"Ya Habibiii."
Suara teriakan Exu menggema di ruangan besar ini. Langsung berjalan menuju dapur karena Exu tahu, Rumi pasti tengah berada di sana.
"Ya Habibi?" Sekali lagi, Exu duduk di meja makan dengan tangan yang menopang dagu.
"Halo, Ecu. Udah makan?" Tanya Rumi. Terlihat masih sibuk menata kotak bekal yang akan ia bawa menuju tempat Arion.
"Belum. Kakak mau berangkat kapan?" Sebagai adik ipar yang sangat berdedikasi tinggi, tentu Exu harus memastikan dulu kepada istri ketuanya ini.
Melirik pada jam dinding, Rumi mrnatap Exu sebentar, "setengah jam lagi aja keburu kan ya kita ke kantornya mas?" Tanya Rumi memastikan.
"Keburu kok, aman aja." Mengacungkan jempolnya, Exu mengangguk santai. Pembalap guys, jangan ragu jangan bimbang.
"Ya udah, setengah jam lagi aja ya. Ecu makan dulu aja, aku mau siap-siap dulu sebentar." Meletakan semangkok besar soto di atas meja dengan satu piring lengkap ke hadapan Exu.
Mengangguk semangat, Exu tertawa senang. "Ecu makan sebentar ya, ehehe."
"Iya, makan aja. Aku bikin banyak kok."
**
"Siap? Seatbeltnya jangan lupa sayangku." Ujar Exu. Membawa aset keluarga, Exu harus memastikan keselamatan wanita kakaknya ini demi keselamatan kantongnya sendiri.
"Sudah."
"Kak, gimana sama kakak? Dia ngga macam-macam kan?" Tanya Exu. Sebelum Arion benar-benar mencintai Rumi, akan Exu tanyakan perihal hal ini setiap hari.
"Engga kok, Mas Rion baik sejauh ini." Entah bagaimana perasaan Arion, yang jelas selama hampir tiga bulan lebih ini mereka bersama, pria itu tidak pernah main tangan atau berlaku kasar pada Rumi.
"Kalau ada apa-apa, kakak harus cerita ya. Kalau ngga mau sama Exu gapapa, sama mami aja." Kasihan Rumi jika ia harus menghadapi Arion yang sedang dalam mode setan itu.
"Iya, terima kasih."
**
Suara ketukan pintu membuat tiga kepala berbeda warna rambut itu langsung menolehkan kepala pada sumber suara.
"Masuk." Perintah Arion.
"YA HABIBII!"
"Ya Tuhan." Memijat pelipisnya, Arion terkadang tidak paham dengan tingkah si bungsu ini. Ada saja gebrakannya setiap hari.
"Eh, ada Ibu Bos." Sapa Gin. Melambai santai dengan senyum lebar yang terlukis di wajahnya.
"Eh ada kesayangan mas, sini dek." Meminta Rumi untuk mendekat, Arion sudah berdiri dari kursinya. Menyambut Rumi dengan penuh suka.
"Bilang makasih ke Exu!" Tuntut Exu. Berjasa ia ini, berjasa.
"Terima kasih Ecu, nanti kakak transfer jajan."
"Senang berbisnis dengan Anda."
Meletakan beberapa kotak ke atas meja Arion, Rumi mendekati tubuh besar itu dengan menyambut uluran tangan suaminya. "Dimakan dulu, mumpung masih hangat." Ujar Rumi.
"Adek juga bawain buat Kak Harris sama Kak Gin."
"Wogh, mantap betul. Terima kasih." Gin langsung mendorong kursinya untuk mendekati meja Arion. Mengabaikan pria berambut ungu yang masih sibuk merangkul pinggang Rumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Way Love Grows
FanfictionTidak pernah terpikir oleh Arion bahwa ia harus menikah diumur yang baru menginjak dua puluh tujuh tahun ini. Hidupnya selama ini baik-baik saja seorang diri. Bekerja dan membahas berbagai hal bersama dengan teman-teman solasinya. Bermain game, pus...