Ch. 45

190 36 5
                                    

Berusaha untuk tetap menjaga kepalanya agar berada di atas air, Rumi menggapai udara berharap seseorang akan membantunya. Paru-parunya sedikit lagi akan terisi penuh oleh air kolam.

"Abang! Ma!" Teriak Rumi menatap penuh harap. Dadanya sakit sekali, panas.

"Satu-satunya yang tersisa dari Clara cuma kamu dan saya udah ngga mau kamu ada di rumah ini."

Entah apa yang Indri katakan, yang dapat Rumi tangkap dengan jelas hanya nama bundanya. Jadi ini masih berkaitan dengan bundanya?

Rumi tidak ingat pasti bagaimana bisa berakhir di dalam kolam seperti ini, sedangkan ia sangat ingat bahwa ia tidak bisa berenang sama sekali.

Rumi hanya datang untuk duduk seraya mencelupkan kaki di dalam kolam. Suasana rumah terlalu ramai dan Rumi tidak begitu suka. Keluarga Indri dan keluarga Devin sedang berpesta untuk merayakan kematian Clara.

Ah, Rumi ingat. Indri datang dan berlagak untuk mengajaknya masuk ke dalam rumah. Mengulurkan tangan bermaksud untuk membantu Rumi berdiri. Dan berakhir dengan mendorongnya jatuh hingga ke tengah kolam.

Ya, Indri.

Dan yang lebih membuat Rumi terkejut adalah kehadiran Abel. Saudara kandungnya itu hanya berdiri diam seraya memperhatikan Rumi yang tengah menggapai udara.

"Ab-"

"Kamu ngga usah hidup lagi. Titip salam buat bunda kamu."

Dan Rumi berakhir dengan mengikuti gravitasi hilang di balik air yang mulai kembali temang.

__

Mata Exu sudah berkaca-kaca. Merentangkan tangan dan kembali memeluk Rumi yang hanya tertawa singkat.

Entah karena sudah berdamai entah karena ia yang memang sudah gila.

"Jahat banget, terus mereka masih ada muka buat ketemu kayak gini? Memang anjing." Rutuk Exu. Bibirnya sudah mengerucut sedih nyaris menangis.

Menepuk pelan pundak lebar itu, Rumi tidak tahu harus bereaksi seperti apa. Rasanya sudah terlalu biasa bagi Rumi untuk mengalami semua hal ini. Sudah kebal jujur saja.

"Keknya kita udah dipanggil, ayo." Ajak Rumi. Berdiri dan merapikan ember beserta sendok pasirnya.

"Embernya dibawa juga?" Tanya Exu.

"Bawa aja."

**

"Karna kita udah jadi satu keluarga, gimana kalau kita jodohin Cherry sama Exu juga sekalian?" Indri melirik pada anak bungsunya yang sudah menunduk dengan wajah yang memerah malu.

Melirik pada Cherry, Edlyn tertawa tidak enak hati. "Wah, sayang banget. Exu udah punya pacar." Tolakan halus Edlyn membuat Indri menghela nafas.

Meski Exu tidak punya pacar juga tidak akan mau Edlyn menjodohkan anak bungsunya dengan si Cherry ini.

Lebih baik Exu menjadi perjaka tua!

"Eh, udah selesai main kan? Ayo duduk sini." Ajak Alden. Mendekatkan satu kursi yang dapat matanya tangkap.

"Embernya di bawa?" Menunjuk pada tangan anak dan menantunya, Edlyn menatap mereka berdua secara bergantian.

"Kata Kak Rumi bawa?" Tunjuk Exu langsung mengarah pada Rumi yang baru saja akan meletakan embernya.

"Oh? Ditinggal aja kah?" Dengan mata membulat dan juga posisi yang setengah membungkuk, Rumi menatap Edlyn di depannya.

The Way Love GrowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang