Flashback On...
"TIDAKK DYNA!!!!!!"
Dyna tertawa pelan menatap Wanita yang sebelumnya selalu dianggap sebagai saudaranya itu terjatuh dari tebing.
"Ini tidak sesulit yang kubayangkan Krystal!" Gumamnya.
Terkadang, kita harus bertanggung jawab atas kebahagiaan kita sendiri dan tidak bergantung kepada orang lain untuk membuat hidup kita penuh dengan sukacita. Aku bahagia, terpenuhi dan puas dengan hidupku, batinnya.
Air matanya menetes.
Dia berlalu dari tebing dan berniat menghampiri Jeff untuk memulai kisahnya. Tidak peduli betapa beratnya cobaan yang ingin menggoyahkan hubungan Mereka, Dyna tetap mempertahankan Jeff dan mencintainya.
Aku tercipta dalam waktu untuk mengisi waktumu, aku juga selalu mengoreksi diriku setiap waktu, dan seluruh waktu dalam hidupku kugunakan untuk mencintaimu, batinku.
"Dyna?"
Dyna menoleh, mendapati Jeff yang berjalan kearahnya.
"Jeff?"
"Apa kau pergi bersama Krystal?" Tanyanya.
Dyna menggeleng.
"Bukankah dia bermain ski bersamamu?"
"Kau benar. Tadinya seperti itu! Tapi dia tak kunjung datang!"
Dyna mengerutkan keningnya.
"Lalu kemana dia pergi?"
Raut wajah Jeff berubah cemas. Dia membolak-balikan tubuhnya beberapa kali.
Kemudian pergi meninggalkan Dyna.
Flashback Off...
ಥ‿ಥ
Johns Hopkins Hospital...
Aku terbangun dengan kesadaran perlahan, tubuhku terasa berat dan kaku. Pandanganku sedikit kabur saat pertama kali membuka mata, dan yang pertama kali kurasakan adalah sensasi dingin dari jarum infus yang menancap di lenganku. Selang infus tergantung di samping ranjang, mengalirkan cairan ke tubuhku yang lemah.
Aku mencoba menggerakkan tangan, tapi berat. Lalu aku menyadari ada sesuatu yang lebih menggangguku, selang pernapasan yang terpasang di hidungku. Setiap tarikan napas terasa asing, seolah-olah aku bergantung pada mesin untuk melakukan hal paling mendasar dalam hidup: bernapas.
Suara lembut mesin di sampingku berbunyi konstan, mengikuti irama napasku yang pelan. Tubuhku terasa seolah bukan milikku sendiri, diselimuti oleh kelelahan yang mendalam, namun pikiranku mulai mengumpulkan ingatan tentang apa yang terjadi. Aku di sini, di rumah sakit, setelah semua kekacauan di gurun es itu.
Samar-samar aku ingat bagaimana ambulans itu membawaku dari gurun es yang dingin, membawaku ke rumah sakit ini. Pandanganku menyapu ruangan luas tempat aku berada ruang inap elite VVIP. Begitu mewah, namun terasa sepi. Tidak ada siapapun di sini, hanya aku yang terbaring sendirian.
Ayahku, meski sangat menyayangiku, namun dia tidak bisa selalu ada untukku. Dia terus sibuk dengan pekerjaannya, selalu harus pergi, meninggalkan ruang kosong yang terasa lebih dingin daripada gurun es itu sendiri.
Namun pikiranku tak bisa lepas dari satu sosok. seorang pria. Dia yang bergegas datang untuk menyelamatkanku. Apa yang mendorongnya untuk menolongku?
"Seperti para pinguin, mereka harus kuat menahan cuaca dingin untuk bertahan hidup. Anggap aku sebagai pinguin. Sekali saja.."
Aku tersenyum miring.
"Aku jelas melihat wajahnya."
Aku menatap langit malam dari jendela kamar rumah sakit, sunyi dan gelap, seolah mencerminkan kesepian yang kurasakan di dalam diriku. Bintang-bintang terlihat jauh, berkelap-kelip di kejauhan, tapi tak memberikan kehangatan. Kamar ini begitu sepi, hanya ada aku, terbaring di ranjang, tanpa suara selain detak mesin-mesin medis yang mengisi ruang dengan ritme monoton.
Tidak ada seorang pun yang menemani. Sunyi semakin terasa dalam, menyesakkan dada. Aku merindukan suara manusia, sekadar sapaan atau sentuhan yang menenangkan. Namun, yang ada hanyalah keheningan malam, yang membungkusku dalam kesendirian.
Tiba-tiba, terdengar suara lembut pintu yang dibuka pelan. Aku menoleh, sedikit terkejut, dan melihat seseorang memasuki ruangan. Di tengah kesunyian yang mencekam, sosok itu membawa kehangatan yang anehnya terasa familiar. Aku diam, menunggu untuk mengetahui siapa yang datang di tengah malam yang sepi ini.
Sosok Jeff muncul di ambang pintu. Wajahnya tampak tegang, seolah dibebani oleh rasa bersalah yang mendalam. Dia melangkah masuk, mendekatiku dengan langkah pelan, membawa kantong kertas berisi makanan. Aromanya segera memenuhi ruangan. burger keju dengan kentang goreng renyah, makanan favoritku sejak dulu.
Jeff berhenti di samping ranjangku, matanya penuh kekhawatiran saat ia meletakkan makanan itu di meja sampingku.
"Krystal... bagaimana keadaanmu?" suaranya terdengar serak, seperti menahan perasaan yang mendesak di balik kata-katanya.
Aku mencoba tersenyum, meski tubuhku masih terasa lemah.
"Aku baik-baik saja, Jeff!"
Dia menunduk, menggenggam erat tangannya sendiri, lalu menatapku dengan tatapan penuh penyesalan.
"Aku merasa ini salahku. Seharusnya aku tidak membiarkanmu sendirian. Seharusnya aku ada di sana... bersamamu!"
Aku melihat rasa bersalah di wajahnya, berat di pundaknya seolah dia menanggung beban besar.
"Jeff, ini bukan salahmu. Apa yang terjadi bukan sesuatu yang bisa kita prediksi. Kau tidak perlu menyalahkan diri sendiri."
Namun, dia hanya menggeleng pelan, masih terlihat gelisah. Aku merasakan kehangatan dari kehadirannya, meski kesedihan masih terselubung di matanya. Dia ada di sini, di saat aku membutuhkannya, dan itu lebih dari cukup.
Pikiran tentang Dyna terus menghantuiku. Perkataannya masih terngiang jelas di kepalaku, seperti gema yang enggan hilang. Teriakannya mengguncang, menembus batas-batas ketenangan yang coba kubangun.
Dyna tidak hanya marah, dia bersikeras melenyapkanku, seolah keberadaanku adalah halangan yang tak termaafkan bagi hubungan mereka. Aku bisa melihat kebencian di matanya saat itu, dan kata-katanya membekas dalam di hatiku.
"DIA MENCINTAIMU! ITU SEBABNYA AKU SANGAT INGIN MELENYAPKANMU!"
Namun, jika aku memberitahu Jeff, Akankah dia percaya? Mungkinkah dia melihat kebenaran di balik kata-kataku, ataukah Dyna sudah terlalu menancapkan pengaruhnya? Aku tahu Jeff menyayangiku, tapi Dyna... dia licik, pandai memutarbalikkan keadaan.
Keraguan menggerogotiku. Jika aku mengatakan yang sebenarnya, akankah Jeff melihat siapa Dyna sebenarnya? Atau justru itu akan membuat semuanya lebih buruk, meretakkan hubungan yang tersisa di antara kami?
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅
Ficção Adolescente"Cinta ini salah," suaranya bergetar, hampir tenggelam dalam gemuruh ombak kecil. Namun, cinta di matanya tak bisa dipadamkan. "Tapi aku tak bisa berhenti mencintaimu," jawab yang lain, dengan desahan putus asa, seperti seseorang yang sudah lama ter...