Ch. 33

203 28 2
                                    

"Ih, kok Ayyis?" Harris menunjuk dirinya sendiri.

"Ayolah, Ris. Sumpah, ibarat kata mereka customer prioritas ini. Cepet kaya kita kalau ngikutin kata mereka. Seminggu aja kok." Arion mengetuk-ngetukan jarinya ke atas meja.

"Kenapa harus Harris coba? Kan ada Gin?" Menunjuk Gin yang tengah bersantai dengan tangan yang ia lipat di depan dada. Sumpah, ingin Harris lempar dengan vas bunga saja bapak-bapak satu itu.

"Mbok ya aku udah ngambil yang ke Jepang kemarin loh. Kok aku lagi?" Protes Gin. Kali ini tangannya menunjuk pada Arion yang tengah mengamati mereka adu mulut. "Mau nyuruh dia? Orang dia yang punya ini bisnis. Mau kamu gaji kamu dipotong?" Tanya Gin.

"Jangan ih, Harris mau buka warnet satu lagi. Modalnya belum cukup." Menelungkupkan wajahnya ke atas meja, Harris mental breakdance ini.

"Yaudah, kamu ini ya. Fix. Sejahtera kamu pergi bareng mereka itu." Hibur Gin, memberikan satu permen kaki sebagai reward karena Harris sudah mau diajak bekerja sama.

"Yaudah iya Ayyis!" Merampas permen berwarna merah itu dan duduk memunggungi Gin setelahnya. "Padahal Ayyis pengen main game." Ratap Harris.

"Joss, mantap! Berangkat minggu depan ya, Ris." Arion tertawa senang, sebenarnya bisa saja Arion yang pergi, masalahnya hanya satu, kalau yang lain bisa kenapa harus dia?

"Iya!"

Meraih ponselnya, Arion melihat satu pesan yang baru saja di kirim oleh maminya, lengkap dengan satu emoticon menangis. "Ada apa nich."

Baru juga menarik udara untuk mengisi paru-parunya, Arion sudah tersedak oleh nafasnya sendiri. "Ahahaha. Lihat ini lihat, lucu banget, Ya Tuhan."

Harris dan Gin langsung mendekati Arion dan seketika itu juga, "HAHAHA."

**

Edlyn bergacak pinggang melihat dua onggok daging yang tengah berdiri di depan teras rumahnya. Entah ini manusia entah tikus got, hitam sekali!

"Kalian ini loh kenapa bisa jadi kotor banget?" Amuk Edlyn.

"Silakan, Nyonya." Alden dengan senyum riang langsung menyerahkan selang air ke tangan Edlyn, menunggu momen yang sangat ia nantikan dengan hati riang. Tidak sia-sia ia bolos bekerja hari ini.

"Kak Rumi nyemplung got, Ecu mau nolongin. Tapi ikut kecemplung, kepleset dikit tadi." Jelas Exu. Sudah perih sekali hidungnya ini mencium arom tubuhnya dan aroma tubuh Rumi.

"Ngga sengaja narik gasnya kekencengan, jadinya oleng. Trus masuk got." Rumi mengeryitkan hidungnya. Sumpah, bau sekali, Ya Tuhan. Ampun!

"Minta maaf." Sama-sama mengangkat tangan kanannya setinggi kepala, Rumi dan Exu menunduk memohon ampunan. Garang sekali mami mereka siang ini.

Takut.

__

Exu setengah sedih, setengah prihatin melihat kondisi Rumi saat ini. Berjalan mendekat dengan tawa yang sebisa mungkin ia tahan karena wajah mengenaskan Rumi yang terpampang nyata di depannya.

"Ya Tuhan, mati kita ini." Gumam Exu.

"Tolongin." Mengulurkan tangannya, Rumi sudah pucat pasi melihat keadaan motor Edlyn yang masuk sebadan-badan ke dalam got. Sama halnya dengan dirinya sendiri.

The Way Love GrowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang