Kalian belum makan malam, ingat." Mengusap sayang kepala Arion dan Rumi, Edlyn tersenyum tenang. Bangga anaknya bisa mengambil tanggung jawab sebesar ini, dan juga tentunya senang dengan anggota tambahan dikeluarga mereka.
"Iya, Mi."
"Pi, hati-hati. Nyampe rumah kabarin Mika ya. Mami sama adek Mika jangan sampai lecet." Mengulurkan kepalan tangannya, sebagai sesama lelaki dewasa, ini adalah salam perpisahan yang paling keren.
![](https://img.wattpad.com/cover/370639198-288-k865612.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Love Grows
FanfictionTidak pernah terpikir oleh Arion bahwa ia harus menikah diumur yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun ini. Hidupnya selama ini baik-baik saja seorang diri. Bekerja dan membahas berbagai hal bersama dengan teman-teman solasinya. Bermain game, pus...