••••
••••
Ma, besok rafael ulang tahun. Mama pulang, kan?Pesan yang sudah dikirimkan sejak kemarin malam itu masih belum mendapatkan balasan hingga sore ini. Sedikit harapan masih ada karena setidaknya jika orang tuanya tidak pulang ke rumah, mereka bisa memberikan ucapan selamat. Atau paling tidak menelpon, meskipun hanya satu atau dua menit saja.
Rafael Pradipta, pria itu masih menatap layar handphonenya dengan penuh harap. Ia masih berdiam diri di dalam kelas. Meskipun teman-temannya semua sudah pada pulang, tapi Rafael masih berada di sana. Pria itu masih menanti ucapan ulang tahun dari dua orang yang paling dia harapkan.
Waktu terus berlalu, tapi masih belum ada juga balasan yang ia dapatkan. Diluar sudah sangat gelap karena cuaca yang mendung. Suara gemuruh dan kilat pun mulai terdengar yang menandakan jika sebentar lagi hujan akan turun.
"Apa yang lo harapin, El?" gumamnya sambil tersenyum miris.
Rafael pun memasukkan ponselnya ke dalam tas dan berniat untuk pulang, tapi ternyata bersamaan dengan itu hujan pun mulai turun dengan begitu deras. Hal itu tidak mengurungkan niatnya untuk pulang, mungkin dalam suasana hati yang seperti sekarang pulang dalam keadaan hujan lebat adalah ide yang cukup bagus.
Ia pun melangkahkan kakinya keluar kelas, tapi belum sempat ia keluar, tubuhnya ditabrak oleh seseorang. Rafael sudah akan marah, jika saja ia tidak melihat teman satu kelasnya itu dengan wajah pucat dan tubuh bergetar karena ketakutan.
Rafael tau siapa gadis ini. Dia Kaynara Gyanendra, gadis pintar dan disiplin kesayangan guru di kelasnya. Tapi, kenapa dia terlihat ketakutan?
"Kenapa? Ada yang ngikutin lo? Lo kenapa belum pulang?" tanya Rafael sambil menyentuh pundaknya.
Sentuhan itu membuat Kaynara menatapnya dengan penuh ketakutan. Matanya berkaca-kaca dengan keringat dingin yang membasahi wajahnya.
"Hey? Lo kenapa?" tanya Rafael lagi.
Bukan jawaban, tapi Rafael malah melihat gadis itu semakin menunduk sambil menutup kedua telinganya dan bergumam memanggil orang tuanya ketika petir dan gemuruh kembali terdengar.
"Papa.. Mama..."
Rafael terlihat bingung. Dia menatap Kaynara yang benar-benar terlihat ketakutan. Rafael pun beranggapan, mungkin saja gadis ini takut atau memiliki trauma dengan hujan.
"Lo takut hujan? Masuk, Kay." Rafael menuntunnya untuk masuk ke dalam kelas dan memintanya duduk.
Setelah Kaynara duduk, ia pun membuka kembali tasnya dan mengeluarkan handphone juga earphone miliknya. Kemudian dengan agak ragu memakaikan earphone itu pada Kaynara yang tersentak karena perlakuannya.