"Kupikir kau sama sepertinya!" Ujar Dariel pelan sambil mencoba mengimbangi langkah kaki Dyna.
Dyna menghentikan langkahnya.
"Apa maksudmu? Siapa sebenarnya yang sedang kau bicarakan? Dan sampai kapan kau akan terus mengikuti langkahku?" Tanya dyna kesal.
"Ayolah, jangan samakan sifatmu dengannya! Kau tidak cocok bersikap kasar!"
"Apa katamu?"
"Dyna? Kau disini? Bersamanya? Lagi." Tanyaku setelah berpapasan dengan mereka. Dyna dan dariel sialan.
Dyna tampak cemas.
"Tidak. Begini.. Sebenarnya-
"Kami berpacaran." Cetus dariel merangkul pundak Dyna.
Aku membelalakkan kedua mataku terkejut.
"Apa? Sungguh?"
"Ada apa? Mengapa kau terlihat terkejut?"
Aku tersenyum miring.
Yang benar saja, batinku.
"Tidak, Krystal-
"Ayo, bukankah kau ingin makan ramyeon tadi?" Ajak dariel menarik dyna pergi berlalu dari hadapanku.
Aku tersenyum miring.
"Apa ini? Apalagi yang pria gila itu rencanakan?"
ಥ‿ಥ
Dyna menghempaskan tangan dariel kasar.
"Kau gila, hah? Apa maksudmu? Mengatakan bahwa kita berpacaran? Dihadapannya? Astaga, kau gila! Kau benar-benar gila!" Kesalnya.
"Apa aku salah?"
"Apa katamu? Hey, apa kau sebodoh itu? kau terus mengusiknya lalu dia menjadi sangat sangat membencimu. Dengar, aku adalah sahabatnya! Dia akan sangat kesal padaku setelah mendengar pernyataan bodoh tadi!"
"Sahabat? Kau sungguh sahabatnya?"
Dyna mengangguk.
"Apa dia menganggapmu sahabatnya?"
Dyna terdiam.
Dariel benar. Apa Krystal pernah menganggapku sahabatnya selama ini? Pernahkah?
"Apa yang kau katakan? Tentu saja! Kami telah bersama sejak kecil! Jangan asal bicara!" Jawab Dyna kesal.
Dariel tertawa pelan.
"Baiklah, aku hanya ingin menyelamatkanmu tadi! Aku melihatmu cukup cemas hingga tak bisa menjawabnya!"
Dyna mengangguk.
"Dengar, ku perjelas lagi! Jangan pernah mengusik Krystal! Jangan pernah!"
Dyna berlalu dari hadapan dariel cepat, berniat menghampiri Krystal.
ಥ‿ಥ
"Krystal!!!"
Aku menoleh. Menatap Dyna yang tengah berlari menghampiriku.
"Apa ada lomba lari maraton?" Tanyaku melanjutkan langkahku.
Dia menggeleng cepat lalu menahan lenganku.
"Dengar! Aku dengannya tidak berpacaran! Sungguh!"
"Aku tau."
"Apa?"
Aku menoleh.
"Kalian tidak cocok! Kau terlalu baik untuknya!"
Dyna menghembuskan nafasnya pelan.
"Kukira kau akan memarahiku!"
Aku tersenyum miring.
"Mengapa? Itu sama sekali bukan urusanku!"
Dyna merangkul lenganku dan tersenyum lega. Aku membalas senyumannya.
"Pengumuman kepada seluruh siswa-siswi Aberforth International Highschool, bahwasanya sebelum ujian kelulusan tiba, akan ada Sahale Glacier Camp seperti tahun-tahun sebelumnya yang akan diadakan besok . Selamat bersenang-senang!"
"Krystal."
Aku tersenyum menatap Jeff yang berjalan menghampiriku.
"Dyna, aku harus pergi! Berhati-hatilah saat pulang!"
Dyna tersenyum, menatap kepergian Krsytal bersama Pria yang dicintainya.
Beberapa faktor bisa menyebabkan cinta tak bisa bersatu, seperti terhalang restu, cinta bertepuk sebelah tangan, atau bahkan karena adanya perbedaan keyakinan. Dari hal tersebutlah, muncul pepatah cinta tak harus memiliki. Konon, cinta yang tulus adalah cinta yang tidak mengharapkan balasan.
Sayangnya, kebanyakan orang masih menganggap kalimat itu adalah sesuatu yang sulit untuk diterima. Bagaimana bisa cinta dikaitkan dengan sesuatu yang tidak bisa kita miliki, sementara cinta adalah perasaan kasih sayang yang memunculkan rasa memiliki terhadap sesuatu.
"Semua tak akan ada hasilnya jika hanya sebatas memendam rasa!" Cetus seseorang dibelakangnya.
Dyna membalikkan tubuhnya.
"Aku tahu itu kau, Dariel! Kau selalu menguntitku!" Kesalnya.
"Aku tidak menguntitmu! Sama sekali tidak! Hanya saja kau selalu muncul dihadapanku!"
Dyna menggerutu kesal.
"Kau tidak berniat mengungkapkan perasaanmu?" Tanya dariel.
Dyna menghela nafas pelan.
"Entahlah. Ada rasa yang kubiarkan berlalu begitu saja karena ada perasaan lain yang harus aku jaga. Sepertinya Krsytal juga menyukai Jeff! Bagaimana tidak, mereka telah bersama sejak kecil!"
Dariel mengangguk paham lalu melangkah berlalu melewati dyna.
"Pria sialan!"
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅
Teen Fiction"Cinta ini salah," suaranya bergetar, hampir tenggelam dalam gemuruh ombak kecil. Namun, cinta di matanya tak bisa dipadamkan. "Tapi aku tak bisa berhenti mencintaimu," jawab yang lain, dengan desahan putus asa, seperti seseorang yang sudah lama ter...
