"Yon, buka loker, Yon." Berujar dari meja kerjanya, Gin menatap Arion yang tengah sibuk dengan agendanya.
"Loker? Buat?" Melirik Gin dengan sudut matanya dan alis yang bertaut heran. Tiba-tiba sekali siluman setengah rubah ini.
"Staff finance kita kemarin kan udah resign satu." Menjauhkan sedikit laptopnya, ingin sekali rasanya Gin lempar kepala ungu itu dengan botol minumnya ini. Menjengkelkan!
"Oiya, lupa." Tertawa pelan, Arion mengangguk samar kemudian.
"Yeu, Tua!" Ujar Harris.
"Tiap Harris yang ngomong tu langsung nusuk nancep ke hati gitu, kenapa ya?" Arion menepuk dada kirinya dengan sangat dramatis.
"Langsung minta ke bagian HR, kenapa ngomong ke Mika dulu? Kita segaris ini."
"Ngga bisa gitu lah. Gas ni ya?"
"Iya."
**
Hari ini Souta mendapatkan pengunjung tetap satu orang lagi. Awalnya Souta tidak begitu peduli pada satu perempuan yang datang bersana si pemilik surai berwarna ungu muda.
Tapi setelah Souta lihat dan diteliti dengan seksama, senyum Souta langsung merekah lebar.
"Istrinya Arion ya?!" Tanya Souta penuh semangat. Menghampiri meja Exu dan duduk di sebelah anak kuliahan itu.
"Kak Sou! Tenang!" Menepuk pelan bahu Souta untuk menyadarkan pria itu bahwa ia terlalu bersemangat.
"Iya, perkenalkan aku Rumi." Tersenyum ramah, tangan Rumi terulur untuk mengajak Souta bersalaman.
"Halo Rumi! Kamu boleh pesan apapun di sini, bebas! Ngga perlu bayar." Menunjuk semua menu yang terpampang jelas di atas meja kasir. Di mana ada sumber uang, di situ Souta sangat bersemangat.
"Eh?" Menatap Exu meminta kepastian, apa setiap pelanggan baru diperlakukan seperti ini? Sangat, sangat, dan sangat spesial?
"Iya, Kak Rumi ngga perlu bayar. Nanti tagihannya masuk ke Kak Mika." Mengacungkan jempolnya, mereka harus memanfaatkan uang Arion dengan bijak. Uang yang ditumpuk dan tidak dipergunakan itu tidak baik kata mami.
"Ih jangan, aku bawa kartu yang dikasih Mas Arion kok." Merogoh tas selempangnya, Rumi memperlihatkan benda pipih itu pada Exu dan Souta.
"Eih." Exu dan Souta langsung menggeleng tidak setuju. "Aman itu, uang Arion ngga bakal habis cuma gegara kamu pakai buat beli jajan."
Tidak seperti biasanya, Souta kali ini tidak kembali duduk mengawasi dari meja kasir. Karena hari ini perdana Rumi mendatangi cafenya, maka akan Souta sambut dengan sangat hangat, contohnya, "gimana? Arion ngga macam-macamkan tingkahnya?"
Shit man!
Sekali lagi, Exu menepuk pundak Souta dan menggeleng pelan, "coba pertanyaannya jangan langsung yang bikin mental kayang." Tegur Exu.
"Oh? Oke!" Memperbaiki duduknya, Souta kembali menarik nafas dan menatap Rumi. "Souta ulang ya."
"Yaa." Exu juga sudah siap mendengarkan, semaksimal apa otak Souta dapat bekerja mencerna kata-katanya.
"Kamu udah diunboxing sama papi belum?"
"Kak? Anjing?"
**
"Kini kusadar, kop sekop sekop."
"Chi, ah! Udah! Anomali banget ini orang satu." Funin melempari Echi dengan kulit kacang di tangannya. Tidak bisa apa dia diam sehari saja?
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Love Grows
FanfictionTidak pernah terpikir oleh Arion bahwa ia harus menikah diumur yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun ini. Hidupnya selama ini baik-baik saja seorang diri. Bekerja dan membahas berbagai hal bersama dengan teman-teman solasinya. Bermain game, pus...