52

2 2 0
                                    

La Sorella perlahan berlabuh di sebuah pulau kecil nan megah yang terlihat seperti surga dari kejauhan. Pulau itu bernama Xandria, dikenal sebagai salah satu pulau paling mewah dan tercanggih di dunia. Dari atas kapal, pemandangannya sungguh menakjubkan. Pantai-pantai berpasir putih membentang di sepanjang garis pantai, diapit oleh resor futuristik dengan desain arsitektur yang tidak pernah kulihat sebelumnya. Teknologi canggih yang mengintegrasikan alam dengan modernitas tampak di setiap sudut. Pulau ini memancarkan kemewahan dan keindahan yang hampir sulit untuk dipercaya.

Aku melongo tak percaya, terpukau oleh keindahan yang terhampar di depanku.

"Ini nyata? Aku belum pernah melihat pulau ini sebelumnya!" pikirku, hampir tak mampu berbicara. Setiap detil di pulau ini tampak seperti diambil langsung dari mimpi terliar.

Sebelum aku bisa benar-benar memproses segalanya, Dariel mendekat dan dengan lembut meraih pinggangku. Dia mengecup kepalaku, seolah memberikan rasa aman di tengah kekaguman yang kurasakan. Sentuhannya begitu hangat, begitu akrab. Namun, di balik momen itu, ada perasaan ganjil yang bersembunyi, sesuatu yang belum sepenuhnya bisa kupahami, tapi mulai terasa di dalam hati.

Saat La Sorella berhenti sempurna di dermaga mewah, seorang pria berpakaian rapi yang tak lain adalah asisten pribadi Dariel mendekati kami. Dengan senyum formal, dia memandu kami turun dari kapal. Dia menunduk sedikit hormat.

"Selamat datang di Pulau Xandria. Pulau ini dirancang sebagai surga pribadi untuk Anda berdua. Tidak ada orang lain di sini, semua fasilitas dan keindahan ini hanya untuk Anda."

Aku menatap Dariel yang tersenyum ringan, kemudian beralih ke pemandangan indah di sekitar kami. Asisten itu terus menjelaskan dengan nada sopan namun tegas,

"Pulau ini sepenuhnya otonom, didukung oleh energi terbarukan dan teknologi canggih. Setiap vila, kolam renang, dan area hiburan telah dipersiapkan khusus untuk kenyamanan Anda berdua. Anda akan menemukan segala sesuatu di sini, dari makanan yang diinginkan hingga layanan terbaik, semua diatur untuk membuat Anda betah."

Aku tak bisa berkata-kata, terpukau oleh gagasan bahwa seluruh pulau ini hanya akan dihuni oleh kami berdua. Tidak ada orang lain, hanya aku dan Dariel, di tempat yang terasa seperti dunia yang terpisah dari realitas. Aku merasakan Dariel meraih tanganku dengan lembut, seolah menyadari bahwa aku masih terkejut.

Asisten itu menambahkan,

"Jika Anda membutuhkan sesuatu, atau ada permintaan khusus, kami memiliki tim yang siap melayani dari jarak jauh tanpa mengganggu privasi Anda. Pulau ini adalah tempat di mana waktu bisa berhenti, dan Anda bisa menikmati kebersamaan dengan ketenangan sepenuhnya."

Aku menelan ludah, masih sulit percaya bahwa kami benar-benar akan tinggal di sini, hanya berdua. Pulau ini, dengan segala kemewahan dan kesempurnaannya, kini menjadi milik kami.

Dariel meraih tanganku dan berlari ke tepi pantai, semangatnya menular ke seluruh tubuhku. Ketika kami sampai di sana, aku menahan tangannya sejenak. Dalam sekejap, keputusan itu terasa berani dan menggoda. Aku melepaskan seragamku, membiarkan kain itu jatuh ke pasir, menyisakan bikini yang menghiasiku.

Air laut yang jernih dan segar mengalir di sekitar kaki kami, memberi sensasi dingin yang menyenangkan. Dariel tertegun sejenak, matanya melebar saat melihatku. Ada kekaguman dalam tatapannya, dan seberkas senyum lebar menyebar di wajahnya.

"Wow," katanya, tak bisa menyembunyikan rasa terpesonanya.

Senyumku semakin lebar saat aku berlari ke dalam air, merasakan sentuhan lembut ombak yang menghampiri.

"Ayo, ikut!" seruku sambil menoleh ke arah Dariel. Rasa percaya diri mengalir dalam diriku, dan semua keraguan seakan sirna saat melihat dia melangkah mendekat.

FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang