31

5 4 0
                                    

Dyna tersenyum kecil, memulai ceritanya dengan nada lembut yang dipenuhi nostalgia.

"Kau tahu," katanya sambil melirik Dariel, "dulu, saat kami masih kecil, kami sering bermain di taman belakang mansion ini. Ada kali kecil yang mengalir di sana, dan entah bagaimana, Jeff selalu berhasil jatuh ke dalamnya. Setiap kali kami bermain petak umpet, dia pasti tercebur. Rasanya seperti ritual wajib setiap kali main di sini."

Jeff tertawa kecil, meski tampak sedikit malu. "Itu bukan salahku sepenuhnya. Kalian selalu sengaja sembunyi di dekat tepi sungai."

Aku tersenyum tipis, mendengar percakapan mereka. Kenangan masa kecil itu memang selalu membawa kehangatan tersendiri, meski tak bisa kupungkiri, rasa asing dengan mereka perlahan mulai menyusup.

Dariel, yang sejak tadi mendengarkan dengan senyum tertahan, akhirnya tertawa kecil. "Jadi Jeff ini memang sering jadi korban? Aku bisa membayangkannya."

Dyna melanjutkan, "Yang lebih konyol lagi, ada satu kali saat kita mencoba mendirikan tenda di sana, dan Jeff bersikeras bahwa dia bisa melakukannya sendiri. Tapi akhirnya, tendanya roboh tepat saat dia masuk ke dalamnya."

Jeff menggelengkan kepalanya sambil tersenyum kecut. "Hei, itu waktu aku masih kecil. Sekarang aku jauh lebih baik, oke?"

"Benar, benar," jawab Dyna dengan nada menggoda. "Tapi kenangan itu tetap lucu."

Dariel menatap Jeff sejenak, kemudian menoleh ke arahku. "Kamu juga sering ikut terjebak dalam kekonyolan masa kecil itu?" tanyanya dengan nada penasaran.

Aku mengangkat bahu sedikit.

"Terkadang. Tapi lebih sering aku hanya menonton dari jauh."

"Sepertinya dari dulu kau memang lebih suka mengamati daripada ikut terlibat," gumam Dariel sambil menyandarkan tubuhnya ke kursi, masih dengan senyum tipis di wajahnya. Ada sesuatu dalam cara dia bicara yang membuatku merasa seolah dia sedang mengamati lebih dari sekadar cerita masa lalu.

Suasana perlahan menjadi lebih santai, namun ada ketegangan yang tetap tersisa. Kenangan masa kecil yang dibicarakan Dyna dan Jeff terasa jauh, seperti dunia yang sudah lama kutinggalkan. Sementara Dariel, dengan segala karismanya, tampaknya menikmati setiap momen yang terjadi, meski dia tidak sepenuhnya menjadi bagian dari kenangan itu.

Dyna tertawa kecil, melanjutkan cerita lain tentang bagaimana kami pernah membangun benteng dari selimut dan bantal di ruang tamu mansion, bermain seolah-olah kami adalah raja dan ratu. Namun, di tengah cerita, aku merasa bahwa ada sesuatu yang berbeda sekarang. Tidak hanya kenangan yang terasa jauh, tetapi hubungan kami juga.

ಥ_ಥ

Aku meraih gelas yang diisi oleh Dariel dan mengangguk pelan sambil berkata, "Terima kasih." Suasana terasa hening sejenak, hanya suara malam yang samar-samar terdengar di luar.

Dariel menatapku dengan tatapan yang penuh perhatian, seolah mencoba memahami sesuatu di balik sikapku. Setelah meneguk birnya, dia akhirnya membuka percakapan.

"Jadi," ucapnya pelan namun tegas, "mengapa kau tidak terlalu excited tadi? Jeff dan Dyna jelas senang bertemu denganmu, tapi kau seolah... nggak benar-benar di sana."

Aku menatap gelasku, menggoyang-goyangkannya sedikit sebelum menjawab.

"Mungkin karena aku merasa semuanya sudah berubah. Kenangan yang mereka bicarakan itu memang indah, tapi... rasanya bukan milikku lagi."

Dariel mengangkat alis, seolah menanti penjelasan lebih lanjut. "Bukan milikmu lagi?"

Aku menarik napas dalam-dalam sebelum melanjutkan, "Dulu, kami memang dekat, kami berbagi banyak hal. Tapi sekarang, aku merasa seperti orang asing di antara mereka. Seakan-akan ada jarak yang tidak bisa lagi dijembatani oleh nostalgia."

FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang