Setelah pulang sekolah, aku memasuki mobil Dariel, semangat terasa membuncah di dalam diriku. Dia sudah memberitahuku bahwa ada kejutan yang telah disiapkannya, tetapi dia merahasiakan detailnya dengan sangat baik. Mobil meluncur dengan tenang di sepanjang jalan yang dikelilingi pemandangan hijau, sesekali Dariel menatapku dengan senyum penuh rahasia di wajahnya. Aku mencoba menebak, tapi Dariel hanya tertawa kecil setiap kali aku bertanya.
"Ke mana sebenarnya kita?" tanyaku untuk kesekian kalinya.
"Kau akan segera melihatnya," jawabnya singkat, matanya penuh dengan misteri.
Setelah beberapa menit lagi, kami sampai di sebuah pelabuhan yang terlihat eksklusif, lebih tenang dan jauh dari keramaian. Perasaanku semakin kuat, ini pasti tempat yang Dariel maksud. Ketika aku menoleh ke arahnya, dia hanya tersenyum misterius dan memarkir mobil di tepi dermaga. Di ujung dermaga, berdiri sebuah kapal yang luar biasa megah dan elegan. Kapal itu seakan bersinar di bawah cahaya matahari sore, mencuri perhatianku sepenuhnya.
"La Sorella,”Dariel menyebutkan nama kapal itu dengan bangga, sambil memegang tanganku. Nama itu sudah sangat familiar di kalangan kami, sering disebut sebagai salah satu kapal mewah paling prestisius di kota. Kapal ini bukan hanya sekadar alat transportasi, tetapi simbol kemewahan dan privasi mutlak—tempat yang sempurna untuk melarikan diri dari segala hal.
Aku menatap Dariel dengan penuh keheranan dan kebahagiaan.
"Kau menyewa La Sorella untuk kita?”
Dia mengangguk, dengan senyum yang semakin lebar.
"Ya, hanya untuk kita. Hari ini, aku ingin menghabiskan waktu denganmu, jauh dari semuanya. Tidak ada sekolah, tidak ada bisnis, tidak ada yang lain. Hanya kita.”
Kami berjalan beriringan menuju kapal. Angin laut yang lembut menyapu wajahku saat kami menaiki tangga kapal. Segera setelah kami berada di atas dek, aku bisa merasakan betapa luas dan megahnya La Sorella. Kapal ini dilengkapi dengan segala fasilitas yang bisa kau bayangkan, kolam renang, jacuzzi, area lounge dengan sofa empuk, dan bahkan ruang makan yang dihiasi dengan bunga segar. Setiap sudut kapal terasa dirancang dengan detail untuk menciptakan suasana yang sempurna.
Kapal mulai bergerak, perlahan-lahan meninggalkan dermaga. Laut biru yang tenang membentang di hadapan kami, membingkai langit yang mulai berubah warna menjadi oranye lembut saat matahari turun. Aku berdiri di tepi dek, Dariel di sampingku, tangannya dengan lembut melingkari pinggangku. Rasanya seolah kami terputus dari dunia luar, hanya ada kami berdua dan keindahan alam yang mengelilingi.
"Kau tahu, aku selalu bermimpi untuk melakukan sesuatu seperti ini,”kataku sambil memandang jauh ke cakrawala.
Dariel menoleh dan menatapku dengan lembut.
"Aku juga, Krystal. Aku ingin kau merasakan betapa istimewanya kau bagiku, betapa berartinya momen-momen seperti ini.”
Kapal mulai bergerak, perlahan meninggalkan pelabuhan. Kami berdiri di tepi dek, angin laut menyapu rambutku, membuatku merasa bebas. Dariel berdiri di sampingku, tangannya memeluk pinggangku, sementara pandangannya terarah jauh ke cakrawala.
"Ke mana kita akan pergi?" tanyaku, memecah keheningan yang nyaman di antara kami.
"Kita akan menuju sebuah pulau kecil,”jawab Dariel.
"Tempat di mana tidak ada siapa pun kecuali kita. Aku sudah menyiapkan segalanya di sana. makanan, musik, dan tempat untuk kita menghabiskan waktu berdua. Tempat itu hanya untukmu.”
Hatiku meleleh mendengar kata-katanya. La Sorella melaju dengan tenang di tengah lautan, membawa kami semakin jauh dari daratan. Matahari semakin rendah di langit, menambahkan kesan romantis yang tak terlupakan. Aku menyadari bahwa hari ini akan menjadi salah satu momen paling berharga dalam hidupku, bersama seseorang yang benar-benar peduli padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅
أدب المراهقين"Cinta ini salah," suaranya bergetar, hampir tenggelam dalam gemuruh ombak kecil. Namun, cinta di matanya tak bisa dipadamkan. "Tapi aku tak bisa berhenti mencintaimu," jawab yang lain, dengan desahan putus asa, seperti seseorang yang sudah lama ter...