••••
••••
R
aka tidak tau kenapa dia harus merasa cemas, padahal Kaynara sudah mengatakan bahwa dia akan belajar bersama dan Rafael pun sudah meminta izin padanya. Seharusnya dia tidak perlu secemas ini karena Raka sudah cukup percaya pada pria pertama yang dekat dengan anaknya.
Tapi, mungkin saja rasa cemas ini datang karena cuaca yang mulai berubah mendung. Mungkin karena langit yang mulai menggelap dan gemuruh yang saling bersahutan.
Karena setiap kali hujan akan turun dan anaknya tidak berada di dekatnya atau keluarganya, ia akan merasa cemas. Mungkin itu adalah alasan, kenapa Raka bisa secemas ini.
Atau mungkin karena Kaynara yang belum membalas pesannya. Dia bertanya, kapan anaknya akan pulang? Apa dia perlu menjemputnya atau tidak?
Dan belum ada balasan sampai sekarang.
"Kalau aku jemput Kaynara gimana?" tanya Raka yang merasa tidak tenang.
"Tunggu sebentar lagi, Mas. Tunggu sampai Kaynara balas chat kamu, nanti kalau kamu jemput dia padahal dia enggak minta, dia bisa ngambek." Alula menjawab pertanyaan suaminya itu sambil mengusap pelan lengannya.
"Aku takut dia kehujanan di jalan," kata Raka.
Raka menghela nafasnya cukup panjang. Karena belum mendapatkan balasan, jadi Raka menelpon anaknya. Mungkin Kaynara masih belajar, karena itu dia tidak mengecek handphonenya.
Tapi, sekarang teleponnya bahkan tidak tersambung yang membuat Raka semakin tidak tenang.
"Kenapa enggak aktif? Kaynara selalu saja begini, ini yang membuat aku terkadang ragu buat izinin dia pergi. Kaynara selalu lupa charger handphonenya dan sulit untuk dihubungi," ucap Raka yang kini mencoba untuk menghubungi Rafael.
"Padahal enggak sampai semenit balas chat aku. Dari tadi aku chat masih masuk, tapi sekarang udah enggak aktif." Raka tidak bisa menyembunyikan rasa cemasnya pada anaknya itu.
Alula pun tidak ingin banyak bicara. Dia berusaha menenangkan suaminya yang masih berusaha menghubungi Rafael.
"Aku jemput aja. Terserah dia mau marah apa enggak, tapi ini udah gelap, Sayang. Aku enggak tenang kalau hujan Kaynara enggak ada di rumah," kata Raka sambil beranjak dari tempat duduknya.
Karena Rafael tidak kunjung mengangkat teleponnya, jadi Raka memutuskan untuk menjemput Kaynara saja.
"Mas, nanti Kaynara jangan dimarah," kata Alula mengingatkan.
Raka hanya mengiyakan saja permintaan istrinya itu. Dia juga sulit untuk marah pada anak perempuannya itu.
"Aku coba hubungi Kaynara dan Rafael juga di rumah. Nanti kalau aku dapat kabar dari mereka, aku langsung hubungi kamu," kata Alula sambil memeluk suaminya agar ia merasa lebih tenang.