04

102 10 0
                                    

Aku menatap gemerlap kota California yang terbentang luas, seakan terbagi oleh kaca mobil Jeff yang menahan segala keindahan malam.

Aku selalu merasa nyaman dalam keheningan malam. Malam adalah pelindung bagi sisi-sisi gelap yang tersembunyi, memberi kehangatan pada hati yang lelah dari kerasnya dunia. Malam menyampaikan segala yang tak bisa diungkapkan oleh cahaya, dan dalam keheningan itu, ada ribuan suara yang hanya bisa didengar oleh jiwa yang sensitif. Kosong, tak selalu berarti hampa—kadang, itu adalah ruang untuk sesuatu yang tak terlihat.

Di bawah bintang-bintang. Di bawah cahaya bulan. Dalam pelukan langit malam, aku merasa damai.

"Kau terlihat sangat cantik," puji Jeff, memecah keheningan yang nyaman.

Aku menoleh padanya, menatapnya sejenak, lalu tersenyum.

"Bukankah aku selalu cantik?"

Jeff tersenyum balik, menatapku dengan tatapan yang penuh arti, yang membuatku tak bisa berpaling. Aku membalas senyumnya, meski di dalam hati, ada sebuah pertanyaan yang belum menemukan jawabannya.

Dulu, aku pernah berpikir bahwa diriku menghilang, seperti siang yang berganti malam. Tapi ternyata, itu bukanlah hilangnya separuh diri, melainkan hanya pergeseran posisi matahari dan bulan, dua sisi yang saling melengkapi.

Tak lama setelah itu, mobil Jeff memasuki pelabuhan Wonder of the Seas, kapal pesiar megah yang sudah menjadi bagian dari dunia kami, dunia yang tak asing bagi keluarga konglomerat seperti kami. Sebuah dunia yang gemerlap, namun tak jarang menyisakan rasa hampa yang sulit dijelaskan.

Wonder of the Seas merupakan kapal pesiar terbesar di dunia nomor 1 yang memiliki panjang panjang 1.188 kaki, dan lebar 215 kaki.

Kapal ini diluncurkan pada 2022, yang bisa menampung hingga 7.084 tamu di 2.867 kabin dan membawa sebanyak 2.204 awak kapal.

Wonder of the Seas menawarkan Royal Suite Guest Suite Sun Deck dengan kolam renang, restoran pribadi, bar dek, hingga lounge. Area tersebut juga memiliki Ultimate Family Suite terbesar.

Aku memandang sekeliling, merasakan ketidakpercayaan yang menggelayuti hatiku.

"Jeff? Are you sure?" Tanyaku dengan suara yang hampir tak terdengar. Kapal pesiar sebesar ini, begitu megah dan sunyi, dan kami satu-satunya yang ada di dalamnya. Hanya kami berdua.

Jeff meraih pinggangku dengan lembut, matanya menatapku penuh arti.

"Katakan, apa kau menyukainya?" Tanyanya, suara lembut namun penuh keinginan.

Aku tersenyum, sedikit ragu, lalu mengangguk. Jeff meraih tanganku dengan penuh keyakinan, menarikku untuk melangkah bersamanya menyusuri dek kapal yang luas.

"Ingin berdansa?" Tawarnya, matanya bersinar cerah.

Aku tertawa pelan, menggelengkan kepala.

"Apa? Aku bukan ahlinya, Jeff!" Elakku, sedikit cemas.

Jeff hanya tersenyum, tangannya tetap terulur.

"Aku adalah ahlinya, Krystal!" ujarnya, dengan nada yang meyakinkan.

Aku tak bisa menahan senyumku, lalu dengan hati yang berdebar, aku menyambut hangat tangannya.

Kami melangkah bersama, dan sebelum aku sadar, kedua tanganku melingkar sempurna di lehernya, sementara kedua tangannya menggenggam pinggangku. Wajah kami begitu dekat, begitu intim, hingga aku bisa merasakan setiap hembusan napasnya.

Aku menatapnya, pria tampan di hadapanku, dengan wajah tegas yang seakan dipahat oleh alam, bibirnya yang tipis memberi kontras pada kulitnya yang cerah, hidung mancung yang memberi keseimbangan pada wajah sempurnanya. Tubuhnya tinggi, perawakannya tegap, seperti patung yang dibentuk dengan sempurna.

"Aku melihatmu, dan aku melihat sisa hidupku di depan mataku," katanya dengan suara yang penuh keyakinan. "Aku ingin menjadi orang yang bisa membuatmu tertawa dan tersenyum setiap hari."

Senyumanku terbit dengan lembut.

"Meskipun aku punya banyak hal yang ingin kukatakan, kata-kataku malah bersembunyi dariku. Hal sederhana yang ingin aku katakan adalah… aku mencintaimu."

Hidung kami hampir bertemu, hanya beberapa inci yang memisahkan kami.

"Aku mencintaimu, Krystal," bisiknya dengan penuh kepastian.

"Aku ingin kau tahu, bahwa aku mencintaimu seperti aku belum pernah mencintai siapapun sebelumnya," lanjutnya, suara penuh makna.

Tangannya menggenggam kedua tanganku dengan penuh keyakinan.

"Aku mencintaimu, dan itulah awal dan akhir dari segalanya."

Tangannya membelai pipiku dengan lembut, seakan memberi penghormatan pada setiap inci dari diriku.

"Tanganmu menyentuh tanganku. Begitulah cara galaksi bertabrakan," ucapku, dengan suara yang lembut, namun penuh makna.

Jeff hanya tersenyum, namun aku bisa melihat betapa dalam perasaan yang ia simpan.

"Jauh di lubuk hati, aku pun menyukaimu. Namun, aku sangat menghargai persahabatan kita," lanjutku, suara bergetar, namun tetap penuh ketulusan.

Tiba-tiba, Jeff menarikku ke dalam pelukannya dengan cepat, seakan tak ingin melepaskanku.

Aku membalas pelukannya, tanganku meraih tubuhnya dengan erat. Perlahan, aku mendongak dan menatap wajah tampannya yang begitu dekat dengan wajahku. Matanya menatapku, penuh kehangatan dan harapan.

Kedua tangannya meraih pinggangku dengan lebih erat, menarikku lebih dekat lagi. Dan tanpa kata-kata, bibir kami bertemu—lambat, penuh hasrat yang tak terucapkan. Kami berciuman, seakan dunia berhenti berputar, hanya ada kami di dalamnya.

ಥ‿ಥ

"Kini aku mengenalnya."

Aku menoleh menatap Jeff.

"Siapa?"

"Siswa baru itu."

"Benarkah?"

Dia mengangguk.

"Ya. Aku menyuruh anak buahku untuk mencari tahu tentangnya dan mereka menemukannya!"

Aku mengangkat salah satu alisku.

"Dariel halton. Dia adalah putra tunggal sekaligus pewaris Berkshire Hathaway Inc. Berkshire Hathaway sendiri merupakan perusahaan investasi. Jejaring anak usaha grup ini terbentang luas di sektor keuangan, energi, transportasi, manufaktur, sampai ritel." Jelas Jeff perlahan.

Aku mengangguk paham.

"Ya. Aku pernah mendengarnya. Berkshire Hathaway saat ini memegang peranan penting dalam perekonomian Amerika. Dengan Mark Halton sebagai CEO Precision Castparts, perusahaan ini terus memperluas portofolionya melalui akuisisi dan investasi strategis. Kepemimpinan yang visioner, didukung oleh strategi yang matang, menjadikan Berkshire sebagai salah satu perusahaan paling dihormati di dunia." Sahutku.

Jeff menggenggam tanganku.

"Jangan khawatir! Ketika dia tahu siapa kau sebenarnya, dia tidak akan berani mengusikmu! Karena derajatnya pun masih cukup jauh dibawahmu!"

Aku tersenyum miring.

Ponsel Jeff bergetar. Dia meraihnya lalu membuka pesan dari seseorang.

Lalu dia menatapku. Tatapan yang jelas ber-Arti.
Aku meraih ponselnya lalu membuka pesan yang baru saja dikirimkan seseorang untuknya.

Aku melihat Dariel berada di satu mobil bersama Dyna. Mereka pergi dari Teluk San Francisco menuju Sutters.

Aku mengerutkan keningku.

Apa ini?, batinku.

FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang