19

18 5 0
                                    

Aku mendengus kesal sambil sesekali menatap Daniel tajam.

"Ada apa denganmu? Apa ada sedikit gangguan di saluran pernapasanmu?" Tanyanya.

"Hei!! Yang benar saja!" Seruku kesal.

Dia tertawa pelan.

Menyebalkan sekali, batinku.

TIINNN!!! Klakson mobil menampar gendang telingaku keras. Aku menutup kedua telingaku spontan.

"Kau ingin mati?" Jeritku kesal.

Dia tersenyum miring.

Aku menatap sekelilingku. Mobil mulai memasuki kawasan Aberforth international highschool.

"Oh, astaga!" Seruku mengingat sesuatu.

Apakah Jeff benar-benar akan menjemputku pagi ini? Sial. Manusia ini bahkan datang sebelum Jeff!, batinku melirik Daniel tajam.

"Apa yang terjadi?" Tanyanya.

Aku memalingkan wajahku kesal.

"Bisakah kau diam? Buka pintunya!" Cetusku.

Pintu terbuka perlahan dengan sendirinya. Aku melangkah keluar dari mobil. Aku menghela nafasku pelan lalu merapikan rambut yang menutupi wajahku akibat angin yang berhembus begitu kencangnya.

"Setiap pagi adalah awal yang baru!" Gumamku lalu melangkahkan kakiku.

Langkahku terhenti seketika. Seorang pria terlihat tengah berjalan cepat kearahku. Aku membalikkan tubuhku cepat lalu bersiap melangkah.

"Krystal!" Panggilnya.

Terlambat. Aku menghentikan langkahku lalu membalikkan tubuhku.

"Aku menjemputmu tapi rupanya kau pergi lebih dulu tanpa menungguku!" Lanjutnya.

Aku mengangguk.

"Ya, kau benar! Seperti yang kau lihat!"

"Kita perlu bicara-"

"Kita tidak perlu bicara tentangnya, Jeff! Itu bukan urusanku!"

"Krsytal! Tidakkah kau mengingat bagaimana kalian begitu dekat sebelumnya?"

Aku mengangguk.

"Kubilang, jangan katakan apapun tentangnya! Lihat dirimu, kau bahkan tidak sedikitpun mempercayaiku!"

"Aku percaya, namun-"

Jeff mencoba meraih tanganku, namun sebuah tangan lain lebih dulu meraihnya.

"Pergilah! Krystal terlihat muak melihatmu!"

Aku mendongak.

Astaga pria ini, bagaimana bisa seseorang menjadi terlalu percaya diri!, batinku.

"Dariel? Kalian datang bersama?" Tanya Jeff tak percaya.

"Uhm, sebenarnya-"

"Kau benar. Aku menjemputnya untuk pergi ke sekolah bersama!" Sahut dariel.

Oh, astaga! Dariel membuatku gila!, batinku.

"Apa kalian-"

"Kau benar. Apa yang kini kau pikirkan sangat benar!" Sahut dariel lagi.

Aku mengepalkan tanganku dan menutup mataku muak.

Jeff mendekat meraih kerah seragam Dariel, membuatku mundur seketika.

"BERANINYA KAU?!" sentak Jeff.

Dariel tertawa pelan.

"Katakan, apa yang membuatku takut?" Sahutnya.

Bugh

Tangan kanan Jeff mendarat begitu keras di wajah dariel. Aku melongo tak percaya.

"Hentikan! Hei, Hentikan!!" Seruku.

Dariel tertawa pelan. Lagi.

"Lihat kemampuanmu! Sangat Jauh dibawahku!" Tukas dariel.

Bugh

Dariel mendaratkan tangannya lebih keras ke wajah Jeff, membuat sudut bibirnya berdarah.
Aku membelalakkan kedua mataku.

"JEFF!! DARIEL!!" seruku lalu berdiri diantara mereka.

Aku mendongak menatap dariel, menarik keras seragamnya lalu mendorongnya sekuat tenagaku menjauh, mundur.

"Pergi!"

Aku membalikkan tubuhku lalu mendongak menatap Jeff dan meraih tangannya.

"Ayo, Aku harus mengobati lukamu!"

Jeff menatapku dengan mata yang penuh kemarahan, tapi saat tanganku menyentuh tangannya, amarah itu perlahan memudar. Aku menariknya menjauh dari Dariel, berusaha menjaga agar situasi tidak semakin buruk. Tapi aku bisa merasakan ketegangan masih menggantung di udara, terutama dari tatapan dingin Dariel yang menatap Jeff dengan tatapan penuh tantangan.

"Krystal, kau tidak perlu melakukan ini,” Jeff berkata pelan, meski suaranya masih terdengar berat oleh emosi.

Aku menggigit bibir, mencoba menahan diriku agar tidak meledak.

"Jeff, kita harus pergi sekarang.”

Dariel berdiri di belakang, tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. Dengan senyum sinis yang begitu khas, dia bersandar di mobilnya, seolah-olah baru saja menonton sebuah pertunjukan yang menarik.

"Tenang saja, Krystal. Aku akan baik-baik saja. Jeff yang perlu istirahat," ucap Dariel dengan nada mengejek.

Aku berbalik dengan cepat dan menatapnya tajam.

"Dariel, berhenti memperkeruh keadaan! Ini bukan permainan.”

Dariel mengangkat kedua tangannya seolah menyerah, tapi jelas dari ekspresinya dia tidak menyesal sedikit pun.

"Baik, baik. Santai saja. Aku hanya bersenang-
senang.”

Jeff mengerang pelan, darah masih mengalir di sudut bibirnya, tapi dia mengangguk dan mengikutiku. Kami berjalan menjauh, meninggalkan Dariel yang masih berdiri di sana. Aku menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikiranku yang kacau.

"Maafkan Aku, Krystal,” Jeff akhirnya berkata setelah beberapa saat hening.

"Aku tidak seharusnya terpancing." Lanjutnya.

Aku menoleh padanya.

"Cukup. Ayo kita pergi. Kita bisa bicara nanti.”

Aku merasakan pandangan Dariel masih membakar punggungku saat aku dan Jeff berjalan menjauh. Aku tidak bisa menahan perasaan bahwa ini belum berakhir, dan entah bagaimana, masalah antara Jeff dan Dariel akan terus berlanjut. Tapi untuk saat ini, aku hanya ingin mengobati luka Jeff dan menjauh dari kekacauan ini.







FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang