Ch. 23

194 26 2
                                    

Disarankan untuk memutar lagu Lee Hi 'breath' ya seeng.

Selamat membaca

**

Menatap punggung Arion yang sudah mulai menghilang di balik belokan anak tangga, Rumi tersenyum tipis. Membuka lemari pendingin dan melihat apa saja yang bisa ia buat.

"Udang tepung sana tumis capcay gapapa kan ya? Masaknya ngga lama juga kok."

**

Membanting tubuhnya ke atas ranjang, Arion memejamkan matanya. Meraih guling berbentuk terong kesayangannya, Arion berdecak kesal.

Ia merasa bersalah saat mengatakan bahwa Rumi adalah orang yang problematik. Arion hanya terbawa emosi dan ia tidak bermaksud untuk mengatakan itu.

Ia benar-benar panik saat tidak mendapati Rumi berada di rumahnya, Arion benar-benar takut jika terjadi sesuatu kepada Rumi. Ia setakut itu untuk sekedar membayangkan saja.

"Sialan, Mika kelewatan banget ya tadi." Gumam Arion. Beranjak dari ranjang dan melepas semua pakaiannya. Arion rasa ia butuh berendam dengan air dingin sekarang.

**

"Mami ketemu sama Indri." Edlyn bersandar pada sofa ruang keluarga.

Alden dan Exu langsung saling lirik.

"Mami bilang aja semuanya, mami beliin perhiasan buat Rumi, satu-satunya yang jadi masalah di dalam hidup Rumi itu dia. Trus dia diem doang kek orang tolol. Pasti dia lagi nyusun rencana buat balas dendam itu." Edlyn sudah berprasangka buruk saja sejak tadi siang, salahnya memang karena terlalu gegabah.

Tapi Edlyn tidak bisa lagi jika harus bersabar, ia sudah bersabar selam bertahun-tahun ini.

"Mami kecepetan itu." Protes Exu.

"Ya mami kesel! Pengen mami cabik-cabik aja itu mukanya. Sialan." Amuk Edlyn. Memukul-mukul bantal sofa yang sedari tadi berada di atas pangkuannya.

"Ya udah kalau gitu, liatin aja dia mau ngapain. Kalau ngeliat dari kamu yang manjain Rumi keknya dia juga mau Cherry dapat itu." Alden dan otak penuh konspirasinya mulai menerka-nerka.

"Dih? Ogah aku!" Tolak Exu mentah-mentah. Sial sekali hidupnya jika memang sampai itu kejadian.

"Mending Exu bujangan aja sampai tua! Ngga mau aku dapet menantu kek begitu." Berdecak kesal, membayangkannya saja sudah membuat Edlyn naik pitam. Ide konyol apa itu?

"Kalau kamu masih mau besanan sama dia, Exu sama abel aja." Titah Edlyn.

"Muka aku gay banget ya, Mi?"

**

Menggigit bibirnya, Rumi memegang erat nampan di depan tubuhnya. Masih ragu untuk mengetuk pintu kamar Arion atau tidak.

Mengatur nafas, satu tangan Rumi perlahan naik untuk mengetuk pintu kayu itu.

"Mas." Panggil Rumi. Jantungnya berdetak kencang menunggu pintu itu terbuka.

Satu detik.

Dua detik.

Kembali mengetuk pelan, jika memang Arion sudah tidur akan Rumi letakan di meja kecil sebelah pintu saja. Jika sekiranya nanti Arion terbangun, maka ia bisa melihat makanannya nanti.

The Way Love GrowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang