Dariel dan wanita itu duduk di bangku taman rumah sakit, angin sepoi-sepoi membelai wajah mereka. Setelah beberapa saat hening, Dariel menoleh dan bertanya,
"Bagaimana bisa kau ada di dalam kedai itu?"
Wanita itu menghela napas panjang, matanya menerawang jauh ke depan.
"Itu adalah hari yang biasa... atau setidaknya seharusnya begitu," katanya pelan. "Aku hanya ingin mampir untuk membeli es krim, sesuatu yang sederhana. Lalu tiba-tiba, api mulai menyebar begitu cepat. Aku tidak pernah menyangka kedai kecil itu bisa terbakar seperti itu."
Dariel menatap wanita itu, mendengarkan dengan tenang.
"Jika bukan karena kau, aku mungkin tidak akan duduk di sini hari ini," lanjutnya, suaranya bergetar penuh rasa syukur.
"Jadi sekali lagi, terima kasih. Kau benar-benar menyelamatkanku."
Dariel hanya mengangguk, tak ingin memanjangkan pembicaraan tentang hal yang sebenarnya ia lakukan secara spontan.
"Aku hanya melakukan apa yang harus dilakukan," jawabnya sederhana.
Setelah beberapa saat berbincang lagi, Dariel merasa waktunya telah tiba untuk kembali ke rencana awalnya. Ia harus menemukan Krystal. Dia tahu ini bukan tempatnya untuk berhenti lama-lama.
"Aku harus pergi sekarang,"kata Dariel sambil beranjak dari bangku. "ada urusan yang belum selesai."
Wanita itu menatapnya dengan penuh pengertian.
"Aku harap kau menemukan apa yang kau cari," ujarnya sambil tersenyum. "Dan semoga semuanya berjalan dengan baik."
Dariel tersenyum kecil, mengangguk. Tujuan utamanya kini adalah menemukan Krystal dan memperbaiki apa yang telah terjadi di antara mereka.
Saat Dariel beranjak dari bangku, tiba-tiba wanita itu meraih tangannya dengan lembut.
"Tunggu," katanya, suaranya pelan namun tegas. Dariel menoleh, sedikit terkejut.
"Namaku Emma,"ucapnya, tatapannya penuh makna saat matanya bertemu dengan Dariel. "Terima kasih lagi... untuk semuanya. Katakan apapun jika kau membutuhkan bantuanku! Ingat, aku berutang budi padamu!"
Dariel terdiam sejenak, memandang Emma. Dia ingat peristiwa kebakaran itu, bagaimana ia bergegas menyelamatkannya tanpa berpikir panjang. Dariel mengangguk pelan.
"Tentu, Emma!" jawabnya singkat, berusaha tersenyum meski pikirannya masih terfokus pada Krystal.
Emma melepaskan genggamannya, dan Dariel pun beranjak, melanjutkan langkahnya untuk mencari Krystal, dengan tekad yang semakin kuat.
ಥ_ಥ
Hari mulai menjelang malam, langit berubah gelap dengan semburat jingga yang memudar di ufuk barat. Aku melangkah pelan keluar dari area rumah sakit, udara malam yang dingin menyambutku. Pikiran masih dipenuhi kekhawatiran tentang Dariel, tapi aku juga memikirkan bagaimana aku akan pulang. Mobilku jelas tertinggal di kedai es krim, dan aku kemari menaiki ambulans tadi.
Dengan terburu-buru, aku mencoba menghubungi sopir untuk menjemputku. Namun, sebelum aku sempat menyelesaikan panggilan, suara mesin mobil yang lembut namun bertenaga terdengar mendekat. Sebuah McLaren F1 LM-Spec berhenti tepat di hadapanku. Aku menatapnya, terkejut melihat mobil mewah itu.
Jeff keluar dari dalam mobil dengan wajah cemas, lalu tiba-tiba memelukku erat tanpa peringatan. Tubuhku kaku, terkejut dengan spontanitasnya. Aku tidak membalas pelukannya, masih terkejut dengan apa yang terjadi.
"Krystal, kau baik-baik saja?”suaranya terdengar cemas, dia menatapku dengan sorot mata yang penuh kekhawatiran. Tanpa menunggu jawaban, Jeff meraih tanganku, memeriksa dengan teliti seolah-olah mencari luka yang mungkin ada di kulitku.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅
Jugendliteratur"Cinta ini salah," suaranya bergetar, hampir tenggelam dalam gemuruh ombak kecil. Namun, cinta di matanya tak bisa dipadamkan. "Tapi aku tak bisa berhenti mencintaimu," jawab yang lain, dengan desahan putus asa, seperti seseorang yang sudah lama ter...