Ch. 14

200 27 4
                                    

"Mameeeeh." Exu berlari kencang memasuki rumah dengan tas yang ia gendong di bahu kanannya. Ia harus memastikan sendiri kebenaran cerita adik dari kakak iparnya itu.

"Mameeeh." Lagi, meletakan tasnya di atas sofa, Exu langsung berlari menuju dapur. Exu bisa mendengar suara ribut dari sana.

"Mi?" Panggil Exu lebih tenang.

"Kenapa? Sudah habis suara kamu?" Tanya Edlyn.

"I wanna ask you about something, Mrs."

"Shoot then."

"Apa benar yang seharusnya menikah dengan Tuan Mikazuki Arion adalah perempuan bernama Cherry?" Meletakan kepalan tangannya di depan mulut sang ibu, Exu menunggu dengan tenang jawaban apa yang akan ia dapatkan.

"Kata siapa itu?" Dahi Edlyn berkerut tak paham. Meletakan beberapa piring ke atas meja makan dengan beberapa gelas yang sudah terisi dengan es rumput laut.

"Aku tadi ketemu sama Cherry itu di cafenya Kak Souta, trus dia bilang kalau Kak Rumi itu benci sama dia." Duduk di salah satu kursi dengan tangan yang terlipat rapi di atas meja.

Melirik pada anak tangga, Edlyn ikut duduk di sebelah Exu. "Terus terus? Jangan keras-keras, ada kakak kamu di atas." Bisik Edlyn.

Mata Exu membola kaget, semakin mendekatkan dirinya kepada Edlyn, Exu mulai kembali berbicara. "Lalu saya tanya kepada beliau, hal apa yang membuat beliau bisa berpikir demikian, dan Anda tau Nyonya? Dia bilang Kak Rumi benci sama dia gegara dia deket sama mama tiri mereka, sedangkan Kak Rumi engga. Trus juga kebencian Kak Rumi makin nambah gegara Kak Rumi yang harus ngegantiin dia buat nikah. Damn brow."

"Ck, ah that bitch." Memutar malas bola matanya, Edlyn berdecak tidak suka.

Exu yang mendengar kata-kata terkutuk itu keluar dari mulut sang mami tentu saja tak kalah terkejut. Wanita cantik anggunnya bisa bar-bar juga kah? "Benci banget keliatannya saya lihat, Bu?"

"Memang." Balas Edlyn tanpa pikir panjang.

"Mi, kan dia juga bilang bundanya meninggal ya. Aku tanya dong, meninggalkan kenapa. Mami tau ngga dia jawab apa?" Bisik Exu.

"Apa katanya?" Edlyn juga berbisik, semakin mendekatkan dirinya kepada si bungsu dengan tubuh yang sama-sama membungkuk nyaris menyentuh meja makan.

"Yang buat bunda mereka meninggal itu Kak Rumi." Jawab Exu.

"Kurang ajar! Mana ada begitu! Sini mami cokot mulutnya!"

**

Enam tahun lalu.

Rumi memasuki rumah dengan langkah pelan, tas punggung yang ia bawa dengan beberapa buku yang ia peluk di depan dada. Jadwal sekolah Rumi hanya hingga pukul dua belas siang hari ini.

Baru saja akan membuka sepatu, Rumi sudah dikagetkan dengan suara bantingan barang dan teriakan yang saling bersahutan.

"Berani-beraninya kamu selingkuh dari aku?" Devin berteriak murka setelah membanting satu vas bunga yang paling dekat dengan jangkauannya.

Dengan tangan yang mengepal menahan amarah, Clara juga balas berteriak. "Kalau bukan karna kamu yang mulai duluan, aku ngga bakal ngelakuin hal ini. Seharusnya kamu ngaca! Nafkah buat keluarga aja ngga pernah kamu kasih penuh, kamu malah milih buat nafkahin wanita murahan simpanan kamu itu!"

Berlari mendekati kedua orang tuanya, wajah Rumi sudah penuh dengan air mata. Menjatuhkan buku beserta tasnya begitu saja, Rumi tidak pernah ingin ini terjadi. "Bun," panggil Rumi.

The Way Love GrowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang