BAB 14

53.2K 2.9K 24
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

Dua hari berlalu seperti biasa, hari ini adalah hari sabtu. Masih pagi, pukul 7 tapi rumah sudah berisik akibat dari suara tamu tak di undang.

"Mana uang nya?!" tanya lelaki yang sebelumnya pernah datang menagih uang kontrakan. Panggil saja lelaki itu penagih kontrakan.

"Saya baru ada dua juta.. Bapak ambil aja dulu ya," kata Rico berusaha kompromi.

"Saya bilang kan bayar beserta bunga nya! Ini masih kurang! Saya gamau!" balas si penagih kontrakan itu sembari menepis tangan Rico yang menyodorkan amplop berisi uang.

"Mana putri kamu itu? Katanya dia mau jadi jaminan," lanjut si penagih kontrakan sambil kepala nya mengintip masuk ke dalam rumah.

Rico dengan segera menghalangi pintu. "Pak.. Jangan putri saya pak. Jangan keluarga saya pak.. Saya ga punya apa - apa lagi selain mereka," kata Rico lirih.

Si penagih kontrakan itu menatap jijik pada Rico, "Makanya kerja. Biar ga nyusahin keluarga nya. Jadi kepala keluarga gimana sih, ga becus," respon si penagih kontrakan itu sadis, hingga membuat Rico tertunduk.

"Mulut lo minta di lakban ya?" sahut Keira dari dalam rumah.

Rico sontak terkejut dan berbalik, "Keira? Kenapa bangun? M-masuk lagi nak," ujar Rico panik. Ayah nya itu hendak menarik tangan Keira untuk masuk kembali, namun Keira menahan.

"Nah akhirnya keluar juga si jaminan. Ayo, ikut saya. Papa kamu masih ga bisa bayar," kata penagih kontrakan itu dengan senyum mesum nya. Keira tersenyum sinis menatapi si penagih kontrakan itu.

"Gue ikut lo kalau uang nya gada." Tangan Keira yang memegang sebuah amplop sengaja ia angkat di tunjukkan pada si penagih kontrakan. "Tapi, gue ada uang nya," ujar Keira.

Penagih utang itu memincingkan mata nya, "Mana? Kalau kurang, saya gamau nerima," sahut penagih kontrakan.

"Itu total nya ada 5 juta. Cukup kan sekalian buat bulan ini dan bunga nya." Keira menyodorkan amplop itu yang langsung di terima oleh si penagih kontrakan.

Penagih kontrakan itu membuka isi amplop, menghitung jumlah uang merah yang penuh di amplop. Mata nya melebar tak percaya bahkan mulut nya sampai mengaga, benar, 5 juta.

Sadar dengan ekspresi jelek nya, si penagih utang segera menutup mulut nya dan menetralkan ekspresi.

"Oke, ini uang nya pas. Kalau gitu, kamu ga perlu ikut saya. Lain kali, jangan suka telat bayar!" kata nya hendak berbalik pergi namun tak jadi karena Keira menghentikan. "Tunggu dulu."

"Siapa yang ngizinin lo pergi?" tanya Keira dengan senyum penuh artinya. Rico menatap Keira dengan tatapan penuh tanya. Begitu juga si penagih kontrakan.

"Kenapa? Kamu mau ikut sa--"

BUGHH!

Belum sempat menyelesaikan perkataan nya, sebuah bogeman telah lebih dulu meluncur mengenai pipi si penagih kontrakan.

"Itu karena lo udah berani natap mama gue."

BUGHH!

"Itu karena lo udah berani nyentuh dan natap gue dengan niat jahat lo itu," ujar Keira kembali melangkah mendekati si penagih kontrakan yang sudah terjatuh. Keira berjongkok di sisi kanan si penagih kontrakan.

"A-apa--"

Plakk!

"Itu karena lo udah berani ngatain keluarga gue," kata Keira dingin. Tatapan nya menyorot tajam ke panagih kontrakan itu. Lantas gadis itu berdiri, "Pergi sana, sebelum gue kesel," lanjut Keira.

The Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang