BAB 62

18.6K 1.3K 198
                                    

- 𝐻𝒶𝓅𝓅𝓎 𝑅𝑒𝒶𝒹𝒾𝓃𝑔 -

Dua hari kemudian.

"Kami belum menemukan donor yang cocok." Itu perkataan dokter tepat satu hari yang lalu. Iya, mencari donor mata memang sulit, Keira paham itu.

"Jangan sedih, nak.." ujar Rico pelan. Tangan nya menggenggam tangan Keira, 'Papa bakal lakuin yang terbaik buat kamu,' batin Rico.

"Engga pa. Biasa aja. Itu temen - temen Kei, dateng lagi ke ruko?" tanya Keira. Rico mengangguk. Belakangan ini, teman - teman nya Keira memang sering datang ke ruko, mencari Keira yang sudah hampir 2 minggu izin.

Namun, keluarga Keira sepakat mengatakan Keira sedang pergi keluar kota, mengunjungi keluarga jauh. Lantas, sampai sekarang, tak ada yang tau keadaan Keira.

Suasana hening sejenak, sebelum Keira kembali membuka percakapan. "Pa, kalau donor mata nya ga ketemu, Kei bakal buta selama nya, ya?" tanya Keira pelan.

"Kamu ngomong apa, sih?.. Pasti ketemu.. pasti, nak," jawab Rico. Keira diam saja.

Lalu, pintu di buka. Keira tak bisa melihat siapa yang datang, tapi, suara Rico memberitahu nya. "Gabriel?"

"Malem, om," sapa pemuda itu dengan senyum tipis. Rico mengangguk sebagai respon. Pandangan Gabriel beralih pada Keira. "Kei.. mau jalan, engga?" tanya Gabriel pelan.

"Sejak lo di rs, lo ga pernah keluar, kan?" sambung nya. Keira diam sejenak, "Boleh, pa?" tanya Keira dulu pada Rico.

"Boleh, nak.. gapapa."

"Tapi.. gue gabisa liat jalan.. gue nanti ngerepotin lo," kata Keira untuk Gabriel. "Engga," sahut Gabriel singkat. Tanpa menunggu, tangan nya di raih oleh Gabriel.

"Ayo, gue bantu ke kursi roda."

Gabriel menuntun Keira ke kursi roda, mendudukkan gadis itu. Lalu, beralih pada ayah si gadis. "Om, gapapa kan, saya bawa Keira nya dulu?" tanya Gabriel meminta izin.

Rico tersenyum tipis. "Iya, gapapa, nak.." jawabnya.

Kursi roda pun didorong pergi meninggalkan ruangan. Rico menatap kepergian Keira dan Gabriel. Dalam hati, ayah empat anak itu berjanji akan segera menemukan donor yang tepat untuk putrinya, agar, putrinya bisa kembali melihat.






Gabriel membawa Keira ke sebuah restoran untuk makan, tentu saja. Memesan ruang khusus, karena tau, Keira tak nyaman saat ada banyak orang.

"Lo mau makan apa?" tanya Gabriel.

"Gatau."

Gabriel menatap singkat Keira, "Pesen gatau, satu," ujar Gabriel ke si pelayan. "Bukan gitu anj*r!" celetuk Keira cepat.

"Makanya, kalau di tanya, jawab yang bener. Jangan gatau - gatau," balas Gabriel.

"Tapi, gue beneran gatau.."

"..Ada steak ayam sama sapi, lo lebih suka apa?" tanya Gabriel akhirnya.

"Ayam," jawab Keira.

"Oke." Pria itu menoleh kepada si pelayan, "Steak ayam satu, steak sapi nya satu."

"Baik, ada lagi?"

The Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang