••••
••••
Tiga hari setelah kejadian itu, Rafael baru menginjakkan kembali kakinya di rumah. Saat sampai di rumah ia tidak mendapati siapapun di sana, mungkin orang tuanya sudah kembali bekerja. Entahlah, Rafael tidak tau dan tidak mau tau, lagipula mereka memang selalu datang dan pergi tanpa sepengetahuannya.
Pelan-pelan Rafael pergi menuju kamarnya. Dia tidak tau, apakah kamarnya dalam keadaan rapih atau berantakan?
Dua hari yang lalu orang tuanya menghubunginya dan memaksanya untuk pulang, tapi dia menolak. Mereka juga tidak menjemputnya secara paksa, jadi Rafael tetap menginap di rumah Elang tiga hari belakangan ini.
Baru hari ini dia memutuskan untuk pulang. Rafael merasa tidak enak dan terlalu merepotkan, jika tinggal lebih lama lagi di rumah Elang. Tapi, dia sangat bersyukur karena keluarga Elang menerima kehadirannya dengan baik dan menganggapnya seperti anak mereka sendiri bahkan mereka bilang akan melindunginya, jika kemarin orang tuanya menjemputnya secara paksa.
Saat masuk ke dalam kamar, Rafael terdiam selama beberapa detik. Kamarnya rapih, sangat rapih jika dibandingkan dengan sebelum ia pergi meninggalkan rumah. Rafael juga melihat lampu tidur yang sama persis dengan yang pernah dibelikan oleh Kaynara berada ditempat yang sama.
Pasti Ibunya.
"Jadi, mereka udah pergi lagi sekarang?" gumam Rafael sambil tersenyum tipis.
Terkadang Rafael senang ketika kedua orang tuanya tidak ada di rumah, tapi ia juga tidak bisa membohongi dirinya sendiri bahwa setiap kali mereka pulang, ada rasa senang dalam dirinya.
Senang karena pada akhirnya mereka masih mengingat rumah ini sebagai tempat untuk pulang.
Rafael tersenyum dan mengeluarkan handphonenya dari saku celana. Tadinya, ia dan Kaynara ingin membeli lampu tidur itu sore ini, tapi sepertinya itu tidak perlu karena Rafael sudah memilikinya kembali.
Jadi, dia berniat mengajak Kaynara ke tempat lain saja. Rafael tidak mengirim pesan, tapi menelpon Kaynara yang tidak perlu waktu lama karena gadis itu langsung mengangkat panggilannya.
"Kay."
'Iya, Ael?'
Suara lembut Kaynara langsung menyambutnya yang membuat Rafael tersenyum.
"Kayaknya kita enggak jadi pergi nanti sore," kata Rafael.
'Ehh? Kenapa? Tangan kamu masih sakit? Tapi, bukannya kamu tadi udah bawa motor sendiri?'
Kaynara langsung terdengar panik. Padahal Rafael benar-benar tidak papa. Luka di tangannya sudah mengering hingga tidak mengganggu aktivitasnya lagi.
"Mama udah gantiin yang baru." Rafael menjawab semua kebingungan dan kekhawatiran Kaynara terhadap dirinya.