Ch. 41

171 29 0
                                    

"Balik dulu balik sosisnyaaa." Krow berteriak kesal.

"Sabar, Anjeng!" Balas Echi. "Lu ngga liat ini mata gua kelilipan." Amuk Echi.

"Bodo amat! Gosong udah ini sosis gua."

"Gua balikin juga ini meja panggangan ya."

"Coba aja, langsung dicoret dari kartu keluarga lu sama papi."

"Mana bisa! Gua anak kesayangan mami. Mau apa lu."

"Aku ya yang anak kesayangan mami!" Selia yang sedari tadi diam tak ingin buka suara, kau tidak mau harus terlibat dalam percakapan ini.

Julukan anak kesayangan mami itu harga mati!

"Cape bet cape." Keluh Arion.

**

Sementara yang lain sibuk dengan suasana yang begitu tentram di luar sana, Harris duduk santai di dapur bersama Rumi, Elya, Mia, dan Mako. Duduk berjejer di meja makan seraya membuat es buah.

"Selesai jam berapa itu panggangan kalau mereka ribut terus?" Gumam Mako. Memotong buah naga dengan telaten tanpa ada niatan sedikit pun untuk keluar menuju halaman samping.

Lebih enak di sini, tentram.

"Ga bakal kelar itu. Ngga denger itu Kak Echi sama Kak Krow makin tarik urat?" Mia menyahuti tak kalah lelah. Mendengarnya saja sudah membuat Mia sakit kepala. Apa kabar jika Mia harus ikut ke sana?

"Belum aja jadian mereka itu." Timpal Harris. Sungguh, ingin Harris doakan saja mereka agar berjodoh nantinya. Akan Harris olok hingga ia mati nanti.

"Mami ngga tau? Mereka emang lagi pendekatan tau, Miii." Elya tersenyum geli. Memang lebih enak bergosip dengan Harris jujur saja.

Harris menatap Elya dengan mata yang membola tak percaya. "Bukannya Echi sama Gin?"

"Berita lama itu, Mi. Kak Echi capek kena zona teman terus. Trus entah gimana ceritanya, malah deket ama Kak Krow." Mia menggeleng prihatin. Bingung ia memikirkan kisah cinta Gin nantinya.

"Oalah. Gin g-nya ga jelas." Gumam Harris. Apa harus Harris carikan jodoh dia? Tapi Harris saja belum menemukan jodohnya hingga saat ini.

Rumi terdiam menyimak cerita teman-teman suaminya ini. Ia masih belum hafal dengan nama-nama mereka

"Kak Harris kenapa dipanggil mami?" Tanya Rumi penasaran. Seingat Rumi semua orang memanggil Harris mami, apa Harris tidak risih?

"Itu karna mami sifatnya keibuan, jadi kita semua manggilnya mami. Udah akrab juga sama panggilan mami, jadi ya udah." Mia langsung mengangkat tangan dan menjelaskan seringkas yang ia bisa.

Mengangguk paham, Rumi kembali memotong buahnya. Di dalam hati, Rumi juga sangat setuju bahwa sifat Harris terlihat sangat keibuan.

Rumi suka.

"Aduh, tiba-tiba pengen seblak." Terkekeh pelan, sudah hampir sebulan ini Harris tidak makan menu kesukaannya itu. Jujur saja Harris tidak sempat, pikirannya terlalu ramai hingga mau tidak mau, Harris harus membuang menu satu itu.

"Mau aku bikinin? Aku bisa bikin seblak, dulu." Walau Rumi ragu, tidak ada salahnya untuk mencoba bukan? Jika tidak enak, Rumi bisa menghabiskan sisanya.

Rumi sudah biasa juga dengan itu.

Tanpa pikir panjang, Harris langsung mengangguk semangat. "MAU!"

__

The Way Love GrowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang