53

3 2 0
                                    

Senja mulai menjelang, langit yang tadinya biru cerah perlahan berubah menjadi oranye keemasan. Kami duduk di atas pasir yang hangat, menatap matahari yang perlahan tenggelam di cakrawala. Cahaya lembut senja memeluk kami, menciptakan keheningan yang damai dan penuh arti.

Dia meraih tanganku dan menatap ke dalam mataku, seolah ingin memastikan aku benar-benar mengerti apa yang dia rasakan.

"Aku berjanji, selama aku ada di sisimu, tidak ada yang perlu kau takutkan. Aku akan selalu ada untukmu, Krystal."

Aku mengangguk, merasakan air mata kebahagiaan menggenang di sudut mataku.

"Dan aku akan selalu ada untukmu," jawabku dengan suara lembut.

Aku bersandar di samping Dariel, merasa begitu nyaman dan terlindungi dalam pelukannya.

"Dariell!!"

Namun, kedamaian itu tiba-tiba pecah saat suara seorang wanita memanggil nama Dariel dari kejauhan. Kami menoleh bersamaan, pandangan kami bertemu dengan seorang wanita seumuran kami, dengan rambut pirang pendek yang berkilauan di bawah sinar matahari senja. Tanpa ragu, dia berlari ke arah kami, terutama menuju Dariel.

Aku merasakan pelukan Dariel perlahan mengendur, seolah dia terganggu oleh kehadiran tak terduga ini. Wanita itu langsung melingkarkan lengannya di tubuh Dariel, memeluknya erat-erat. Aku bisa melihat kebingungan di wajah Dariel, tapi tanpa berpikir panjang, dia membalas pelukan itu, meskipun terlihat sedikit ragu.

"Akhirnya aku menemukanmu!" Ujarnya.

Rasanya seperti waktu berhenti. Kejadian itu memukulku dengan keras, membuatku tersentak mundur. Aku menatap mereka, merasa terasing dari momen yang sebelumnya terasa begitu hangat. Hati kecilku mulai dipenuhi oleh rasa cemas yang tiba-tiba datang, menanyakan siapa wanita ini dan apa hubungan mereka.

"Kau? Bagaimana bisa kau berada disini, emma?" Tanya dariel.

"Tentu saja untuk menemuimu! Nyonya eve bilang, kau menungguku. Jadi aku datang!"

Aku melangkah mundur beberapa langkah, mencoba memahami apa yang sebenarnya terjadi. Senja yang tadi terasa indah, kini seolah memudar, digantikan oleh rasa ragu yang mulai menyelinap ke dalam pikiranku.

Emma menoleh padaku dengan alis terangkat, seolah baru menyadari keberadaanku. Tatapan matanya yang ceria berubah sedikit penasaran.

"Siapa kau?" tanyanya sambil menatapku dari ujung kepala hingga kaki, ekspresinya mencoba menilai siapa aku di tengah situasi ini.

Aku meraih seragamku dengan cepat, memakainya asal untuk menutupi tubuhku yang tadinya hanya berbalut bikini. Perasaan tak nyaman menyelimutiku, campuran antara cemburu, bingung, dan tersinggung dengan kehadiran Emma yang tiba-tiba.

Dariel melihatku meraih seragam itu dan dengan cepat mencoba menghentikanku.

"Krystal, tunggu!" Dia menahan tanganku, suaranya memohon agar aku mendengarnya.

"Biar aku jelaskan. Ini tidak seperti yang kau kira."

Tapi amarah dan kekesalanku sudah terlanjur memuncak. Aku menepis tangannya perlahan, tapi tegas.

"Tidak perlu, Dariel," jawabku dingin, mencoba menahan emosi yang bergolak di dalam diriku.

"Aku sudah cukup melihat."

Dariel tampak putus asa, matanya memancarkan keinginan untuk menjelaskan, tapi aku tidak bisa tinggal lebih lama. Rasa sakit yang muncul di dadaku terlalu besar untuk diabaikan. Aku melangkah cepat, meninggalkan mereka berdua di pantai, sementara Emma tetap berdiri di sana dengan ekspresi heran.

FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang