Hari menjelang pagi dengan sinar matahari yang mulai memercik lembut di cakrawala, menyelimuti sekolah dengan cahaya keemasan. Aku mengendarai Tesla Founder Series-ku, mobil yang berkilau di bawah langit biru yang masih berselimutkan sisa embun malam. Suara mesin mobil berdesir halus, hampir tak terdengar saat aku memasuki area parkir.
Setelah memarkir mobil di tempat biasanya, aku keluar dan berdiri sejenak. Udara pagi terasa segar, dingin, namun penuh kehidupan. Aku melangkah ke bagian depan mobil, bersandar pada kapnya yang masih hangat dan menyilangkan tangan di dada. Mataku menyapu sekeliling area parkir yang masih sepi, hanya beberapa kendaraan yang mulai tiba.
Aku duduk di sana, pandanganku tertuju ke arah gerbang sekolah, menunggu seseorang. Pikiran berkecamuk dalam diam, mengalir seiring detik yang berlalu. Hari ini akan terasa panjang, dan aku tidak bisa mengalihkan perasaan yang masih menggantung sejak malam sebelumnya.
Hingga sebuah mobil Mercedes-Benz EQS 580 4MATIC hitam mengilap perlahan memasuki area sekolah, memecah keheningan pagi. Suara mesin listriknya nyaris tak terdengar, hanya deru angin saat mobil itu meluncur. Aku mengenali mobil itu seketika. Itu mobil Dariel.
Mobil berhenti tidak jauh dari tempatku duduk, dan untuk sesaat, aku. Saat melihatnya, senyum kecil terulas di bibirku. Aku merasa senang melihat dia terlihat sudah baik-baik saja setelah kemarin berada di rumah sakit. Ada rasa lega yang mengalir di dadaku. Dariel turun dari mobil, posturnya tegap seperti biasa.
Aku tetap bersandar di kap mobilku, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Saat matanya bertemu denganku, dia tersenyum. Senyum yang membuat wajahnya terlihat semakin tampan. Hati kecilku berdebar, perasaan hangat menyebar, dan sejenak, semua kekhawatiran yang pernah ada menghilang. Aku tersenyum balik, merasa semakin senang melihatnya dalam keadaan baik.
"Hey, Krystal," sapa Dariel, langkahnya mantap saat mendekat. Suaranya hangat, menghilangkan dingin pagi yang masih menyelimuti area sekolah.
"Aku senang akhirnya dapat melihatmu lagi," lanjutnya, matanya bersinar dengan semangat.
Saat dia semakin dekat, aku bisa merasakan energi positif yang terpancar darinya, membuat hariku terasa lebih cerah.
"Kau tampan, seperti biasa!" Ujarku lalu tersenyum lagi.
Dariel meraih pinggangku dengan lembut, menarikku lebih dekat. Tanpa ragu, ia mengecup bibirku dengan manis, membuat jantungku berdebar kencang.
"Aku mencintaimu," bisiknya, suaranya penuh perasaan. Kata-katanya seperti melingkarkan kehangatan di sekelilingku, membuatku merasa aman dan dicintai.
Setelah itu, kami melangkah bersama ke dalam koridor sekolah, dengan senyum di wajah kami. Suasana di sekitar terasa lebih hidup, seolah-olah semua hal di sekitar kami bersinar lebih terang. Kami saling bertukar tatapan, merasakan kedekatan yang semakin mendalam. Di tengah keramaian siswa yang lalu-lalang, rasanya seperti kami berada di dunia kami sendiri.
ಥ‿ಥ
Dyna menatap Krystal dan Dariel yang berjalan bersama, penuh keceriaan.
"Mereka bersama pada akhirnya?" tanyanya, mencoba memahami situasi yang rumit ini.
Jeff menanggapi dengan nada yang penuh kecemburuan, "Aku tak tahu!" Wajahnya terlihat gelisah, menandakan betapa sulitnya perasaannya saat ini.
Dyna melanjutkan,
"Mereka bersaudara. Apa mereka akan berakhir bahagia?" Pertanyaannya menggantung di udara, menciptakan ketegangan di antara mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅
Teen Fiction"Cinta ini salah," suaranya bergetar, hampir tenggelam dalam gemuruh ombak kecil. Namun, cinta di matanya tak bisa dipadamkan. "Tapi aku tak bisa berhenti mencintaimu," jawab yang lain, dengan desahan putus asa, seperti seseorang yang sudah lama ter...