Hongjoong adalah seorang bos yang terkenal arogan dan otoriter.
Dia menjalankan perusahaannya dengan tangan besi, tidak toleran terhadap kesalahan, dan sering membuat bawahannya merasa tertekan. Hongjoong selalu memastikan bahwa semua orang tahu siapa yang berkuasa di kantor.
Suatu hari, perusahaan merekrut seorang karyawan baru bernama Jongho. Jongho adalah pria muda yang cerdas dan berbakat, tapi dia cepat menyadari betapa sulitnya bekerja di bawah kendali Hongjoong. Meskipun demikian, Jongho tetap profesional dan berusaha keras untuk memenuhi ekspektasi bosnya.
Satu malam, setelah sebuah acara perusahaan, Hongjoong dan Jongho menemukan diri mereka bersama di kantor. Acara tersebut berjalan baik, dan setelah semua orang pulang, Hongjoong mengajak Jongho untuk berbicara lebih lanjut tentang beberapa proyek penting. Mereka mengobrol sambil menikmati beberapa gelas anggur, dan suasana menjadi semakin santai.
Obrolan mereka berubah menjadi lebih pribadi, dan tanpa disadari, ketertarikan fisik mulai muncul. Malam itu, Hongjoong yang biasanya tegas dan kaku, terbawa suasana dan menyerahkan dirinya pada Jongho. Mereka menghabiskan malam yang penuh gairah bersama, melupakan semua batasan yang ada antara bos dan karyawan.
Namun, keesokan harinya, Hongjoong terbangun dengan perasaan menyesal. Dia merasa marah pada dirinya sendiri dan segera memaki-maki Jongho. "Ini semua salahmu! Kamu tidak seharusnya memanfaatkanku!" teriaknya, meskipun dia tahu bahwa dia juga bersalah.
Jongho mencoba menenangkan Hongjoong, tetapi usahanya sia-sia. "Lupakan semua yang terjadi semalam! Ini tidak pernah terjadi dan kamu harus bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi!" perintah Hongjoong dengan nada tajam. Jongho hanya bisa mengangguk, tidak ingin memperparah situasi.
Bulan demi bulan berlalu, dan kehidupan di kantor kembali seperti biasa.
Namun, Hongjoong mulai menyadari ada sesuatu yang aneh dengan tubuhnya. Perutnya perlahan membesar, tetapi dia tidak merasakan gejala apa pun yang biasanya dialami oleh wanita hamil. Dia akhirnya memutuskan untuk pergi ke dokter.
"Hongjoong, kamu hamil," kata dokter dengan tegas. Hongjoong terkejut dan tidak bisa berkata-kata. Dia tahu bahwa satu-satunya kemungkinan adalah malam yang dia habiskan bersama Jongho.
Kabar tentang kehamilan Hongjoong dengan cepat menyebar di kantor. Para karyawan yang pernah merasa tertekan oleh sikap otoriternya mulai membicarakan hal itu. Mereka menganggap ini sebagai karma atas perbuatan Hongjoong selama ini yang suka menyusahkan orang lain.
"Hongjoong hamil tapi bayinya tidak punya ayah. Ini benar-benar karma," kata salah satu karyawan dengan nada mengejek.
Kabar tersebut sampai ke telinga Hongjoong, dan dia marah besar. "Siapa pun yang berani berbicara tentang kehamilanku akan dipecat! Ini bukan urusan kalian!" ancamnya dengan suara keras, membuat semua orang di kantor terdiam ketakutan.
Meskipun Hongjoong berusaha keras untuk mempertahankan kendali dan otoritasnya, kehamilannya membuatnya terlihat lebih rentan di mata karyawan-karyawannya. Jongho, yang diam-diam merasa bertanggung jawab atas situasi ini, mencoba mendekati Hongjoong untuk berbicara.
"Hongjoong, aku tahu kamu marah dan bingung. Tapi aku ada di sini untuk mendukungmu. Kita bisa melalui ini bersama," kata Jongho dengan lembut.
Hongjoong memandang Jongho dengan mata penuh kemarahan dan keputusasaan. "Aku tidak butuh dukunganmu, Jongho. Aku bisa menangani ini sendiri. Jangan ikut campur!"
Namun, seiring berjalannya waktu, Hongjoong mulai menyadari bahwa dia tidak bisa menjalani ini sendirian. Kehamilannya semakin terlihat, dan meskipun dia berusaha keras untuk tetap kuat, beban emosional dan fisik mulai terasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
MYRTLE 🌸 bottom!Hongjoong [⏯]
Fiksi Penggemarbottom!Hongjoong / Hongjoong centric Buku terjemahan ©2018, -halahala_