39

6 0 0
                                    

Aku terduduk santai di bangku taman belakang mansion, di bawah naungan pohon yang rimbun. Udara pagi masih terasa segar, tapi pikiranku terusik oleh pesan yang baru saja kubaca dari Dariel.

Dengan malas, aku memalingkan wajahku, merasa berat untuk memikirkan segala hal yang berhubungan dengan dirinya, terutama setelah kejadian kemarin. Aku telah berjanji pada diriku sendiri untuk menjauh dari ibuku, Dariel, dan siapa pun yang terkait dengannya. Itu jalan yang paling aman, paling damai.

"Hai!"

seseorang menyapaku tiba-tiba dengan nada yang akrab. Aku mendongak, dan melihat Jeff berdiri disampingku dengan senyuman di wajahnya.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya lembut, sebelum duduk di sebelahku.

Aku tersenyum tipis, mencoba menunjukkan bahwa aku baik-baik saja meskipun hatiku terasa berat.

"Mengapa tidak mengabariku sebelum datang?" tanyaku dengan sedikit senyuman yang lebih cerah, berusaha mengubah suasana hati.

Jeff tersenyum balik, lalu menjawab, "Kupikir aku harus mengecek keadaanmu, dan aku tahu kau mungkin butuh teman hari ini."

Jeff menatapku dalam, seolah mencoba mencari jawaban di balik senyum tipis yang kupasang. Aku tahu dia bisa melihat bahwa aku sedang tidak baik-baik saja, tapi dia tidak memaksa.

"Terima kasih telah datang," kataku dengan suara yang nyaris berbisik. "Kau benar. Aku butuh seseorang hari ini."

Dia mengangguk, memahami tanpa harus bertanya lebih lanjut. Lalu dia menatap taman yang tenang di sekitar kami, sejenak memberi ruang bagi kesunyian.

"Aku tahu semuanya berat sekarang, Krystal," ucapnya akhirnya, memecah keheningan.

Aku menoleh menatapnya, merasakan kehangatan dari kata-katanya. Jeff selalu ada untukku, sejak kami kecil. Dia selalu menjadi pelindung, sahabat yang bisa kuandalkan, meski aku tahu perasaannya padaku lebih dari sekadar teman. Tapi aku tak pernah bisa membalas perasaan itu dengan cara yang dia inginkan.

"Aku hanya ingin semua ini berhenti," gumamku sambil menatap lurus ke depan. "Semua ini terlalu rumit. Dariel, ibuku... aku merasa terjebak."

Jeff tersenyum kecil, menyadari bahwa aku sedang tenggelam dalam pikiranku sendiri. Dia mencoba mengalihkan pembicaraan ke sesuatu yang lebih ringan.

"Kau ingat saat kita masih kecil? Kita sering bermain petak umpet di sini, di taman ini," ucapnya sambil menatap sekeliling. "Kau selalu mengira bisa bersembunyi dengan baik, tapi aku selalu tahu di mana kau berada."

Aku mendongak sedikit, mencoba menahan senyumku.

"Itu karena kau selalu curang, Jeff. Kau mengintip sebelum aku selesai bersembunyi."

Jeff tertawa kecil, senyumnya semakin lebar.

"Mungkin. Tapi kau tahu, aku selalu melakukannya hanya supaya bisa melihat wajahmu saat kau ketahuan. Kau selalu marah-marah, tapi akhirnya kita tertawa bersama."

Aku tak bisa menahan senyum lebih lama. Kenangan masa kecil kami selalu menyenangkan. Di taman inilah kami berlari, tertawa, dan melupakan segala hal rumit yang menanti kami saat dewasa. Untuk sesaat, aku merasa seperti gadis kecil yang bebas dari segala beban, sebelum hidup menjadi begitu kompleks.

"Dan ingat saat kau jatuh ke kolam karena mencoba mengambil bunga teratai?" Jeff melanjutkan, masih tersenyum. "Kau menangis begitu keras, sampai aku harus ikut masuk ke dalam air untuk menenangkanmu. Aku ingat kita berdua basah kuyup saat itu."

Aku tertawa pelan, mengingat kejadian itu.

"Ya, aku ingat. Dan setelah itu kau bilang bahwa kita akan selalu menjadi teman, apa pun yang terjadi."

Jeff mengangguk pelan.

"Aku masih percaya itu, Krystal. Kau selalu bisa mengandalkan aku, seperti dulu."

Hati kecilku terasa hangat mendengar kata-katanya. Meski banyak yang berubah, ada satu hal yang tetap, persahabatanku dengan Jeff. Mungkin di tengah semua kekacauan ini, dia adalah satu-satunya yang stabil.

"Aku tahu, Jeff. Aku tahu."

Aku menatap Jeff sejenak sebelum memutuskan untuk berbicara tentang sesuatu yang sudah lama mengganjal pikiranku.

"Jeff, aku berpikir... tentang Dyna."

Jeff mengangkat alisnya, sedikit terkejut.

"Dyna?"

Aku mengangguk pelan.

"Ya, aku tahu apa yang dia lakukan padaku jelas salah, tapi setelah semua yang terjadi, aku merasa... mungkin sudah waktunya untuk memaafkannya. Bagaimanapun, dia hanya punya nenek yang sudah tua dan sebatang kara. Mungkin... aku bisa membantu membiayai sekolahnya lagi. Membiarkan dia kembali ke Aberforth bersama kita, seperti dulu."

Jeff menatapku, matanya penuh pertimbangan.

"Kau yakin, Krystal? Setelah semua yang terjadi?"

Aku tersenyum kecil, meskipun ada sedikit keraguan di hatiku.

"Ya, aku yakin. Aku hanya ingin melupakan semuanya dan mulai dari awal. Dyna juga berhak mendapatkan kesempatan kedua, bukan? Lagi pula, neneknya tak punya siapa-siapa. Aku tak ingin mereka berdua menderita."

Jeff mengangguk pelan, tersenyum tipis.

"Kalau itu yang kau inginkan, aku setuju. Kita bisa mengurus semuanya bersama."

Rasanya seperti beban terlepas dari pundakku. Meski aku tahu ada risiko, memaafkan Dyna mungkin bisa menjadi langkah awal untuk menyembuhkan lukaku sendiri. Mungkin, dengan memberi orang lain kesempatan, aku juga memberi diriku ruang untuk move on.

Jeff tampaknya memahami itu, dan aku merasa lega karena dia mendukung keputusanku.

FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang