••••
••••
Saat hujan mulai turun, Rafael tidak lagi dapat merasakan sakit dari setiap pukulan yang Ayahnya berikan. Luka-luka itu tak lebih besar dari kekhawatiran yang ia rasakan ketika hujan dan petir yang saling bersahutan terdengar.
Satu hal yang melintasi pikirannya hanya Kaynara. Apakah gadis itu dalam keadaan aman? Apakah ia sudah diperjalanan pulang?
Rafael tidak bisa berhenti memikirkan hal-hal itu. Bahkan ia tidak merasakan apapun selain rasa cemas, ketika tubuhnya jatuh hingga membentur meja yang membuat darah keluar di dahinya.
"Sudah berani kamu membawa pulang wanita ke rumah ini?!"
Tidak. Rafael tidak merasakan sakit ketika tubuhnya ditendang cukup kuat oleh Ayahnya.
"Dasar anak tidak berguna! Seharusnya saya tidak membiarkan kamu lahir!"
Rafael hanya bisa pasrah dan menerima semua pukulan itu. Lagi dan lagi matanya melihat sosok sang Ibu yang hanya diam memandanginya.
Saat dering ponsel terdengar, Rafael tidak tau haruskah ia bersyukur karena sang Ayah berhenti memukulnya? Atau haruskah dia marah ketika handphone miliknya dibanting ke lantai?
Rafael dapat melihat sang Ayah yang kembali mendekat, tapi pandangannya mulai kabur. Kepalanya semakin sakit dan bersamaan dengan tendangan ditubuhnya, ia kehilangan kesadarannya.
Mata Rafael terpejam dengan luka disekujur tubuhnya.
••••
Suasana diruang makan malam ini tidak seperti biasanya. Wajah serius Raka membuat anak-anaknya tidak ada yang berani bersuara, termasuk Kaynara yang baru saja bergabung untuk makan malam.
Sejak tadi, Kaynara berusaha bicara dengan Raka, tapi tidak ada tanggapan yang Ayahnya itu berikan. Dia ingin menanyakan perihal handphonenya karena Kaynara ingin memastikan keadaan Rafael.
Dia merasa sangat khawatir pada Rafael. Dia ingin memastikan bahwa pria itu baik-baik saja dan orang tuanya tidak menyakitinya. Kaynara merasa tidak tenang memikirkan hal itu, apalagi dia berjanji untuk memberikan kabar pada Rafael jika sudah pulang.
Kaynara sadar setelah hujan sudah berhenti. Dia membuka matanya ketika sudah berada di dalam kamarnya dan pakaian sekolah yang sudah diganti dengan baju tidurnya.
Saat itu membuka matanya hanya ada Alula di dalam kamar. Ibunya itu langsung menanyakan keadaannya dan kenapa ia bisa sendirian serta kemana Rafael?
Kaynara tidak langsung menjelaskan. Karena ketika membuka matanya, hal pertama yang terlintas dalam benaknya adalah keadaan Rafael.
Tapi, Alula melarang dia untuk melakukan itu. Ia mengatakan bahwa saat ini emosi Raka masih belum stabil dan karena itu dia tidak boleh menanyakannya sekarang.
