••••
••••
Merawat sendiri Kaynara sejak anak itu masih kecil membuat Raka cukup memahaminya. Dia dapat merasakan perubahan kecil dari Kaynara. Dia juga tau kalau anaknya itu sedang menyembunyikan sesuatu karena bisa dibilang Kaynara itu pembohong yang buruk.
Kaynara tidak bisa berbohong. Raka akan tau anak itu berkata jujur atau tidak hanya dengan menatap wajahnya. Setiap kali berbohong Kaynara tidak akan mau menatap wajah lawan bicaranya atau dia akan berkali-kali menghindari kontak mata dengan mereka.
Seperti yang terjadi sekarang. Raka tau anaknya itu berbohong ketika mengatakan bahwa dia baik-baik saja dan tidak ada yang sedang ia sembunyikan. Namun, melihat keadaan Kaynara yang sedang sakit membuat Raka mencoba untuk percaya dan tidak bertanya lebih lanjut.
Raka pulang lebih awal hari ini. Begitu menyelesaikan semua pemotretan ia bergegas pulang untuk melihat kondisi anaknya dan disinilah dia berada sekarang. Ia tengah menyuapi anaknya makan siang yang baru dia makan di jam tiga sore.
"Papa pulang lebih awal tadi. Papa kepikiran Kaynara terus," ungkap Raka yang membuat Kaynara menatapnya dengan sendu.
"Kaynara mau tau sesuatu? Waktu masih kecil Kaynara demam sampai harus dirawat di rumah sakit. Papa tidak tidur semalaman dan menjaga Kaynara karena takut kalau Kakak sampai kenapa-kenapa." Raka tersenyum ketika mengingat ia sampai harus membayar ganti rugi yang jumlahnya cukup besar karena mengabaikan pekerjaannya.
"Meskipun Nenek sudah bilang kalau dia akan menjaga Kaynara, tapi Papa tidak akan tenang kalau bukan Papa sendiri yang menjaga Kaynara. Hal itu masih berlaku sampai sekarang dan bukan hanya pada Kaynara saja, tapi pada semua anak-anak kesayangan Papa," kata Raka sambil mengusap pelan kepala Kaynara.
"Papa tidak pernah mau melihat anak-anak Papa kesakitan. Kalau kalian sakit, rasanya seperti Papa gagal menjaga kalian." Raka melihat Kaynara yang menggelengkan kepalanya dengan cepat setelah mendengar perkataannya barusan.
"Papa enggak pernah gagal. Dari dulu sampai sekarang Papa selalu menjadi Papa yang hebat untuk Kay dan untuk Keisha juga Reiga," kata Kaynara pelan.
"Papa juga merasa gagal kalau anak-anak Papa menyembunyikan sesuatu dari Papa," kata Raka yang membuat Kaynara langsung diam.
Kaynara menatap Ayahnya yang tersenyum tipis. Ayahnya tidak mengatakan apapun lagi dan memilih untuk kembali menyuapinya makan.
Ia pun hanya diam. Ada banyak pertanyaan dalam benaknya, tapi Kaynara belum siap atau mungkin ia tidak akan pernah siap mendengar jawabannya.
Bahwa Kaynara bukan anak kandungnya. Bahwa kehadirannya tidak diinginkan oleh semua orang.
Kaynara tidak akan pernah siap untuk mendengarnya secara langsung. Sekarang dia menyesalinya. Dia menyesal karena sudah diam-diam mendengar percakapan Ayahnya. Dia menyesal karena mencoba mencari tau kebenarannya.