Typo🙏
Happy Reading...!!!"Kak?"ucap Jinan yang baru saja membuka pintu. Tidak ada jawaban dari Shani, dia hanya tersenyum lalu memeluk Jinan.
"Kakak kenapa?"tanya Jinan heran, Shani sangat erat memeluknya. Jinan membiarkan Shani sejenak, mungkin Kakaknya itu rindu padanya. Atau sedang lelah, karena itu kebiasaan Shani pada Jinan. Seolah Shani mengisi energinya kembali saat memeluk Jinan. Cukup lama Shani memeluknya. Usapan lembut tangan Shani menyuraikan rambut Jinan. "Kamu ko belum tidur?"tanyanya.
"Belum, nungguin Kakak pulang."rengek Jinan menatap Shani. "Ayo masuk kak, papa sama mama udah nungguin Kakak dari tadi. Lagian malem banget sih pulangnya?"tanya Jinan lagi.
"Biasa,"jawabnya singkat.
"Chika lagi?"tanya Jinan dibalas anggukan Shani. Mereka pun kembali masuk ke dalam rumah, dengan Jinan yang menggandeng Shani. Bisa Jinan rasakan sepertinya saat ini Shani sedang kedinginan. Tangannya begitu dingin. Mungkin karena Shani memakai baju lengan pendek.
"Sayang, malem banget Kak pulangnya?"tanya Imel.
"Mama kaya gak tau cucunya aja kaya gimana."bukan Shani yang menjawab, melainkan Jinan yang kembali duduk didepan tv.
"Bener itu kak?"
"Iya pah."
"Emang cucuku itu gak bisa lepas dari mamanya."
"Gimana mau lepas, orang mamanya manjain dia banget."sambar Imel sambil terkekeh. "Kamu jadi ketemuan sama temen-temen, Kak?"
"Jadi mam,"
"Syukurlah, udah lama juga kan kalian gak ketemu."Shani hanya mengangguk samar.
"Nih, liat undangannya udah jadi. Besok tinggal di kirim."ucap Keenan sambil menyerahkan undangan tersebut pada Shani. Shani pun meraihnya dan memperhatikan namanya dan juga Cio yang tertera disana. Sudut bibirnya terangkat, tangannya mengusap undangan tersebut. "Kamu suka?"tanya Keenan.
"Suka pah, bagus."
"Syukurlah kalo kamu suka kak. Papa sama mama khawatir takut kamu gak suka sama desain yang kita pilih."ucap Imel, seraya tersenyum.
"Jelas kakak bakalan suka, orang itu papa yang pilihin desainnya."sombong Keenan.
"Papa lupa? "Imel memutar bola matanya melirik Keenan. "Mama yang pilih warnanya."balas Imel tak mau kalah.
"Iya."jawab Keenan singkat.
"Warna favorit kamu kan kak?"tanya Imel lagi. Shani hanya mengangguk lalu kembali menaruh undangan tersebut di meja. Tanpa ragu Shani duduk di tengah-tengah antara Imel dan Keenan. Kemudian meraih kedua tangan Imel dan Keenan menjadikan tangannya sebagai tumpuan.
"Pah, mam. Makasih untuk semuanya."ucap Shani seraya menatap keduanya.
"Sama-sama sayang,"ucap Imel. Sekilas mengecup pipi Shani.
"Apapun akan papa mama lakukan untuk kamu. Ini gak seberapa, dibandingkan dengan kebahagiaan yang kita dapatkan."ucap Keenan.
Shani beranjak dari duduknya. "Aku ke kamar dulu."pamit Shani. "Dek,"panggil Shani. Jinan yang mengerti pun ia hanya mengangguk saja.
"Ya sudah, kamu istirahat. Oh iya udah makan belum?"tanya Imel.
"Udah."
"Selamat istirahat ya sayang."ucap Imel. Shani tersenyum dan berlalu dari sana. Sementara Keenan kembali melanjutkan aktivitasnya dengan tumpukan undangan. Kenapa ia tidak menyuruh orang lain untuk mengerjakan itu semua? Karena Keenan ingin memastikan tidak ada satupun kerabat atau kolega yang terlewatkan.