"Cu, aku ngga ada bawa apa-apa." Resah Rumi. Seharusnya tadi Rumi mampir sebentar untuk membeli buah tangan. Minimal buah atau barang kali mami ingin martabak?
"Yaelah, santai aja kali, Kak. Di rumah juga udah banyak makanan ini. Bawa badan aja mami udah girang bukan main." Membuka pintu mobil dan segera keluar karena maminya sudah menunggu dengan cantik di sana.
Menarik nafas panjang, Rumi tersenyum lebar. Berjalan sedikit di belakang Exu karena ini pertama kalinya bagu Rumi ke sini tanpa Arion bersamanya.
"Mami." Sapa Rumi.
"Anak cantik mami udah dateng. Udah makan, Sayang?" Memeluk Rumi sekilas, Edlyn menggandeng dua anak kecilnya untuk segera memasuki rumah.
"Rumi tadi udah sarapan bareng mas, Mi." Mengangguk pelan, Rumi masih kenyang. Arion dan porsi kulinya benar-benar menyiksa Rumi.
"Udah lama itu, mami bikin spaghetti carbonara sama udang cumi tepung. Yok makan lagi." Ajak Edlyn.
"Nanti aja boleh, Mi? Rumi masih kenyang." Menepuk pelan perutnya yang sedikit menggembung karena makanan tadi pagi. Dari satu piring berdua, Arion hanya makan sepuluh sendok. Selebihnya larinya ke perut Rumi.
"Nanti udah waktunya makan siang, dikit aja gapapa. Ayo, Nak. Exu aja sebelum ngejemput kamu udah makan, itu mau makan lagi." Tunjuk Edlyn langsung mengarah pada anak bungsunya yang tengah duduk manis di meja makan.
"Ini mah ngemil, Mi. Bukan makan. Makan itu nasi. Lagian Exu masih masa pertumbuhan." Dengan penuh percaya diri Exu mengendikan bahunya.
"Apa lagi yang mau kamu tumbuhin?" Memutar bola matanya jengah, Edlyn memilih untuk mengangguk dan mengiyakan saja. Selagi anak-anaknya senang dan tumbuh dengan baik, Edlyn juga akan senang.
"Otot. Biar aku bisa ngerebut Kak Rumi dari Kak Arion." Tanpa berpikir dua kali, Exu langsung saja menjawab sesuai dengan apa yang saat ini tengah otaknya pikirkan.
"Kalau Mika denger habis diketawain kamu itu. Otot mah dibentuk, bukan ditumbuhin." Menuruni anak tangga dengan pakaian santai khas bapak-bapaknya, Alden menyahut begitu saja.
Memutar malas bola matanya, Exu mencibir sinis. "Yeh, ikut aja ini aki-aki."
"Kurang ajar. Anak pungut kamu." Sungut Alden.
**
"Yon, bawa bekal apa?"
Baru saja pintu ruangan Arion dorong dan sebelah kakinya memasuki ruangan, Gin sudah menodongnya dengan pertanyaan mengenai bekal dari istrinya.
"Nasi daun jeruk, karage, sosis... sosis apa ini tadi kata Rumi ya, lupa. Pokoknya tumis sosis sama saos gitu, trus ada capcay juga. Buahnya ada buah naga sama pisang." Menyebutkan semua isi bekalnya seraya berjalan menuju meja pribadinya tanpa memperhatikan raut wajah Gin dan Harris.
"Damn." Takjub mereka berdua, bertepuk tangan takjub dengan kepalanya yang mengangguk semangat.
"Bikinin kita bekal juga dong, nanti kita bayarnya perbulan." Ujar Harris. Apa tidak berteriak itu perutnya mendengar setiap menu bekal makan siang yang dibawa oleh Arion?
"Ngga boleh, ini spesial buat Mika." Tolak Arion mentah-mentah. "Lagian uang Mika masih banyak. Kalian cari cathering yang lain aja."
"Shibal!"
**
"Cu, ajarin bawa motor." Pinta Rumi. Menarik ujung lengan baju Exu yang tengah sibuk dengan laptopnya, yang jelas itu bukan tugas. Rumi yakin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Love Grows
FanfictionTidak pernah terpikir oleh Arion bahwa ia harus menikah diumur yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun ini. Hidupnya selama ini baik-baik saja seorang diri. Bekerja dan membahas berbagai hal bersama dengan teman-teman solasinya. Bermain game, pus...