"Cinta ini salah," suaranya bergetar, hampir tenggelam dalam gemuruh ombak kecil. Namun, cinta di matanya tak bisa dipadamkan.
"Tapi aku tak bisa berhenti mencintaimu," jawab yang lain, dengan desahan putus asa, seperti seseorang yang sudah lama ter...
Seorang pria keluar dari dalamnya, berjalan mendekat lalu bersandar di mobilnya.
"Hei, anak baru!" Panggilku lagi.
"Apa kau selalu berteriak pada setiap anak baru disini?"
Tanganku mengepal. Aku menghela nafas kasar.
"Menyingkirlah! Aku akan memarkirkan mobilku!" Perintah ku.
"Dimana? Disana? Silahkan!"
"Disini, bodoh! Ini adalah tempat parkir tetapku!"
"Apa? Disini? Mobilku yang akan parkir disini!"
Aku menarik kerah seragamnya kuat dan menatapnya tajam. Wajahnya mundur perlahan karena sebelumnya hanya berjarak beberapa inci saja.
"Menyingkirlah!"
Dia tertawa pelan lalu mendorong keningku dengan jari telunjuknya pelan.
"Mobilku lebih dulu berhenti disini! Kau menyingkirlah!" Perintahnya.
Aku melongo tak percaya.
"Oh, Astaga! Tapi aku lebih cepat darimu tadi!"
Dariel menaikkan kedua pundaknya.
"Ayolah! Aku sangat lelah! Kau tidak mengerti betapa sibuknya aku! Aku baru saja kembali dari.."
Aku berpikir sejenak sebelum melanjutkan Kata-kataku.
"Dari?" Tanyanya memastikan.
Baik, aku akan berbohong sekali lagi!, batinku.
"Aku baru saja mendarat dari Switzerland tadi malam, jadi aku sangat lelah! Aku super sibuk. Jadi, menyingkirlah! Biarkan aku parkir disini!" Lanjutku.
"Aku pun baru saja mendarat dari Luksemburg pagi tadi! Seharusnya kau paham betapa sibuknya aku! Aku maha sibuk. Kau menyingkirlah!"
Aku melongo tak percaya mendengar celotehnya. Benar-benar membuatku muak.
Aku berjalan masuk kedalam mobil dan mengambil sebuah kertas cek.
"Aku akan membeli parkiran ini dengan 30 juta dollar!" Kataku mengulurkan cek dengan nominal sekitar 400 miliar itu kehadapannya.
Dia tertawa pelan.
"Bagaimana dengan 40 juta dollar?" Ucapnya mendekat kewajahku.
Tanganku mengepal.
"KAU MERENDAHKANKU?!?!!?!?!?!" Seruku menatapnya dengan penuh kebencian.
Aku mengangkat tangan kananku bersiap menamparnya namun seseorang menahannya.
"Tidak, jangan Krystal! Jangan menciptakan kegaduhan!" Serunya menahan tanganku.
"Dyna, apa yang kau lakukan?"
"Redakan amarahmu, krystal! Atau seseorang akan melihat kita!"
Aku menarik tanganku kuat lalu kembali masuk kedalam mobil dan melaju kencang keluar dari parkiran Aberforth.
ಥ‿ಥ
"Kau telah membuatnya kesal, bodoh!" Cetus dyna kesal.
"Aku tidak melakukan apapun!" Elak dariel cepat.
"Begitulah krystal.. Dia tidak pernah menerima kekalahan sekecil apapun dengan siapapun! Dia sangat ambisius!"
Dariel tertawa pelan.
"Begitukah? Dia terlalu jahat dengan wajah secantik itu!"
"Jadi kau memujinya atau mengumpatinya?"
Dariel tersenyum miring.
Krystal yang sempurna. Kulitnya seputih salju dan Memiliki bulu mata panjang yang indah diatas mata hazelnya, hidung mancung, dengan tulang pipi tajamnya yang selalu nampak sexy bagi siapapun yang menatapnya.
"Dyna, dimana Krystal? Kau tidak bersamanya?" Tanya Jeff menghampiriku tiba-tiba. Dia menatap dariel heran.
"Kau? Sedang apa kalian-
"Dia menghampiriku untuk meminjam catatan sebelumnya. Setiap anak baru pasti melakukannya, bukan?" Jawab Dyna menjelaskan.
Jeff mengangguk seolah paham lalu berlalu dari hadapan mereka. Dyna menatap kepergiannya.
"Pria itu terlihat sangat khawatir!" Ujar dariel memecah keheningan.
