Park Seonghwa [⚠mpreg]

49 8 0
                                    

Dua sosok yang seharusnya berada di zona aman malah sibuk berdebat di tepi pantai buatan dengan tema Bali. Pasir putih, pohon kelapa holografis, dan suara ombak artifisial hanya menjadi latar belakang bagi Hongjoong yang kini berdiri dengan tangan di pinggang, wajahnya memerah karena marah—atau mungkin kelelahan.

“Seonghwa, aku serius! Aku tidak butuh kau menggendongku ke mana-mana seperti aku ini… bola pantai!” seru Hongjoong, perutnya yang membuncit menjadi pusat perhatian.

Seonghwa, dengan wajah setenang biasanya, hanya mengangkat alisnya. “Kau bilang sendiri, kau lelah. Dan aku tidak akan membiarkanmu jalan-jalan di arena yang penuh jebakan ini.”

“Tapi ini memalukan!” Hongjoong memelototinya. “Orang lain pasti menertawakan kita sekarang.”

Seonghwa memandang sekeliling. Arena kosong, karena peserta lain sibuk saling memburu di zona lain. Ia mengangkat bahu santai. “Tidak ada yang melihat.”

Hongjoong mendengus, mencoba berjalan menjauh, tapi langkahnya terhenti saat kontraksi kecil datang. Ia terpaksa berhenti dan meraih pohon kelapa holografis untuk penyangga.

“Joong,” Seonghwa mendekat dengan cemas, nada suaranya berubah lembut. “Kau baik-baik saja?”

Hongjoong mendesah panjang, tangannya memijat perutnya perlahan. “Aku baik-baik saja. Ini hanya… ya, kau tahu. Mungkin tubuhku bilang aku sudah terlalu lama berada di sini.”

“Kalau begitu, aku harus segera membawamu keluar dari arena.”

“Seonghwa, aku belum kalah! Kita berdua masih di sini karena aku tidak menyerah!”

“Ya, dan kita tidak akan kalah kalau aku tetap menjagamu,” jawab Seonghwa tegas. Ia meraih tangan Hongjoong, membuat pria itu menatapnya dengan protes, tetapi juga dengan sedikit rasa terharu.

“Kenapa kau selalu keras kepala seperti ini?” Hongjoong akhirnya berkata, suaranya lebih pelan.

“Karena aku mencintaimu,” jawab Seonghwa dengan nada datar, tetapi sorot matanya penuh dengan ketulusan. “Dan aku mencintai anak kita.”

Hongjoong terdiam, wajahnya memerah lagi, kali ini bukan karena marah. “Itu… itu tidak adil.”

“Tapi benar,” tambah Seonghwa, senyum kecil muncul di wajahnya.

Momen itu terpotong oleh suara dentuman keras di kejauhan. Sistem AI arena berbicara melalui speaker. “Zona aman akan mengecil dalam lima menit. Semua peserta harap menuju area pusat.”

Seonghwa langsung berdiri tegak, matanya menyipit ke arah sumber suara. “Kita harus bergerak sekarang.”

“Kau tidak akan menggendongku,” Hongjoong memperingatkan.

“Tentu saja tidak,” kata Seonghwa dengan santai. Tapi kemudian, dengan kecepatan yang mengejutkan, ia mengangkat Hongjoong dengan mudah ke dalam pelukannya.

“SEONGHWA!” teriak Hongjoong, mencoba memberontak tetapi gagal total. “Aku bilang tidak!”

“Kau tidak dalam posisi untuk menolak,” jawab Seonghwa dengan nada datar, meskipun senyum kecil di sudut bibirnya menunjukkan bahwa ia menikmati ini lebih dari yang seharusnya.

Hongjoong akhirnya menyerah, bersandar di dada Seonghwa sambil menggerutu. “Aku akan membalas ini nanti.”

“Aku tunggu,” jawab Seonghwa dengan santai, melangkah cepat menuju zona aman berikutnya.

Di tengah perjalanan, mereka berpapasan dengan salah satu peserta lain—pria besar dengan senjata laser di tangan. Seonghwa langsung berhenti, melindungi Hongjoong di belakang tubuhnya.

“Serahkan barang kalian, atau kalian keluar sekarang,” ancam pria itu.

Seonghwa tidak menunjukkan tanda-tanda ketakutan. Ia hanya tersenyum tipis. “Maaf, tapi aku tidak punya waktu untuk bermain denganmu.”

Sebelum pria itu bisa bereaksi, Seonghwa melancarkan tendangan cepat yang mengenai senjata lawannya, membuatnya terjatuh ke pasir. Dengan gerakan yang terlatih, ia menarik Hongjoong dan melesat ke arah zona aman.

Saat mereka akhirnya tiba di pusat arena, Hongjoong masih terengah-engah, meskipun ia tidak bisa menahan senyum kecil. “Kau tahu, kau terlalu keren untuk seseorang yang suka memaksakan diri.”

“Dan kau terlalu keras kepala untuk seseorang yang sedang hamil delapan bulan,” balas Seonghwa dengan seringai kecil.

Hongjoong hanya mendesah, meskipun ada kilatan kebanggaan di matanya. “Baiklah, congrats untuk kita yang masih bertahan sejauh ini.”

“Congrats,” jawab Seonghwa, memeluk Hongjoong lebih erat.

MYRTLE 🌸 bottom!Hongjoong [⏯]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang