••••
••••
Alula memperhatikan anak perempuannya dalam diam. Sejak menjemputnya di sekolah, membawanya ke rumah orang tuanya hingga kini mereka sudah pulang Kaynara banyak diam. Anak itu tidak seperti biasanya, benar kata Raka, pasti ada sesuatu yang terjadi.
Setiap kali diajak bicara dengan orang tuanya pun Kaynara hanya menanggapi seadanya, sangat berbeda dari biasanya. Sebelumnya setiap kali datang ke rumah orang tuanya Kaynara akan begitu bersemangat dan akan menempel kepada sang ibu ketika mereka sudah sampai.
"Kak."
Alula tidak sempat bertanya pagi tadi, jadi ia akan menanyakannya sekarang. Ia duduk di tepian ranjang yang membuat Kaynara langsung bangun dan ikut duduk seraya tersenyum tipis.
"Kenapa, Ma?" tanya Kaynara.
"Kamu kenapa? Lagi ada masalah, ya? Lagi berantem sama pacarnya?" tanya Alula yang membuat Kaynara langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Aku enggak punya pacar," kata Kaynara.
"Terus kenapa? Mama sama Papa perhatikan kamu banyak diam dari kemarin," kata Alula dengan penuh kelembutan.
Kaynara menggelengkan kepalanya lagi seraya tersenyum tipis. Dia mengatakan bahwa tidak ada sesuatu yang terjadi padanya, jadi orang tuanya tidak perlu khawatir.
"Kak, kamu udah janji enggak akan nyembunyiin apa-apa dari Mama sama Papa, kan? Kalau kamu enggak mau cerita ke Papa kamu bisa cerita ke Mama aja." Alula menggenggam tangan anaknya, berusaha membujuk Kaynara agar mau bercerita padanya.
"Aku baik-baik aja, Ma. Aku cuman kesel dan capek aja karena nilaiku banyak yang turun waktu ujian kemarin padahal aku belajar terus," kata Kaynara seadanya.
"Kamu yakin?" tanya Alula memastikan.
Kaynara tersenyum lebih lebar dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.
"Kak, itu cuman nilai. Mama sama Papa enggak menuntut kamu atau adik-adik kamu untuk mendapatkan nilai yang sempurna, kalau kalian dapat itu Mama sama Papa senang, tapi kalau enggak pun enggak masalah. Kami lebih sedih liat kamu murung begini dibandingkan liat nilai ujian kamu yang enggak sebaik kemarin, jadi udah sedihnya." Alula mengusap pelan kepala Kaynara yang membuat gadis itu tersenyum tulus.
"Mama."
"Hm?"
Kaynara menatap Alula beberapa saat lalu memeluknya dengan erat. Dia memejamkan matanya sambil berusaha untuk menahan tangis.
"Makasih karena udah sayang sama aku," kata Kaynara pelan.
Alula tersenyum ketika mendengarnya. Satu tangannya mengusap sayang pundak anaknya. Mungkin anaknya itu tidak tau, tapi Kaynara sudah mengambil hatinya sejak pertemuan pertama mereka.