38

3 0 0
                                    

Hari menjelang pagi...

Aku mencoba menggerakkan tubuhku sedikit, namun rasa lelah masih menyelimuti. Ayah yang duduk di sampingku menatapku dengan sorot mata penuh kekhawatiran. Dia menggenggam tanganku lebih erat, dan senyum tipis terukir di wajahnya ketika melihatku mulai sadar.

"Krystal, kau sudah bangun," suaranya terdengar lembut namun penuh dengan kecemasan.

Aku hanya mengangguk pelan, mencoba mencerna apa yang terjadi semalam. Pikiranku berputar, mengingat hujan deras, Dariel, Jeff... dan kenyataan pahit yang tiba-tiba menghancurkan duniaku.

"Kau tak perlu memaksakan diri untuk pergi ke sekolah hari ini," lanjut Ayah, suaranya penuh kasih sayang. "Ayah sudah memberi tahu mereka, kau perlu istirahat."

Aku menatapnya dengan mata yang masih lelah, namun dalam hatiku muncul rasa syukur bahwa dia ada di sini sekarang. Ayah jarang terlihat begitu peduli, apalagi dengan segala kesibukan dan dunia bisnis yang selalu menuntut perhatiannya. Tapi pagi ini, dia di sini, untukku.

"Terima kasih, Ayah," ucapku lirih.

Rasanya tubuhku masih lemah, dan kepalaku masih terasa berat, tapi setidaknya, aku tidak sendirian.

Ayah menatapku dengan sorot mata penuh kesedihan, tampak berat baginya untuk mengungkapkan kebenaran yang selama ini tersembunyi.

"Krystal, Ayah dan ibumu dijodohkan," katanya pelan, suaranya bergetar. "Ibumu, dia tidak pernah menginginkan pernikahan ini. Dia memilih untuk pergi, meninggalkan kita, dan mencari pria yang benar-benar dicintainya."

Aku terdiam, merasa seperti ditarik ke dalam pusaran emosi yang begitu mendalam.

"Jadi, dia meninggalkan kita untuk seseorang yang lain? Seseorang yang dia cintai?" suaraku bergetar, menahan kemarahan dan kesedihan yang tiba-tiba memuncak.

Ayah mengangguk, tampak sangat lelah.

"Ya. Dia tidak bisa menjalani hidup dengan orang yang tidak dia cintai. Dia merasa terjebak dalam pernikahan ini, dan akhirnya, dia memilih pergi demi cinta yang lain. Ayah tidak bisa menghentikannya."

Air mataku mulai menetes tanpa bisa kutahan.

"Dia meninggalkan kita, meninggalkan aku, hanya karena dia ingin bersama orang lain?" bisikku, penuh luka dan kekecewaan.

"Ayah tahu ini menyakitkan," kata Ayah, suaranya semakin berat. "Tapi ayah ingin kau tahu, dia tidak meninggalkanmu karena kau. Keputusan itu adalah tentang kami, tentang pilihan hidup yang dia ambil. Kau bukan alasan dia pergi, Krystal."

Aku menggigit bibir, mencoba menahan tangisan yang mulai menyeruak lebih kuat.

"Dan sekarang, dia ada di sini, berdiri di samping pria lain, menjadi ibu bagi Dariel, Orang yang kucintai," kataku dengan perasaan bercampur aduk antara patah hati dan kebingungan.

Ayah meraih tanganku, menggenggamnya erat.

"Ayah tahu ini sulit, Krystal. Tapi masa lalu kita tidak boleh menghancurkan masa depanmu. Kau tidak harus membiarkan perasaan itu menguasai hidupmu. Apa pun yang terjadi, kau masih memiliki kendali atas apa yang kau inginkan."

Aku menarik napas dalam, berusaha meredam rasa sakit yang begitu menusuk. Kata-kata ayahku menggema di pikiranku, tapi sejujurnya, aku masih merasa begitu terhimpit oleh kenyataan yang baru saja terungkap.

"Apa yang harus kulakukan sekarang, Ayah? Ibu, dia tidak hanya meninggalkan kita. Dia sekarang ibu dari Dariel, orang yang..."

suaraku terhenti, tidak mampu melanjutkan. Bagaimana mungkin aku bisa terus bersama Dariel setelah mengetahui kebenaran ini? Bagaimana mungkin aku mencintai seseorang yang lahir dari cinta yang menghancurkan keluargaku?

FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang