"Bukankah sangat sakit? Hiks.. Lihat lukanya! Kau pasti sangat kesakitan!" Tangis krystal kecil menatap luka di lutut sahabatnya itu, Jeff.
"Ayolah, ini tidak sakit! Percayalah padaku!"
"Kau jatuh karenaku! Seharusnya aku tidak memintamu Memboncengku! Kau tidak akan terjatuh! Seharusnya kau yang memakai semua atribut sepedamu dengan benar! Bukan aku!"
"Dengar, pria selalu diciptakan lebih kuat untuk menjaga wanita! Itu yang selalu dikatakan ayahku! Jadi, aku akan selalu baik-baik saja meski jatuh berkali-kali untuk menjagamu agar baik-baik saja!"
Krsytal menyeka air matanya.
"Benarkah?"
"Tentu. Maka akan kupastikan, kau aman bersamaku!" Ujarnya lalu tertawa.
Krystal kecil menatap Jeff dengan mata yang masih berair, tetapi senyum kecil mulai muncul di wajahnya. Kata-kata Jeff, meskipun sederhana, selalu mampu membuatnya merasa tenang. Dia mengangguk pelan, seolah mulai menerima kenyataan bahwa Jeff benar-benar tidak merasa sakit sebanyak yang dia khawatirkan.
ia tahu, meskipun mereka masih anak-anak, kata-kata Jeff selalu membuatnya merasa aman. Jeff selalu melindunginya, dan di dalam hatinya, Krystal percaya kalau itu akan selalu terjadi, bahkan saat mereka tumbuh dewasa.
"Kalau begitu, kita akan selalu bersama, ya?" tanya Krystal pelan.
Jeff tersenyum dan mengulurkan jari kelingkingnya, sebuah janji anak-anak yang penuh makna. "Selalu."
Krystal menyambut kelingking itu dengan kelingkingnya sendiri, mengikat janji yang tak terucap bahwa mereka akan saling menjaga, apa pun yang terjadi.
ಥ_ಥ
Aku menatap sudut bibir Jeff yang terluka. Melihat ini rasanya membuatku begitu terluka. Aku menyeka lukanya dengan kapas dingin ditanganku.
Dia meringis sesekali."Jangan menangis!" Ujarnya membuatku memalingkan wajahku cepat.
"Apa? Siapa? Untuk apa aku menangis?" Elakku.
"Air matamu nyaris terjatuh! Kau menghawatirkanku? Jangan khawatir! Ini hanya luka biasa! Berandal itu memang-"
"Jangan bersikap seolah tak bersalah, Jeff! Kau memulainya lebih dulu!" Ujarku.
"Sekarang kau membelanya?"
Kau juga, batinku.
Setelah kupikir selesai membersihkan lukanya, aku beranjak dari dudukku.
"Aku akan pergi!"
Jeff menahan tanganku. Aku menoleh.
"Maaf-
"Dyna menyukaimu, itu sebabnya dia sangat ingin melenyapkanku! Jadi, jangan pernah menemuiku!" Ujarku melepaskan tangannya pelan lalu mulai melangkah menuju pintu keluar UKS.
"Tapi, Aku menyukaimu!"
Langkahku terhenti.
"Aku sangat menyukaimu. Sejak dulu!"
Air mataku menetes.
Kau gila, jeff. Bagaimana bisa kau mengatakan itu setelah kita bersahabat lebih dari 15 tahun?, batinku.
Aku menunduk, menyeka air mataku perlahan lalu kembali mendongak.
"ASTAGA!!" Seruku menatap dariel yang berdiri tepat dihadapanku.
"Astaga, apa yang kau lakukan? Kau membuatku terkejut!" Kesalku.
"Tentu saja mengobati lukaku! Bukankah bukan hanya pria itu yang terluka?" Ketus Dariel menatap Jeff tajam.
Aku menghela nafas kasar.
"Baiklah, lanjutkan perkelahian kalian disini! Aku akan pergi ke kelas!" Ujarku lalu melangkah keluar dari UKS.
"Arghh, pagi yang cukup melelahkan!" Desahku pelan lalu merentangkan kedua tanganku.
Aku membelalakkan kedua mataku saat tangan kiriku mendarat pada sesuatu.
Aku menoleh cepat. Mendongak lalu menatap kebawah. Tangan kiriku berada tepat di bagian perut dariel.
Aku menarik tanganku cepat.
"Hei, mengapa kau keluar secepat ini? Kau tidak akan mengobati lukamu?" Tanyaku sedikit kesal.
Dia melangkah lalu berdiri tepat dihadapanku. Aku mendongak.
"Tidak!" Ujarnya lalu membalikkan tubuhnya dan berjalan perlahan.
Aku mengepalkan kedua tanganku lalu melangkah mendahuluinya sambil meraih tangan besarnya.
"Ikut aku!"
Dariel berhenti sejenak ketika aku menarik tangannya, menatapku dengan ekspresi yang sulit diartikan. Sejujurnya, aku tidak tahu apa yang sedang kupikirkan. mungkin aku hanya ingin mengalihkan pikiranku dari kekacauan yang baru saja terjadi dengan Jeff. Tapi, aku juga tidak bisa membiarkan Dariel berjalan pergi dengan luka di tubuhnya.
Dia menatapku tajam, tapi kali ini tanpa cengiran khasnya yang biasanya membuatku kesal.
"Apa yang kau lakukan, Krystal?"
Aku menarik napas dalam-dalam.
"Kau terluka. Aku tidak bisa membiarkanmu pergi begitu saja tanpa diobati."
Dia mengangkat alis, tampak skeptis.
"Kau khawatir tentangku sekarang? Setelah apa yang terjadi?"
Aku menggigit bibirku, mencoba menahan rasa frustrasi.
"Ini bukan tentang khawatir atau tidak, Dariel. Kau perlu diobati. Aku tidak peduli dengan semua drama tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
FATE'S CRUEL KINSHIP (SELESAI)✅
Teen Fiction"Cinta ini salah," suaranya bergetar, hampir tenggelam dalam gemuruh ombak kecil. Namun, cinta di matanya tak bisa dipadamkan. "Tapi aku tak bisa berhenti mencintaimu," jawab yang lain, dengan desahan putus asa, seperti seseorang yang sudah lama ter...