30

6 2 0
                                    

Hari mulai beranjak senja, semburat jingga merona di ufuk barat saat aku melajukan mobil menyusuri jalanan yang sepi. Angin sore yang sejuk berhembus melalui jendela, sementara pandanganku tertuju pada mansion megah yang kian mendekat. Suasana tenang mulai menyelimuti pikiranku, hingga akhirnya tiba di depan pintu gerbang besar, rumah yang selalu menjadi pelarian dari hiruk-pikuk dunia luar.

Saat aku melangkah keluar dari mobil, pandanganku tertumbuk pada dua sosok yang tak asing berdiri di depan mansion. Jeff, dengan tubuh tegap dan wajah yang tampak penuh tekad, berada di samping seorang wanita yang kau kenali sebagai Dyna.

Dengan sikap acuh, aku berjalan melewati mereka, menatap bergantian dengan tatapan kosong. Langkahku ringan, namun terasa ada jarak yang memisahkan. Sebuah jarak yang kuciptakan sendiri, seolah mereka hanyalah bayang-bayang di pinggiran duniamu.

Namun, tiba-tiba, Jeff menahan lenganku.

"Tunggu," ucapnya dengan suara lembut namun penuh maksud.

Aku berhenti, menarik tanganku perlahan dari genggaman Jeff.

"Ada apa?" suaraku tenang, hampir tanpa emosi, seolah-olah tak ada yang penting di sini.

"Sudah lama kita tidak berkumpul barsama, minum bir seperti dulu," katanya lagi, mencoba tersenyum. "Aku tahu banyak hal berubah, tapi aku ingin memperbaiki hubungan kita. Kita tumbuh bersama sejak kecil, dan aku tidak ingin semuanya hilang begitu aja."

Aku menghela napas pendek, menatap Jeff sejenak dengan pandangan datar. Tawaran itu membuatku teringat pada masa lalu, saat segalanya lebih sederhana. Tapi perasaan itu tak cukup untuk menggoyahkan sikapku yang kini sudah berubah.

Senja semakin menua, dan suasana di halaman mansionmu mulai tenggelam dalam bayang-bayang. Di saat percakapan dengan Jeff masih menggantung di udara, suara mesin yang keras dan khas tiba-tiba terdengar dari kejauhan. Sebuah mobil Pagani Zonda HP Barchetta yang berkilau di bawah sinar lembayung masuk ke halaman, menarik perhatian semua orang.

Aku menatap mobil itu dengan tatapan tajam. Tak perlu waktu lama untuk menyadari siapa yang berada di balik kemudi. Pintu mobil terbuka, dan seorang lelaki melangkah keluar dengan percaya diri—Dariel.

Jelas, aku mengenalnya. Dariel, dengan aura misterius dan karismanya yang selalu membawa gelombang berbeda ke dalam hidupku. Selama beberapa detik, seolah waktu berhenti. Tatapan kamj bertemu, tanpa kata, tapi penuh arti.

Jeff dan Dyna sama-sama terdiam, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Dariel berjalan mendekat, senyum tipis di wajahnya, seolah tahu kedatangannya membawa sesuatu yang tak bisa diabaikan.

"Well," ucapnya ringan menatap dyna, "lama tak jumpa, ya?"

Tangan Dariel tiba-tiba meraih bahuku, dengan gaya yang terlalu sok akrab. Aku membulatkan mataku, tak percaya dengan sikapnya yang begitu santai. Gerakan itu terasa terlalu berani, seolah tidak ada jarak antara kami.

Aku tetap diam, meski sedikit terkejut dengan cara dia bersikap seolah semuanya normal. Senyum tipis menghiasi wajahnya, penuh dengan rasa percaya diri, sementara aku hanya mencoba mencerna semuanya.

Jeff, di sisi lain, menatap dengan kebingungan yang jelas terlihat di wajahnya. Pandangannya beralih bolak-balik antara aku dan Dariel, bingung melihat kami berdua mengenakan baju olahraga, hal yang pasti terlihat aneh di momen seperti ini.

"Kenapa kalian..." Jeff membuka mulutnya, namun seakan ragu untuk melanjutkan.

Dariel hanya tertawa kecil, akhirnya menurunkan tangannya dari bahuku.

"Kebetulan yang menarik, ya?" ujarnya dengan nada ringan, sambil melirikku seolah-olah hal ini sangat biasa baginya, sementara aku masih tak percaya apa yang baru saja terjadi.

Dariel menatap Jeff kembali, seolah sudah mengetahui apa yang ada di pikirannya. Jeff pasti akan mengajakku untuk minum bir bersama, mencoba menghidupkan kembali kenangan masa kecil kami yang sudah lama berlalu. Namun, Dariel tampak seperti sudah menduga semuanya, dan dari cara dia tersenyum, aku bisa melihat bahwa dia berniat ikut bergabung, tanpa diundang.

Dariel tampak santai, tapi jelas dia tidak ingin ketinggalan momen ini. Seolah-olah dalam pikirannya, kesempatan untuk ikut bersamaku dan Jeff adalah hal yang sudah pasti. Aku bisa merasakan dinamika di antara kami mulai berubah. Ada ketegangan halus yang terbangun, sementara Dariel menunggu langkah selanjutnya dari Jeff.

Jeff menatap Dariel dengan nada tegas,

"Kau bukan bagian dari kami!" ucapnya, jelas ingin menjaga agar suasana tetap dalam batas yang nyaman.

Namun, Dariel bersikeras, tampak tidak ingin mundur begitu saja.

"Ayolah, aku di sini, dan aku ingin ikut,”katanya dengan keyakinan yang tak tergoyahkan.

Melihat ketegangan mulai meningkat, aku memutuskan untuk campur tangan.

"biarkan dia ikut,”kataku, berusaha meredakan suasana yang mulai tegang. "Mungkin ada baiknya jika kita semua bersama. Lagipula, semakin banyak teman, akan semakin seru."

Jeff menatapku sejenak, ragu, tetapi akhirnya mengangguk, meski masih tampak sedikit tidak puas. Dariel tersenyum, tampaknya puas dengan keputusan itu, dan suasana mulai terasa sedikit lebih santai meskipun ketegangan awalnya masih tersisa.

Setelah keputusan dibuat, Jeff mengangguk perlahan, meskipun ekspresi wajahnya menunjukkan ketidaknyamanan. Aku melihat Dariel melangkah lebih dekat, matanya penuh kegembiraan seolah baru mendapatkan izin untuk bergabung dalam rencana lama yang penuh kenangan.

Kami menuju ke area santai di halaman mansion, tempat di mana meja dan kursi sudah disiapkan. Jeff memanggil pelayan untuk membawa beberapa bir dan camilan, sementara Dariel bergabung dengan kami, tampaknya sangat bersemangat untuk membaur.

FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang