Ch. 25

210 34 5
                                    

Entah bagaimana Rumi harus merespon ini, jujur saja Rumi lelah. Benar-benar lelah. "Gapapa." Bisik Rumi.

Mengeratkan pelukannya pada pinggang Rumi, Arion benar-benar merasa menjadi manusia paling jahat. "Mas minta maaf, mas bener-bener jahat."

Tak mendapat reaksi apapun, Arion melonggarkan sediki pelukannya dan tubuh Rumi langsung merosot begitu saja.

"Dek?" Panggil Arion seraya mengusap pipi Rumi yang masih basah dengan air mata. Melihat mata sembab itu membuat Arion makin merasa bersalah. Suhu tubuhnya normal, tidak ada masalah.

Mengalungkan tangan Rumi pada lehernya, Arion menggendong tubuh kecil itu dengan bridal style. Menaiki anak tangga dan menasuki kamar pribadi miliknya.

Ya, kamarnya. Bukan kamar Rumi.

"Sampe sembab gini, maaf ya sayang." Bisik Arion. Menaikan selimut hingga dada dan kembali menutup tirai jendelanya agar tidak ada cahaya yang akan mengusik tidur wanitanya.

Arion langsung keluar? Tidak. Setelah ia pikir-pikir, lebih baik ia kembali tidur saja hingga nanti siang.

Berbaring di samping Rumi dengan menjadikan lengannya sebagai bantalan untuk si kecil dan juga memeluk pinggang rampingnya.

"Apa sekamar aja ya?"

**

"Exu katanya diamuk bapak ya?" Key bertanya penasaran.

"Exu? Exu? Diamuk papi? Exu dan dua kata itu seharusnya ngga bisa digabung itu." Echi menggeleng tidak percaya, dari semua anomali yang ada di perkumpulan mereka ini. Hanya Exu yang selalu lewat dari amukan murka Arion.

"Kenapa?" Aenon dengan otak seujung sendok nyamnyamnya masih tidak paham.

"Kan papi bucin banget sama Exu, ya kali?" Jujur saja terkadang Echi iri dan dengki, tapi melihat kembali ke belekang, sepertinya Arion cukup adil pada semua anak-anak monyetnya. Jadi ya sudah, tak masalah.

"Iya weh, Exu semalam cerita. Katanya ayah nelfon sambil marah-marah." Krow tertawa kencang, mengingat bagaimana ricuhnya Exu semalam karena tiba-tiba saja ditelfon Arion yang langsung mengomel panjang lebar.

"Gils, kenapa itu si tua?"

"Gegara bininya ngumpul sama kita kemaren."

"Hah?" Reflek satu perkumpulan langsung menjadi tukang keong. Apa mereka sebegitu tidak pantasnya untuk duduk bersama Rumi? Agak lain memang si ungu satu itu.

"Bininya ngga ngasih tau bapak kalau mau keluar, si exu juga ngga ngabarin kalau mau ngajak Rumi pergi. Pulang-pulang rumah kosong, ditelfon ngga diangkat, panik lah si bapak." Key mengangkat tangan seraya menjelaskan kronologi yang ia tahu. Iya, Key langsung mengirimi Exu pesan singkat agar pria itu langsung menjelaskan kejadian yang sebenernya terjadi pada Key.

"Trus? Trus?" Di mana ada pertikaian, di situ Echi akan mendekatkan diri.

"Habis ngamuk-ngamuk ke Exu, bapak yang diamuk sama mami." Ujar Key.

"Mami mana ini? Mami Edlyn apa mami Caine?"

"Mami Edlyn anjir."

"Ngga berkutik pasti itu si bapak."

**

Makin menggulung tubuhnya, Rumi tahu perasaan ini. Hanya Arion yang bisa memeluknya sehangat ini.

The Way Love GrowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang