Hongjoong seharusnya sudah menduganya.
Dokter sudah memperingatkannya dengan tegas bahwa dia memiliki peluang tinggi untuk mengalami persalinan dini karena kerangka tubuhnya yang kecil dan ini adalah anak pertamanya.
Namun, meskipun dia sudah diberitahu, rasanya masih sulit untuk benar-benar siap menghadapi momen ini.
Hari itu dimulai seperti biasa. Hongjoong sedang duduk di ruang tamu, memegang buku panduan kehamilan, mencoba memahami setiap detail tentang persiapan persalinan. Dia merasakan gerakan kecil di perutnya dan tersenyum, membayangkan bayi yang segera akan lahir. Tapi tiba-tiba, dia merasakan rasa sakit yang tajam di perutnya. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri, tetapi rasa sakit itu semakin intens.
Hongjoong berdiri dengan susah payah, mencoba mencapai telepon untuk menghubungi Seonghwa, pasangannya yang sedang bekerja.
Namun, sebelum dia bisa meraih telepon, rasa sakit itu membuatnya jatuh ke lantai, meringis kesakitan.
"Seonghwa..." panggilnya dengan suara lemah, berharap Seonghwa akan mendengar dan segera pulang.
Untungnya, Seonghwa sedang dalam perjalanan pulang ketika Hongjoong menghubunginya. Mendengar suara Hongjoong yang terdengar kesakitan, Seonghwa segera mempercepat laju mobilnya, berdoa agar dia bisa sampai tepat waktu.
Ketika Seonghwa tiba di rumah, dia menemukan Hongjoong di lantai ruang tamu, meringkuk sambil memegang perutnya. Tanpa berpikir panjang, Seonghwa mengangkat Hongjoong dengan hati-hati dan membawanya ke mobil, kemudian melaju dengan cepat menuju rumah sakit.
Di rumah sakit, dokter dan perawat segera mengambil alih, mempersiapkan Hongjoong untuk persalinan. Seonghwa berada di sisi Hongjoong, menggenggam tangannya erat, mencoba memberikan dukungan sebanyak mungkin.
"Tenang, Joongie. Kau akan baik-baik saja," kata Seonghwa dengan suara lembut, meskipun hatinya sendiri dipenuhi kecemasan.
Hongjoong hanya bisa mengangguk, air matanya mengalir di pipi. Rasa sakitnya semakin hebat, tetapi dia tahu dia harus kuat untuk bayinya.
Setelah beberapa jam yang penuh ketegangan, akhirnya tangisan bayi terdengar. Hongjoong menangis haru saat melihat bayinya untuk pertama kali. Seonghwa, yang juga menangis, mencium dahi Hongjoong dengan penuh kasih.
"Kau luar biasa, Joongie. Aku sangat bangga padamu," bisik Seonghwa.
Hongjoong tersenyum lemah, merasa lega dan bahagia. "Terima kasih, Hwa. Aku tidak bisa melakukannya tanpa kamu."
Mereka menatap bayi mereka dengan penuh cinta. Bayi yang lahir lebih awal dari perkiraan, tetapi sehat dan sempurna. Mereka memberikan nama yang indah untuk bayi mereka, menandai awal dari kehidupan baru yang penuh harapan dan kebahagiaan.
Beberapa minggu setelah persalinan, Hongjoong masih beradaptasi dengan peran barunya sebagai orang tua. Malam-malam tanpa tidur, tangisan bayi yang terus-menerus, dan tantangan merawat bayi prematur menjadi bagian dari kehidupan sehari-harinya.
Suatu malam, ketika mereka akhirnya berhasil menidurkan bayi mereka, Seonghwa menarik Hongjoong ke dalam pelukan hangat. "Aku tahu ini sulit, Joongie. Tapi kau telah melakukan pekerjaan yang luar biasa. Aku sangat berterima kasih memiliki kamu sebagai pasangan dan ibu dari anak kita."
Hongjoong mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Terima kasih, Hwa. Aku juga berterima kasih memiliki kamu di sisiku. Aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika tidak ada kamu."
Mereka berdua duduk di ruang tamu, menikmati keheningan yang jarang terjadi. Hongjoong menyandarkan kepalanya di bahu Seonghwa, merasakan ketenangan yang dia butuhkan.
"Ini semua sepadan, kan?" tanya Hongjoong dengan suara pelan.
Seonghwa tersenyum dan mencium puncak kepala Hongjoong. "Ya, ini semua sepadan. Kita memiliki keluarga kecil kita sekarang, dan aku tidak bisa lebih bahagia."
Hongjoong mengangguk setuju, merasakan cinta dan kebahagiaan yang mendalam.
Malam itu, mereka berdua duduk di ruang tamu, memandang bayi mereka yang sedang tidur di boksnya. Mereka tahu bahwa mereka telah memasuki babak baru dalam hidup mereka, babak yang penuh dengan cinta, kebahagiaan, dan harapan.
Setelah beberapa minggu yang penuh dengan perubahan dan tantangan, kehidupan Hongjoong dan Seonghwa mulai menemukan ritmenya sendiri. Bayi mereka yang lahir prematur ternyata tumbuh dengan baik, berkat perawatan dan cinta yang diberikan oleh kedua orang tuanya.
Suatu sore yang cerah, Mingi, sahabat lama mereka, baru saja kembali dari dinas luar negeri. Dia belum sempat berkunjung sebelumnya karena pekerjaannya yang padat.
Namun, begitu dia memiliki kesempatan, dia segera datang ke rumah Hongjoong dan Seonghwa untuk bertemu dengan bayi mereka.
"Joong! Hwa! Aku di sini!" Mingi berseru riang saat memasuki rumah mereka. Hongjoong dan Seonghwa menyambutnya dengan hangat di pintu.
"Mingi! Senang melihatmu kembali," kata Hongjoong sambil memeluk sahabatnya. "Masuklah, ada seseorang yang ingin bertemu denganmu."
Mingi mengikuti mereka ke ruang tamu, di mana bayi kecil mereka sedang tidur nyenyak di boksnya. Mingi mendekat dengan hati-hati, melihat bayi itu dengan penuh kagum.
"Dia sangat menggemaskan," kata Mingi sambil tersenyum lebar. "Tapi aku heran, Joong. Bagaimana bisa dia terlahir sempurna padahal prematur? Biasanya bayi prematur harus diinkubasi untuk beberapa waktu."
Hongjoong dan Seonghwa saling bertukar pandang, kemudian Hongjoong menjawab dengan suara lembut, "Kami juga sempat khawatir, Mingi. Dokter sudah memperingatkan kami tentang kemungkinan itu. Tapi ketika dia lahir, dia ternyata lebih kuat dari yang kami bayangkan."
Seonghwa menambahkan, "Dokter mengatakan bahwa meskipun dia prematur, organ-organnya berkembang dengan baik selama kehamilan. Kami sangat beruntung. Dan tentu saja, perawatan di rumah sakit sangat membantu. Mereka memastikan dia mendapatkan semua yang dia butuhkan sejak awal."
Mingi mengangguk, tampak lega mendengar penjelasan itu. "Aku sangat senang mendengar itu. Dia benar-benar anugerah."
Hongjoong tersenyum, menatap bayinya dengan penuh kasih. "Ya, dia memang anugerah bagi kami."
Mingi kemudian duduk bersama mereka, mengobrol tentang berbagai hal. Mereka berbagi cerita tentang pengalaman pertama menjadi orang tua, tantangan yang mereka hadapi, dan kebahagiaan yang mereka rasakan.
"Sungguh menakjubkan melihat betapa kuatnya bayi kalian," kata Mingi. "Aku yakin dia akan tumbuh menjadi anak yang luar biasa."
Hongjoong tersenyum, merasa bersyukur atas dukungan dari sahabat-sahabatnya. "Terima kasih, Mingi. Kami juga berharap begitu. Dengan cinta dan dukungan dari semua orang di sekitar kita, aku yakin dia akan tumbuh dengan baik."
Seonghwa mengangguk setuju. "Kami sangat berterima kasih memiliki teman seperti kamu, Mingi. Dukunganmu berarti banyak bagi kami."
Mingi tersenyum lebar. "Kalian berdua juga sangat berarti bagiku. Aku selalu ada di sini untuk kalian, apapun yang terjadi."
Mereka bertiga kemudian melanjutkan obrolan mereka, menikmati sore yang hangat dan penuh kebahagiaan.
Dengan Seonghwa di sisinya dan teman-teman seperti Mingi, Hongjoong tahu bahwa dia memiliki semua yang dia butuhkan untuk menghadapi masa depan dengan optimisme dan cinta yang tak terbatas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MYRTLE 🌸 bottom!Hongjoong [⏯]
Fanfictionbottom!Hongjoong / Hongjoong centric Buku terjemahan ©2018, -halahala_