"Jadi kau pikir, hanya karena aku sedang mengandung anakmu, kau bisa seenaknya mengganti lagu favoritku menjadi Don’t Don dari Super Junior saat aku sedang tidur siang?"
Hongjoong berdiri dengan tangan di pinggang, menatap San yang berbaring santai di sofa ruang tamu. Dengan remote TV di tangan, San tampak seperti pria paling santai di dunia, tetapi sudut bibirnya melengkung sedikit—senyum yang menandakan ia tahu persis bahwa ia sedang bermain api.
“Pertama, Don’t Don itu lagu legendaris,” San berkata sambil menggoyang-goyangkan remote di tangannya. “Kedua, aku hanya mencoba mengenalkan anak kita pada musik berkualitas sejak dalam kandungan. Kau tahu, edukasi dini.”
Hongjoong mengerutkan dahi, lalu menunjuk perutnya yang membulat. “Edukasi dini itu bukan berarti memperdengarkan lagu dengan tempo penuh drama saat aku butuh tidur, San!”
San tertawa kecil, bangkit dari sofa, dan berjalan mendekati Hongjoong. “Joongie, kau tidak tahu? Bayi kita mungkin sudah mulai punya selera musik sendiri. Kalau dia jadi penggemar Super Junior nanti, aku akan mengklaim itu semua berkat ayahnya yang hebat.”
“Kalau dia jadi penggemar Super Junior, itu karena aku membiarkanmu memutar lagu-lagu itu tanpa mencekikmu sekarang,” balas Hongjoong dengan tajam, meskipun sudut bibirnya mulai melengkung sedikit.
San tersenyum lebih lebar dan meraih tangan Hongjoong, menggenggamnya dengan lembut. “Joong, kau terlalu lucu kalau marah. Aku tidak sengaja kok, aku hanya berpikir kau suka lagu itu. Dulu kau sering menyanyikannya waktu kita karaoke, ingat?”
Hongjoong mendengus. “Itu karena kau terus memaksaku menyanyikan bagian rap-nya yang hampir membuatku kehilangan napas.”
“Dan kau melakukannya dengan sempurna setiap kali,” San memuji sambil mengecup dahi Hongjoong, membuat pria yang lebih kecil itu sedikit mendesah.
“Kau tidak bisa terus menggunakan pujian untuk lolos dari masalah, San,” ujar Hongjoong, meskipun nada suaranya mulai melunak.
“Tidak?” San menatap Hongjoong dengan mata penuh harap. “Bahkan jika aku bilang kau adalah calon ibu paling tampan, paling berbakat, dan paling kuat yang pernah ada di dunia?”
Hongjoong berusaha mempertahankan wajah cemberutnya, tetapi akhirnya ia tidak bisa menahan senyum kecil yang muncul. “Kau menyebalkan, tahu tidak?”
“Tahu,” jawab San cepat, tanpa ragu. “Tapi kau mencintaiku.”
Hongjoong hanya menggelengkan kepala, membiarkan San menariknya ke dalam pelukan hangat. “Kalau bayi ini nanti jadi terlalu energik dan keras kepala, aku akan menyalahkan gen-genmu.”
“Gen-genku adalah yang terbaik,” San berkata dengan bangga, sambil mengusap perut Hongjoong dengan penuh kasih. “Tapi kalau dia mewarisi kecerdasan dan kreativitasmu, dia akan jadi anak paling sempurna di dunia.”
“Lalu siapa yang akan bertanggung jawab kalau dia jadi pecinta lagu-lagu absurd dengan tempo aneh?” Hongjoong menantang, matanya menyipit.
San terkekeh, lalu menempelkan dahi mereka. “Kalau itu terjadi, aku akan mengajarinya semua gerakan dance Super Junior. Kau akan melihat duet ayah-anak terbaik sepanjang masa.”
Hongjoong menghela napas panjang, tetapi kali ini dengan senyum yang tulus. “Kau tahu, San, aku tidak peduli lagu apa yang diputar. Selama kau ada di sini, aku tahu aku bisa menghadapi apa pun.”
San memandang Hongjoong dengan tatapan penuh kasih. “Dan aku akan selalu ada di sini, Joongie. Untukmu, untuk bayi kita, dan untuk segala hal yang akan kita jalani bersama.”
Mereka berdiri di ruang tamu yang sederhana, dikelilingi oleh perabotan yang tidak terlalu mewah tetapi penuh kenangan. Lagu Don’t Don masih mengalun pelan dari speaker, tetapi Hongjoong tidak lagi merasa terganggu. Mereka akan selalu menjadi tim yang kuat—meskipun tim itu terdiri dari satu calon ibu yang mudah tersinggung dan satu ayah yang terlalu santai.

KAMU SEDANG MEMBACA
MYRTLE 🌸 bottom!Hongjoong [⏯]
Fanfictionbottom!Hongjoong / Hongjoong centric Buku terjemahan ©2018, -halahala_