Hari mulai beranjak pagi, sinar matahari yang lembut menembus tirai kamarku saat aku berdiri di depan cermin, bersiap untuk pergi ke sekolah. Aku merapikan seragamku, tapi tiba-tiba aku menyentuh bibirku tanpa sadar, bayangan dari kejadian semalam kembali terlintas di benakku. Ciuman Dariel, hangat dan lembut, membuat dadaku kembali berdebar.
Aku terdiam sejenak, menatap diriku sendiri di cermin, wajahku sedikit memerah saat memikirkan bagaimana aku membalas ciumannya.
"Apa yang kupikirkan?" aku bergumam pelan, lalu mendadak tersadar dan mengumpat dalam hati.
"Seharusnya aku tidak membalas ciumannya! Apa yang kupikirkan tadi malam?!" pikiranku berputar dengan rasa penyesalan dan kebingungan.
Bagaimana mungkin aku terjebak dalam situasi seperti itu dengan Dariel? Dan sekarang, aku harus menghadapi kenyataan bahwa kami akan bertemu lagi pagi ini di sekolah.
Aku menggelengkan kepala, mencoba menyingkirkan rasa gugup yang mulai menyeruak.
"Aku tidak akan mampu bertemu dengannya. bagaimana aku harus bersikap?" Aku tahu Dariel pasti akan ada di sana, dan membayangkan bertatap muka dengannya membuat jantungku semakin berdegup kencang.
Aku menutup mata, berusaha menenangkan diri.
"Harusnya aku bisa lebih tenang... bersikap biasa saja. Tapi, bisakah aku benar-benar melupakan kejadian semalam?"
Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha mengumpulkan keberanian. Bagaimanapun, aku tidak bisa menghindarinya selamanya.
Setelah beberapa saat, aku menyadari bahwa melarikan diri tidak akan menyelesaikan apapun.
"Aku akan bertemu Dariel, mau tidak mau," bisikku pada diri sendiri. "Yang harus kulakukan adalah tetap tenang, berpura-pura semuanya biasa saja."
Tapi, di balik itu, aku masih merasa tak yakin apakah aku bisa menghadapi perasaanku sendiri setelah apa yang terjadi semalam.
ಥ_ಥ
Aku melajukan Tesla Roadster Founder Series milikku ke dalam area parkir Aberforth International High School, udara pagi yang sejuk sedikit membantu meredakan ketegangan di dadaku. Namun, begitu mobilku memasuki pelataran parkir, aku langsung melihat Dariel. Dia sudah ada di sana, duduk bersandar di depan mobilnya, tatapannya lurus ke arahku seolah-olah dia sedang menungguku.
Hati ini seketika berdegup lebih kencang. Meskipun aku berusaha keras untuk tidak memikirkannya, pemandangan Dariel yang duduk di sana, menatap langsung ke mobilku, membuat semuanya terasa tidak mungkin dihindari. Seketika, kenangan ciuman tadi malam kembali menghantui pikiranku, menciptakan kehebohan emosi yang tak terelakkan.
Aku terdiam sejenak, menggenggam setir lebih erat, mencoba menenangkan diri. Namun, sulit rasanya mengalihkan pandanganku dari Dariel. Ada sesuatu dalam caranya menatap, sesuatu yang seolah menyiratkan bahwa dia sudah tahu apa yang sedang berkecamuk dalam pikiranku.
Saat aku akhirnya memarkirkan mobil, rasanya seperti dunia berhenti sejenak. Aku tahu aku tidak bisa menghindarinya. Aku akan bertemu dengannya lagi, dan kali ini tidak ada jalan keluar. Aku menarik napas dalam-dalam, mengumpulkan keberanian sebelum membuka pintu mobil.
Meskipun aku merasa gugup, aku berusaha terlihat tenang. "Baiklah," pikirku, "ini hanya pertemuan biasa. Aku hanya perlu bersikap wajar, dan segalanya akan baik-baik saja." Tapi di dalam hati, aku tahu bahwa perasaan yang bercampur aduk ini tidak akan hilang begitu saja.
"Selamat pagi!" Sapanya.
Aku tersenyum tipis.
"Ya, pagi!" Jawabku singkat, suaraku hampir tertahan. Tanpa menunggu respon lebih lanjut, aku melangkah cepat melewatinya, berharap bisa menghindari percakapan yang lebih mendalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅
Teen Fiction"Cinta ini salah," suaranya bergetar, hampir tenggelam dalam gemuruh ombak kecil. Namun, cinta di matanya tak bisa dipadamkan. "Tapi aku tak bisa berhenti mencintaimu," jawab yang lain, dengan desahan putus asa, seperti seseorang yang sudah lama ter...