BAB 63

19.4K 1.4K 116
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

Gabriel membawa Keira berkeliling dulu, sebelum akhirnya berjalan pulang kembali ke rumah sakit.

Waktu menunjuk pukul 8 lewat saat mereka tiba di ruangan Keira kembali. Di sana sudah ada Alana yang tengah menatap layar ponselnya. Kala pintu di buka, ia menoleh, "Keira udah balik, ya.." Alana tersenyum melihat putrinya. Meletakkan ponsel ke meja, lalu menghampiri Keira dan Gabriel. Wanita itu mengambil alih kursi roda Keira, membawa Keira ke dekat brankar.

"Tadi, kalian abis darimana?" tanya Alana membantu Keira duduk ke brankar. "Makan doang ma." Ini Keira yang menjawab. Alana mengangguk mengerti.

"Om ada dimana, tante?" tanya Gabriel menatap sekeliling ruangan. Alana menoleh pada Gabriel, "Pulang, nak.. mau bantu Naren bikin pesenan dulu," jawab Alana.

Gabriel ber-oh-ria. Kemudian, ia berpamitan untuk pulang. Mendapat anggukkan dan kata hati - hati dari Alana dan Keira, pria itu pun pergi.

Pandangan Alana menatap wajah putrinya. "Itu temen kamu yang satu lagi, mana?"

"Temen yang mana?"

"Itu.. yang cowok, kemarin pagi dateng."

"Oh, itu Alvarez. Dia keluar negeri, karena papa nya manggil. Katanya balik kesini lagi sekitar dua hari. Tapi, udah Keira bilangin sih, ga perlu balik kesini lagi," jelas Keira. Alana kembali mengangguk merespon nya.

"Yaudah. Kamu istirahat aja ya sekarang," ujar Alana. "Iya."

Diam sejenak, "Ma, papa baru pulang?" tanya Keira. "Sekitar 15 menit lalu. Kenapa?" tanya Alana balik.

Keira menggeleng pelan, "Udah sampe rumah, kan?"

"Harusnya udah," jawab Alana. "Papa kamu belum nelfon, paling nanti," sambung wanita itu.

Keira menganggukkan kepala nya pelan. Lantas, ia membaringkan tubuhnya, memejamkan mata meski belum mengantuk. Iya, hanya memejamkan mata saja, jika ketiduran tak masalah juga. Lagi pula, buka mata juga untuk apa? Sama - sama gelap. Tak ada bedanya.

Di menit ke 10, gadis itu mulai terlelap. Alana tersenyum tipis, kala melihat wajah Keira yang mulai tenang, menandakan gadis itu sudah tidur.

Drtt.. Drtt..

Ponsel Alana bergetar pelan, wanita itu segera mengambil ponselnya, membaca kontak yang tertera. Wanita itu melirik sekilas Keira, kemudian berjalan keluar ruangan untuk mengangkat telfon.

Menggeser tombol ke hijau, mendekatkan ponsel ke telinga, "Hal-"

Belum sempat menyapa, orang di seberang sana lebih dulu berbicara. 3 detik setelah mendengar suara dari seberang sana, matanya membulat sempurna, mengekspresikan keterkejutan nya.





-







Ceklek!

Pintu ruangan terbuka dengan cepat. Alana langsung melangkahkan kaki nya masuk, mendekat pada lelaki di sebelah brankar. "Kenapa suami saya bisa kayak gini?!" tanya Alana menarik kerah si lelaki itu. Mata nya sudah memerah antara marah dan ingin menangis.

"Maaf, ini kecelakaan. Rem mobil saya blong pas suami kamu nyebrang. Saya udah coba ngehindar, tapi, tetap kena," jelas lelaki itu dengan raut menyesal. Kepala lelaki itu di perban, menandakan ia juga mengalami kecelakaan.

"Saya akan bertanggungjawab sepenuhnya untuk biaya rumah sakit suami kamu." Lelaki itu berbicara dengan tegas, ia serius akan bertanggungjawab.

Perlahan, Alana melepas kerah lelaki itu. Air mata nya mengalir, menatap suami nya yang terbaring di atas brankar dengan masker oksigen yang membantu nya bernafas. "Gimana keadaan nya?" tanya Alana melirih.

The Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang