Song Mingi

47 3 0
                                    

Kim Hongjoong bekerja sebagai asisten pustakawan. Kehidupan sehari-harinya sederhana: mengatur buku-buku yang jarang disentuh, menghindari pertanyaan aneh dari penduduk lokal, dan, tentu saja, menatap bintang-bintang setiap malam.

Hongjoong memiliki rahasia. Ia tahu bahwa bintang-bintang tidak hanya benda mati yang berkilau di langit. Ia tahu mereka punya pesan, cerita, bahkan perasaan. Yang tidak ia tahu adalah bagaimana mengungkapkan semua itu kepada orang-orang tanpa terlihat seperti pria gila.

Namun, malam itu berbeda. Ia duduk di atap perpustakaan tua, menatap konstelasi Orion ketika suara berat menginterupsi keheningan:

“Kau tahu, mereka tidak suka ditatap terlalu lama.”

Hongjoong hampir menjatuhkan teleskopnya. Ia menoleh dan mendapati seorang pria berdiri di ujung atap. Tinggi, dengan bahu yang seolah bisa menahan langit, rambut pirang kusut, dan jaket kulit yang tampak tidak pada tempatnya di kota kecil ini.

“Siapa kau?” tanya Hongjoong curiga.

“Song Mingi,” jawab pria itu dengan nada santai. “Dan kau?”

Hongjoong mengerutkan dahi. “Bagaimana kau bisa berada di atap perpustakaanku tanpa menggunakan tangga?”

Mingi menyeringai. “Mungkin aku punya cara sendiri.”

Hongjoong menggerutu, kembali fokus pada teleskopnya. “Kalau kau di sini untuk mengganggu, aku sedang sibuk.”

“Oh, aku tahu,” balas Mingi sambil melangkah mendekat. “Kau sedang mencari pesan dari mereka, kan? Dari bintang-bintang.”

Hongjoong membeku. Ia menatap Mingi dengan penuh waspada. “Bagaimana kau tahu?”

Mingi duduk di sampingnya, tanpa diundang. “Karena aku bekerja untuk mereka.”

Hongjoong menatap Mingi seperti ia baru saja mengatakan bahwa pizza sebenarnya adalah salad. “Bekerja untuk mereka? Kau bercanda.”

Mingi mengangkat bahu. “Kau pikir bagaimana bintang-bintang tetap bersinar? Mereka butuh seseorang untuk mengurus ‘logistik,’ dan aku kebetulan sangat ahli dalam hal itu.”

“Logistik?” Hongjoong mengulang dengan nada skeptis.

“Ya, seperti memastikan mereka tidak saling bertabrakan, mengirim pesan ke bumi, mengawasi orang-orang seperti kau yang terlalu ingin tahu…”

Hongjoong merasa dadanya mengencang. “Orang seperti aku?”

Mingi mengangguk, senyum kecil menghiasi wajahnya. “Kau spesial, Hongjoong. Bintang-bintang telah memperhatikanmu sejak lama.”

“Dan kau tahu itu… bagaimana?”

Mingi memiringkan kepalanya. “Karena mereka yang mengirimku ke sini untuk memastikan kau tidak melangkah terlalu jauh.”

“Jadi, kau ini semacam… kurir bintang?” tanya Hongjoong, mencoba merasionalisasi situasi.

Mingi tertawa rendah, suara yang terdengar seperti guntur lembut. “Aku lebih dari itu. Tapi kau bisa memanggilku penjaga.”

Hongjoong menatapnya dengan curiga. “Dan apa yang kau jaga? Bahwa aku tidak terlalu memahami rahasia semesta?”

Mingi mengangguk, wajahnya mendadak serius. “Jika kau tahu terlalu banyak, mereka khawatir itu akan memengaruhi keseimbangan. Dan aku di sini untuk memastikan itu tidak terjadi.”

“Tunggu,” Hongjoong menyipitkan mata, “apa maksudmu dengan ‘terlalu banyak’? Aku hanya menatap bintang. Aku bahkan tidak tahu apa yang mereka coba katakan!”

“Itu karena kau belum mendengarkan dengan benar,” balas Mingi dengan nada misterius.

Hongjoong menemukan dirinya dibawa oleh Mingi ke tempat yang tidak pernah ia bayangkan. Mereka berjalan ke luar kota, ke sebuah padang rumput yang dipenuhi cahaya redup yang berasal dari bintang-bintang yang seolah-olah turun ke bumi.

“Apa… ini?” bisik Hongjoong, matanya melebar.

“Ini adalah stasiun relay,” jawab Mingi. “Tempat di mana pesan bintang ditransmisikan ke bumi.”

Hongjoong mendekati salah satu cahaya kecil, tangannya gemetar. “Kenapa kau menunjukkan ini padaku?”

Mingi menghela napas. “Karena kau perlu memahami bahwa apa yang kau cari bukan hanya soal pengetahuan. Ini soal tanggung jawab. Bintang-bintang tidak bicara sembarangan.”

“Tapi kenapa aku?”

“Karena mereka memilihmu,” jawab Mingi dengan suara lembut.

“Kalau aku begitu penting, kenapa kau perlu menjagaku?” tanya Hongjoong, mencoba mencari logika dalam absurditas ini.

Mingi menyeringai. “Karena, jujur saja, kau tipe yang terlalu keras kepala untuk kebaikanmu sendiri.”

Hongjoong mendelik. “Dan kau tipe yang terlalu banyak bicara untuk seseorang yang seharusnya diam-diam menjaga keseimbangan semesta.”

Mingi tertawa. “Aku suka kau punya nyali. Tapi serius, Hongjoong. Kau memiliki hubungan dengan bintang-bintang yang lebih kuat daripada siapa pun. Mereka ingin kau menjadi penerjemah mereka, tapi itu datang dengan risiko besar.”

Hongjoong menatapnya tajam. “Dan kau di sini untuk memastikan aku tidak ‘gagal,’ ya?”

Mingi menatap balik dengan intensitas yang hampir membuat Hongjoong melupakan cara bernapas. “Aku di sini untuk memastikan kau tetap hidup.”

Ketika mereka kembali ke kota, Hongjoong merasa hidupnya baru saja berubah selamanya.

“Jadi, apa yang terjadi sekarang?” tanya Hongjoong ketika mereka berdiri di depan perpustakaan.

“Kau akan terus menjalani hidupmu seperti biasa,” jawab Mingi. “Tapi aku akan selalu ada di dekatmu.”

Hongjoong mengangkat alis. “Itu terdengar seperti stalking.”

Mingi menyeringai. “Anggap saja itu penjagaan ketat.”

Hongjoong mendengus, tetapi tidak bisa menyembunyikan senyum kecil yang muncul di sudut bibirnya.

Dan ketika Mingi berjalan menjauh, Hongjoong mendapati dirinya menatap bintang-bintang dengan perasaan yang berbeda.

MYRTLE 🌸 bottom!Hongjoong [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang