Flirtationship (28)

369 64 11
                                    

••••

••••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••••

"Gue juga enggak pernah benci sama orang tua gue, Kay."

Satu kalimat itu menjadi kalimat pembuka dari Rafael yang sekarang duduk di sampingnya. Mereka tidak langsung pulang begitu kelas usai, tapi keduanya pergi ke taman yang letaknya tak begitu jauh dari area sekolah.

Setelah mengatakan itu Rafael terdiam selama beberapa menit. Dia tidak bohong. Dia tidak pernah benar-benar membenci kedua orang tuanya. Mungkin Rafael hanya memiliki sedikit rasa kecewa terhadap mereka.

Kecewa karena mendapatkan perlakuan yang tidak cukup baik. Juga kecewa karena tidak pernah dianggap kehadirannya.

"Mereka punya kesempatan untuk enggak membiarkan gue lahir ke dunia. Mereka juga  bisa aja membuang gue ke panti asuhan atau kemana aja, tapi mereka enggak ngelakuin itu. Mungkin karena itu gue jadi berpikiran kalau mereka juga sebenarnya enggak pernah benar-benar membenci kehadiran gue," kata Rafael sambil menatap Kaynara dan tersenyum padanya.

Kini Rafael menunjuk luka di area wajahnya dan memberitahu Kaynara siapa yang sudah mengobati lukanya.

"Gue enggak bohong waktu bilang lukanya udah diobati. Luka ini yang ngobatin Mama. Selain ngobatin luka, Mama juga yang lepas sepatu sekolah gue waktu gue langsung tidur gitu aja tanpa ganti baju. Dia juga yang bawain tas sekolah sama handphone gue ke kamar. Sebenernya mereka peduli sama gue, kan, Kay?" tanya Rafael yang membuat Kaynara bingung harus menjawab apa.

Dia tidak tau harus mengatakan apa, jadi yang Kaynara lakukan hanya menganggukkan kepalanya seraya tersenyum.

"Jangan kasihani gue, ya, Kay. Gue enggak papa. Gue udah bertahun-tahun ngalamin ini semua, jadi sekarang rasanya udah enggak sesakit dulu. Apalagi sekarang ada lo yang bakal buat gue lebih kuat lagi," kata Rafael sambil tersenyum.

Kaynara cemberut untuk menahan kesedihannya ketika mendengar itu, tapi matanya tidak bisa bohong. Bukan Rafael, tapi malah dia yang ingin menangis.

"Sejak kita sedekat ini, gue jadi punya banyak semangat. Gue semangat untuk sekolah dan jadi murid yang enggak terlalu bandel lagi. Gue juga jadi semangat untuk menata masa depan gue, Kay." Rafael mengatakannya sambil menatap Kaynara.

Kemudian ia mengusap pelan kepala Kaynara dan mengucapkan terima kasih dengan penuh ketulusan.

"Loh? Kok malah lo yang nangis? Sesedih itu cerita gue?" tanya Rafael, mencoba untuk bercanda.

Padahal dia juga berusaha mati-matian menahan kesedihan. Rafael tidak suka menangis di depan orang lain, apalagi di depan Kaynara.

Kaynara yang merasa diledek berdecak kesal dan memukul lengannya. Dia tidak pernah tau kalau kehadirannya sudah banyak membantu Rafael.

"Gue serius, Kay. Karena lo gue jadi punya semangat untuk menata masa depan. Soalnya kalau mau sama lo harus jadi orang yang berhasil dulu. Enggak mungkin Om Raka bakal biarin anaknya pacaran sama cowok yang enggak punya masa depan," kata Rafael yang membuat Kaynara menatapnya dengan kesal karena dia kembali menggodanya.

FlirtationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang