Hongjoong duduk di sebuah kedai kopi kecil yang terletak di sudut jalan di London, dengan gelas latte yang sudah setengah dingin di tangannya. Ia mengusap perutnya yang mulai terlihat membuncit, sebuah fakta yang hingga saat ini masih sulit ia percaya. Hongjoong hamil. Tapi masalah terbesar bukan itu. Masalahnya, ia tidak tahu siapa ayah dari bayinya.
"Aku benar-benar idiot," gumamnya pelan sambil memandang keluar jendela. Di luar, gerimis kecil menetes, membuat kota terlihat seperti lukisan impressionisme yang samar.
"Apa kau bicara sendiri lagi, Joong?" Seonghwa muncul dari pintu kedai, membawa udara dingin masuk bersamanya. Ia melepaskan syal abu-abu yang melilit lehernya dan duduk di hadapan Hongjoong tanpa diundang. "Aku sudah bilang, itu kebiasaan yang menyeramkan."
Hongjoong memutar bola matanya, tapi tidak mengatakan apa-apa. Seonghwa adalah salah satu dari tersangka utama—setidaknya dalam daftar pendek di kepalanya. Bukan berarti ia bisa membahas ini begitu saja.
"Kenapa wajahmu seperti itu?" Seonghwa menyipitkan matanya, melihat Hongjoong yang tampak gelisah. "Ada sesuatu yang kau sembunyikan?"
Hongjoong tertawa gugup, mencoba mengalihkan pembicaraan. "Tidak ada apa-apa. Hanya lelah dengan pekerjaan."
Seonghwa mengangkat alisnya, jelas tidak percaya, tapi sebelum ia sempat menanyai lebih jauh, pintu kedai kembali terbuka. Kali ini Yunho yang masuk, dengan senyum lebar khasnya. "Yo, Joong! Apa kau lupa kita ada janji makan siang?"
Hongjoong mengutuk dirinya sendiri dalam hati. Ia memang membuat janji dengan Yunho, tapi tidak ingat kalau waktunya hari ini. "Ah, benar! Aku hampir lupa."
"Seonghwa hyung juga di sini? Wah, kita bisa makan bersama." Yunho duduk tanpa menunggu persetujuan, membuat meja kecil itu terasa penuh.
"Sepertinya aku tidak diundang," komentar Seonghwa sinis, tapi ia tetap duduk di tempatnya sambil menyeruput kopinya.
Dalam waktu lima belas menit, situasi menjadi semakin kacau. Yeosang muncul, mengeluh karena Hongjoong belum membalas pesan terakhirnya. San mengikuti, dengan alasan ia kebetulan lewat. Lalu ada Mingi, Wooyoung, dan bahkan Jongho, yang membawa tumpukan buku dari perpustakaan.
"Kau ini apa, pusat magnet?" canda San sambil duduk di kursi tambahan. "Kenapa semua orang berkumpul di sini?"
Hongjoong hanya bisa tertawa gugup. "Kebetulan saja, mungkin."
Tentu saja itu bukan kebetulan. Masing-masing dari mereka memiliki hubungan yang kompleks dengan Hongjoong, terutama setelah malam pesta di apartemennya beberapa bulan lalu. Malam yang berakhir dengan kabut alkohol, tawa, dan… yah, hasilnya sekarang sedang tumbuh di perutnya.
"Joong," Wooyoung memulai sambil memandang serius, ekspresi yang jarang ia tunjukkan. "Kau terlihat aneh belakangan ini. Apa ada sesuatu yang ingin kau ceritakan?"
Hongjoong terdiam, merasa semua mata tertuju padanya. "Tidak ada apa-apa," katanya cepat, terlalu cepat.
"Kau yakin?" tanya Jongho, nada suaranya rendah tapi penuh curiga.
"Tentu saja," Hongjoong mencoba tersenyum, tapi jelas terlihat dipaksakan.
"Kalau begitu kenapa perutmu terlihat lebih besar?" San menyela, langsung saja membuat semua orang di meja membelalak.
Ruangan mendadak sunyi. Hongjoong ingin menggali lubang di lantai dan menghilang.
"Eh… aku… sedang mencoba diet baru," jawabnya seadanya.
Seonghwa menatap Hongjoong lama, lalu berkata dengan nada datar, "Joong, kita semua tahu kau bukan tipe yang suka diet. Jadi apa sebenarnya yang sedang terjadi?"

KAMU SEDANG MEMBACA
MYRTLE 🌸 bottom!Hongjoong [⏯]
Fanficbottom!Hongjoong / Hongjoong centric Buku terjemahan ©2018, -halahala_