42

4 2 0
                                    

Saat bel berbunyi, tanda pelajaran telah usai, aku segera mengemasi buku-buku ke dalam tas. Kepalaku masih berdenyut sedikit akibat kejadian semalam, tapi aku memaksakan diri untuk tersenyum saat Jeff menghampiriku.

"Ayo keluar bersama," ucap Jeff sambil mengangkat alis, berusaha bersikap ceria seperti biasanya.

Aku hanya mengangguk, merasa tak ada energi untuk menolak tawarannya. Namun, saat kami baru saja melangkah menuju pintu kelas, aku mendengar langkah kaki cepat mendekat dari belakang. Aku sudah bisa menebak siapa yang datang tanpa harus menoleh.

"Krystal, tunggu!" Suara Dariel terdengar begitu jelas meski penuh ketegangan.

Aku bisa merasakan tatapan murka Jeff seiring dengan tangannya yang menggenggam bahuku lebih erat.

Dariel semakin mendekat, tetapi sebelum dia bisa mencapai kami, Jeff berbalik dan menahan langkahnya. Mereka berdiri berhadapan, hanya beberapa meter dari tempatku berdiri.

"Berhenti di situ, Dariel," suara Jeff terdengar tegas dan dingin.“Kau tidak perlu membuatnya lebih buruk dari ini.”

"aku hanya ingin bicara dengannya sebentar,” balas Dariel, suaranya memohon, namun Jeff tetap tak bergeming.

"Cukup. Dia bahkan tidak ingin bicara denganmu, paham?”Jeff berkata dengan nada rendah, namun tegas, melindungiku seperti yang selalu dia lakukan.

Aku menahan napas, ingin sekali memohon pada Jeff untuk melepaskannya. Bagaimanapun, aku tahu Dariel ingin menjelaskan sesuatu, ingin menyelesaikan ini semua. Tapi aku juga tahu, aku belum siap mendengarnya.

Aku menggigit bibir dan menarik lengan Jeff pelan.

"Ayo kita pergi, Jeff.”Ucapku lirih.

Jeff menatapku sejenak, lalu mengangguk.

"Kau dengar sendiri, Dariel. Pergilah.”

Tanpa menunggu jawaban, Jeff membimbingku keluar dari kelas, meninggalkan Dariel yang masih berdiri dengan wajah penuh penyesalan dan frustrasi. Aku bisa merasakan tatapan Dariel yang mengikutiku sampai aku menghilang di ujung koridor.

"Dimana dyna?" Tanyaku.

Jeff menggeleng.

"Aku belum melihatnya hari ini!"

Aku mengangguk paham.

Setelah kami sampai di area parkir, aku menghentikan langkahku di samping mobilku. Aku mengeluarkan kunci dari tas dan membuka pintu mobil.

"Aku akan pulang, Jeff,”ucapku, berusaha memberikan senyuman kecil.

Jeff menatapku, matanya menunjukkan kekhawatiran yang masih jelas.

"Kau yakin akan pulang sendiri? Aku akan menemanimu sampai mansion jika kau mau.”

Aku menggeleng pelan.

"Jangan Khawatir! Aku baik-baik saja.”

Dia menarik napas dalam-dalam, lalu mengangguk.

"Baiklah, jaga dirimu. Aku akan pulang setelah latihan basket. Jika kau butuh apapun, hubungi aku, oke?”

Aku tersenyum lagi, kali ini sedikit lebih tulus.

"Terima kasih, Jeff."

Dia mengangguk lagi, lalu melambaikan tangan sebelum berbalik menuju lapangan basket yang terletak tak jauh dari area parkir.

Aku masuk ke dalam mobil, menutup pintu, dan menghela napas panjang. Rasanya lega bisa menghirup udara tanpa beban dari rasa sakit dan kebingungan yang tadi menyelimutiku.

FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang