Ch. 11

178 24 2
                                    

Rumi menatap ponselnya dengan ragu-ragu, apa tidak masalah jika Rumi melakan ini?

Pada layar ponselnya masih terpampang jelas nama Edlyn di sana, Rumi masih berpikir dengan keras, apa boleh ia menelfon wanita cantik itu? Sungguhan tidak apa-apa?

"Coba dulu aja kali ya? Kalau ngga diangkat yaudah, ngga aku telfon lagi." Menarik nafas panjang, Rumi memejamkan mata saat jemarinya menekan tanda telefon pada sudut atas ponselnya.

Pada dering kedua, Rumi dapat merasakan bahwa jantungnya seketika langsung pindah terjun menuju lutut.

"Halo? Kenapa, Sayang?" Suara Edlyn bersahut senang dari seberang telfon. Nampak begitu bahagia mendengar suara Rumi yang saat ini tengah menyapa gendang telinganya.

"Mami sibuk ngga? Maaf ya, Mi. Rumi nefon." Duduk diam di kursi meja makan, Rumi bingung harus memulai dari kata-kata apa.

"Gapapa sayang, aman aja. Ada apa?" Edlyn yang ditelfon menantu seperti ini tentu saja berbangga diri. Kapan lagi begitu kan?

"Mi, Rumi mau nanya. Mas Arion suka makan apa ya, Mi?" Terdengar kekehan pelan di akhir pertanyaan, Rumi malu tentu saja.

"Ayam woku! Itu list paling atas dia itu. Ayam woku sama bakwan jagung." Tawa Edlyn menggelegar. Sudah hampir mati bosan Edlyn dan yang lainnya makan dengan woku, Arion si anomali ungu itu tetap meminta ayam woku sebagai lauk mereka.

Seminggu penuh, bayangkan!

"Ayam woku sama bakwan jagung, terima kasih ya, Mi."

"Iya sayang, gapapa. Jangan sungkan gitu. Tolong ya Rum, Mika makannya agak sulit itu. Suka nunda-nunda makan." Dari kapan tahun itu, hal paling sulit yang Edlyn lakukan selama menjadi seorang ibu ya menyuruh Arion makan. Untung hanya Arion, jika Exu juga mengikuti jejak kakaknya habis sudah Edlyn dimakan kata sabar.

"Iya, Mi. Nanti Rumi usahain biar Mas Arion makannya teratur, Mi." Sedikit tidak yakin, tapi tak apa. Akan Rumi coba.

"Mau mami bantuin masaknya, Cantik?" Menawarkan diri, Edlyn rasa masak bersama menantu tidak buruk juga. Pasti terasa sangat menyenangkan.

"Eh? Engga, Mi. Gapapa, Rumi mau nyoba sendiri dulu. Nanti kalau Rumi ada kendala Rumi telfon mami lagi." Sebenarnya Rumi ingin, sangat ingin malah. Hanya saja Rumi takut jika ia terlalu banyak diam nanti, maka Edlyn akan merasa bahwa Rumi tidak menyukai kehadiran wanita cantik itu.

"Boleh, semangat anak cantik mami."

"Terima kasih mi, Rumi tutup ya mi."

"Iya, Sayang."

Memegangi jantungnya yang sudah akan turun lagi, wajah Rumi memerah malu. Entah kenapa, ia merasa begitu senang dengan semua respon Edlyn padanya.

"Nanti mau aku bawain buat mami juga ah." Mulai mengeluarkan semua bahan masakan yang akan Rumi butuhkan. Ia sudah mulai sibuk di dapur sana.

Yang ada di kepalanya hanya Woku dan Bakwan.

"Harusnya sih sebelum jam makan siang udah selesai ini.

**

"Client apaan, Ngok? Orang kerjaan kita dari tadi mantengin layar komputer doang." Gin menaikan alisnya tak paham. Seingat Gin tidak ada meeting apapun dan mereka jug sepakat untuk tidak menerima client dadakan dalam bentuk apapun.

Terkecuali hitungannya masih masuk akal.

"Kan kerjaan kalian emang itu?" Duduk di kursinya, Arion bersandar santai dengan tangan yang sudah memegang ponsel.

The Way Love GrowsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang